Kamis, 04 Juli 2013

Pesona Kematian


Barangsiapa terpesona pada kematian,

dia bagaikan Jusuf, yang memberikan jiwanya demi tebusan;
sebaliknya, yang menganggapnya bagaikan serigala,
akan berpaling dari penyelamatan.

Anakku,
kematian seseorang itu sesuai dengan sifat dirinya:
bagi musuh Tuhan dia adalah musuh,
bagi waliullah dia itu sahabat.

Di mata orang Turkoman cermin tampak terang;
di mata orang Ethiopia cermin tampak gelap.
Sesungguhnya ketakutanmu terhadap maut
adalah ketakutanmu terhadap dirimu sendiri:
lihatlah dari siapa engkau sedang melarikan diri.

Itu adalah keburukan dirimu sendiri,
bukan wajah Sang maut: jiwamu bagaikan pohon,
dan maut laksana dedaunan.
Dia tumbuh darimu,
apakah dia menjadi baik atau buruk: semua pikiranmu
yang tersembunyi, jujur ataupun curang,
lahir dari dirimu sendiri.

Jika engkau dilukai onak-duri, engkaulah penanamnya;
jika engkau berpakaian satin-sutra,
engkau sendirilah pemintalnya.

Ketahuilah bahwa perbuatan itu tidak sama dengan hasilnya;
sebuah pelayanan tak selalu sama dengan upahnya.
Upah pekerja tidak sama dengan kerjanya:
yang disebut terakhir adalah sosok-sementara,
sedangkan yang disebut pertama adalah substansinya.

Yang disebut terakhir tadi adalah usaha dan kerja-keras
serta keringat, sedangkan yang pertama adalah
emas, perak, dan hidangan.

Jika pemuja disini nampak berlutut atau bersujud,
di alam baka akan menjadi Taman, al-Jannah.
Jika puja-puji terucap dari lisannya,
Tuan Sang Fajar akan mengubahnya
menjadi buah-buahan Surga.


Sumber:
Rumi: Matsnavi III: 3438 - 3458 
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar