Asysyam
“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”
Minggu, 18 September 2011
Membaca Kasih Sayang Allah
“Dan Dia (Allah) Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadaNya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim lagi sangat mengingkari (kufur nikmat)“.
(Ibrahim: 34)
Membaca merupakan perintah pertama Allah dalam Al-Qur’an yang ditujukan langsung kepada manusia pilihan-Nya, Rasulullah saw. melalui wahyu pertama ‘Iqra’ (bacalah) dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan’ (Al-Alaq: 1). Membaca di sini harus difahami dalam arti yang luas karena memang objek membaca dalam wahyu pertama tersebut tidak dibatasi dan tidak ditentukan; Bacalah! Berarti beragam yang layak dan harus dibaca. Salah satu objek terbesar yang harus dibaca adalah kasih sayang Allah swt. yang terhampar di seluruh jagat raya ini tanpa terkecuali. Semuanya adalah bukti dan tanda kasih sayang Allah swt. untuk seluruh makhluk ciptaan-Nya.
Untuk itu, ayat di atas hadir untuk mengingatkan manusia akan kasih sayang Allah swt. yang memberikan segala yang dibutuhkan, sekaligus merupakan perintah untuk senantiasa membaca karunia tersebut agar tidak termasuk orang yang zalim, apalagi kufur nikmat seperti yang disebutkan di kalimat terakhir ayat tersebut di atas ‘Sesungguhnya manusia itu sangat zhalim lagi sangat ingkar nikmat.’
Tentu, ayat ini tidak berdiri sendiri seperti juga seluruh ayat-ayat Al-Quran. Setiap ayat memiliki keterkaitan dan korelasi dengan ayat sebelum atau sesudahnya yang menunjukkan wahdatul Qur’an kesatuan dan kesepaduan ayat-ayat Al-Qur’an, termasuk ayat di atas ini harus dibaca dengan mengkorelasikannya dengan dua ayat sebelumnya yang menggambarkan sekian banyak dari nikmat Allah swt. yang harus dibaca dengan penuh kesadaran:
“Allahlah Yang telah menciptakan langit dan bumi serta menurunkan air hujan dari langit, Kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia pula telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.”
(Ibrahim: 32-33)
Ayat yang senada dengan ayat di atas dalam bentuk tantangan Allah kepada seluruh makhluk-Nya sekaligus perintahNya untuk membaca hamparan karunia nikmat-Nya yang tiada terhingga adalah surah An-Nahl: 18
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Dalam penutup ayat ini Allah swt. hadir dengan dua sifat yang merupakan puncak dari kasih sayang-Nya, yaitu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.
Ibnu Katsir mengungkapkan penafsirannya dalam kitab Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim bahwa selain dari perintah Allah untuk membaca nikmat Allah, pada masa yang sama merupakan sebuah pernyataan akan ketidak berdayaan hamba Allah swt. dalam menghitung nikmat-Nya, apalagi menjalankan kesyukuran karenanya, seperti yang dinyatakan oleh Thalq bin Habib:
“Sesungguhnya hak Allah sangat berat untuk dipenuhi oleh hamba-Nya. Demikian juga nikmat Allah begitu banyak untuk disyukuri oleh hamba-Nya. Karenanya mereka harus bertaubat siang dan malam.”
Membaca kasih sayang Allah merupakan langkah awal mensyukuri nikmat-Nya. Untuk membuktikan bahwa seseorang telah melakukan syukur nikmat, paling tidak terdapat empat langkah yang harus dipenuhinya: pertama, Mengekpresikan kegembiraan dengan kehadiran nikmat tersebut. Kedua, Mengapresiasikan rasa syukur atas nikmat tersebut dengan ungkapan lisan dalam bentuk pujian. Ketiga, membangun komitmen dengan memelihara dan memanfaatkan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Sang Pemberi nikmat. Keempat, Mengembangkan dan memberdayakannya agar melahirkan kenikmatan yang lebih besar di masa yang akan datang sesuai dengan janji Allah swt. dalam firman-Nya:
“Jika kalian bersyukur maka akan Aku tambahkan nikmat-Ku kepadamu.”
(Ibrahim: 7)
Di sini kesyukuran justru diuji apakah dapat membuahkan kenikmatan yang lain atau malah sebaliknya, menghalangi hadirnya nikmat Allah swt. dalam bentuk yang lainnya.
Ternyata memang mega proyek Iblis terhadap manusia adalah bagaimana menjauhkannya dari kasih sayang Allah swt. sehingga mereka senantiasa hanya membaca ujian dan cobaan yang menimpanya agar mereka tidak termasuk kedalam golongan yang mensyukuri nikmat-Nya. Padahal secara jujur, kasih sayang Allah swt. dalam bentuk anugerah nikmat-Nya pasti jauh lebih besar daripada ujian maupun sanksi-Nya. Di sini, kelemahan manusia membaca nikmat merupakan keberhasilan proyek iblis menyesatkan manusia. Allah menceritakan tentang proyek
Iblis dalam firman-Nya:
“Iblis menjawab: “Karena Engkau Telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.“
(Al-A’raf: 16-17)
Dalam konteks ini, sungguh usaha dan kerja Iblis tidak main-main. Ia akan memperdaya manusia dari seluruh segmentasi dan celah kehidupannya tanpa terkecuali. Dalam bahasa Prof. Mutawalli Sya’rawi, “Syaitan akan datang kepada manusia dari titik lemahnya (ya’tisy Syaithan min nuqthah dha’f lil insan).” Jika manusia kuat dari aspek harta, maka ia akan datang melalui pintu wanita. Jika ia kuat pada pintu wanita, ia akan datang dari pintu jabatan dan begitu seterusnya tanpa henti. Sehingga akhirnya hanya segelintir manusia yang akan selamat dari bujuk rayu syetan dan menjadi pribadi yang bersyukur. Allah swt. pernah berpesan kepada Nabi Daud dan keluarga-Nya agar mewaspadai hal tersebut dalam firman-Nya:
“Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih (bersyukur).“
(Saba’: 13)
Memang hanya sedikit sekali yang cerdas dan bijak membaca kasih sayang Allah swt. Selebihnya adalah manusia yang suka berkeluh kesah, mengeluh dan tidak bersyukur atas karunia nikmat yang ada. Bahkan kerap menyalahkan orang lain, su’uzhan dan berprasangka buruk kepada Allah. Padahal kebaikan dan pahala sikap syukur itu akan kembali kepada dirinya sendiri, bukan kepada orang lain. Karenanya ujian kesyukuran itu akan terus menyertai manusia sampai Allah benar-benar tahu siapa yang bersyukur diantara hamba-Nya dan siapa di antara mereka yang kufur. ‘Ya Allah, jadikanlah kami termasuk golongan yang bersyukur.‘ Allahu a’lam
10 Nasehat Imam Ali Ar Ridho Ra
“Akal seorang muslim tidak akan sempurna kecuali jika ia memiliki 10 karakter berikut:
1. Kebaikannya selalu diharapkan orang
2. Orang lain merasa aman dari kejahatannya
3. Menganggap banyak kebaikan orang yang sedikit
4. Menganggap sedikit kebaikan yang telah diperbuatnya kepada orang lain
5. Tidak pernah menyesal jika orang lain selalu meminta bantuan darinya
6. Tidak merasa bosan mencari ilmu sepanjang umurnya
7. Kefakiran di jalan Allah lebih disukainya dari pada kekayaan
8. Hina di jalan Allah lebih disukainya dari pada mulia di dalam pelukan musuh-Nya
9. Ketidaktenaran lebih disukainya dari pada ketenaran”.
Kemudian Imam Ridha as bertanya: “Yang kesepuluh, apakah yang kesepuluh?”
“Apakah yang kesepuluh?”, tanya seorang sahabat.
“Ia tidak melihat seseorang kecuali berkata (dalam hatinya):, ‘Ia masih lebih baik dariku dan lebih bertakwa.
1. Kebaikannya selalu diharapkan orang
2. Orang lain merasa aman dari kejahatannya
3. Menganggap banyak kebaikan orang yang sedikit
4. Menganggap sedikit kebaikan yang telah diperbuatnya kepada orang lain
5. Tidak pernah menyesal jika orang lain selalu meminta bantuan darinya
6. Tidak merasa bosan mencari ilmu sepanjang umurnya
7. Kefakiran di jalan Allah lebih disukainya dari pada kekayaan
8. Hina di jalan Allah lebih disukainya dari pada mulia di dalam pelukan musuh-Nya
9. Ketidaktenaran lebih disukainya dari pada ketenaran”.
Kemudian Imam Ridha as bertanya: “Yang kesepuluh, apakah yang kesepuluh?”
“Apakah yang kesepuluh?”, tanya seorang sahabat.
“Ia tidak melihat seseorang kecuali berkata (dalam hatinya):, ‘Ia masih lebih baik dariku dan lebih bertakwa.
Kata-Kata Mutiara Sayyidina Hasan R.a
1. Segala puji bagi Allah , Dzat yang mendengar pembicaraan orang-orang yang berbicara. Yang mengetahui lintasan hati orang-orang yang diam. Bagi yang hidup Engkau jamin rizkinya. Hanya kepada-Mu, tempat kembalinya orang yang meninggal.
2. Wahai anakku ! Janganlah engkau berteman dengan seseorang, sehingga engkau mengetahui identitas pribadinya. Bila engkau mengetahui dengan pasti dan ternyata layak dijadikan sahabat, maka bersahabatlah atas dasar menyelamatkan dari ketergelinciran dan saling membantu dalam menyelesaikan kesulitan.
3. Sesungguhnya mata yang paling jeli adalah yang dapat menembus asal usul kebaikan dan telinga yang mendengar adalah telinga yang dapat menyadap dan memanfaatkan peringatan, sedang hati yang paling tulus ( selamat ) adalah hati yang bersih dari syubhat ( keragu-raguan ).
4. Beliau as ditanya tentang arti pengecut. Lalu beliau menjawab : Yaitu berani kepada temannya, tetapi takut dari musuh-musuhnya.
5. Ya Allah ! Janganlah Engkau percepat siksa suatu dosa, Tapi berikanlah jalan di antara keduanya untuk bertaubat.
6. Hanya dengan akal dunia dan akhirat dapat di raih.
7. Tidak ada kefakiran seperti kebodohan.
8. Ajarilah manusia tentang bidang ilmu yang kau kuasai. Dan belajarlah dari selainmu, dengan demikian kamu membenahi ilmumu atau justru mendapat ilmu baru yang belum engkau ketahui.
9. Beliau ditanya : Apakah yang dimaksud menjaga harga diri itu ? Beliau menjawab : Yaitu menjaga urusan, agamanya, berjiwa mulia, bersikap lemah lembut, senantiasa berbuat baik dan menunaikan hak-hak ( orang lain ),
10. Aku tidak mengetahui seorang yang zalim ( aniaya ), yang menyerupai seorang yang madzhim ( dianiaya ), seperti ( yang dialami oleh ) seseorang yang hasud.
11. Pokok / puncak ( kesadaran ) akal adalah bergaul dengan sebaik-baik pergaulan.
12. Persaudaraan yang sejati adalah : tetap setia menemani dikala duka / susah suka / gembira.
13. Orang yang rugi ( kepapaan ) adalah yang membiarkan bagianmu berlalu, padahal telah ditawarkan kesempatan kepadamu.
14. Beliau ditanya tentang arti dermawan, Lalu beliau menjawab : “Yaitu yang memberi sebelum diminta”.
15. Perbandingan antara kebenaran dan kebathilan adalah empat jari. Apa yang engkau lihat dengan indramu ( matamu ) itulah kebenaran, dan engkau telah mendengar dengan kedua telingamu betapa banyaknya kebathilan.
16. Jangan kalian memaksa dalam mencari sesuatu. Seperti orang yang ingin selalu menang. Jangan pasrah pada takdir, seperti pasrahnya orang yang menyerah. Karena mencari nafkah itu anjuran agama. Bersikap baik saat mencari rizki termasuk harga diri. Harga diri itu tidak akan menghalangi rizki dan sifat rakus tidak juga menarik rizki.
17. Tidaklah suatu kaum bermusyawarah, kecuali akan mendapat petunjuk kejalan kebaikan mereka.
18. Sabda beliau saat mensifati seorang saudara yang baik : Dia adalah orang yang agung di mataku dan pangkal kekagumanku padanya adalah saat menganggap dunia ini kecil dihadapannya. Dia terlepas dari kungkungan ( tidak berhubungan ) dengan kebodohan dan tidak mengulurkan tangannya kecuali kepada apa yang ia percayai akan memberikan suatu manfaat. Dia tidak suka mengeluh, tidak cepat marah dan tidak cepat murung. Dia lebih suka jadi pendiam namun jika berbicara akan membungkam pembicara yang lain. Dia seakan lemah dan tidak berdaya namun dalam kesungguhan dia laksana singa yang akan menerkam. Bila duduk dengan para ulama dia lebih suka mendengarkan dari pada ikut berbicara. Dan jika dia kalah dalam dialognya, dia menang dalam diamnya.Dia tidak berkata tentang apa yang tidak dilakukannya, atau berbuat sesuatu yang tidak diucapkannya. Dan apabila disodorkan dua masalah yang belum diketahui mana yang lebih dekat dari keridhaan Tuhannya, maka segera dia melihat mana yang lebih dekat kepada hawa nafsunya, lalu ditinggalkannya. Dan dia tidak pernah mencela seseorang yang menyadari kesalahan tingkah lakunya.
19. Dari Junadah bin Abi Umayyah berkata : Ketika Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib as. Sakit yang membawa kepada kematiannya….. aku datang menjenguknya, lalu aku berkata : Wahai tuanku mengapakah anda tidak berobat ? Beliau menjawab : “ Hai Abdullah, dengan apa kematianku harus kuobati “ ? Aku berkata : Inna lillah wa Inna Ilaihi rajiun. ( Kita hanya milik Allah dan hanya kepada-Nya lah kita kembali ). Lalu beliau as. Menoleh kepadaku dan berkata : Demi Allah, Rasulullah saww, telah memberitahu kita sesungguhnya perkara ini ( imammah ) akan di pegang oleh dua belas Imam dari keturunan Ali da Fathimah. Tidak ada seorang dari kami ( Ahlul bayt ) akan mati melainkan diracun atau terbunuh. Kemudian beliau as. Menangis. Lalu aku berkata kepadanya. Wahai putra Rasulullah , berilah aku nasihat. Beliau menjawab : Baiklah ! . Bersiaplah untuk perjalananmu dan ambillah bekal sebelum tiba ajalmu. Ketahuilah bahwa kau mencari dunia, sedangkan kematian juga mengejarmu. Dan janganlah memikul beban hari yang belum datang kepadamu. Dan ketahuilah bahwa engkau tidak mencari harta yang lebih dari bekal makanmu, kecuali berarti engkau menyimpan untuk orang lain.Sadarlah bahwa harta halal yang kau tumpuk ada hisabnya, dan jika harta itu haram . engkau akan disiksa, sedang jika syubhat ( dalam keraguan ) engkau akan dicela. Maka jadikanlah dunia ini laksana bangkai, Ambillah secukupnya , sehingga jika itu halal maka engkau telah berlaku zuhud dan jika itu haram maka engkau akan terkena celaan yang ringan. Maka kamu mengambil darinya sebagaimana kamu mengambil dari bangkai, berbuatlah untuk suatu urusan duniamu seakan-akan kau akan hidup selamanya, dan berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok. Jika engaku ingin perkasa tanpa bantuan orang lain dan ingin karisma tanpa harus jadi sultan ( kekuasaan ) maka tinggalkanlah maksiat kepada Allah dan masuklah dalam lingkaran ketaatan-Nya.
20. Barangsiapa yang cinta kepada dunia akan hilang rasa takut pada akhirat dari hatinya.
21. Orang yang bodoh yaitu yang dungu dalam pengaturan hartanya, yang meremehkan harga dirinya, dan jika dicela tidak membela diri.
22. Kebaikan itu adalah ketika memberi tanpa didahului permintaan dan tidak diikuti oleh ungkitan.
23. Tercela lebih ringan dari pada masuk api neraka.
24. Sesungguhnya seorang mukmin akan berbekal , sedangkan si Kafir hanya akan bersenang-senang.
25. sikap bodoh ( dungu ) itu adalah mengikuti orang-orang rendahan dan berteman dengan orang yang sesat.
26. Antara kalian dengan nasihat ada hijab kemuliaan.
27. Kehancuran manusia ada dalam tiga perkara : kesombongan, ketamakan serta sifat hasad ( dengki ).
28. Kesombongan menyebabkan hancurnya agama dan karenanya iblis dilaknat. Sedang rasa tamak adalah musuhnya jiwa, dan karenanya Adam dikeluarkan dari syurga.Dan hasad ( dengki ) adalah pusat kejelekan yang karenanya Qabil membunuh Habil.
29. Gunakanlah pikiran kalian, karena ia adalah kehidupan yang dengannya hati kalian akan benar-benar hidup.
30. Tidak akan bersopan santun orang yang tidak berakal. Dan tidak akan berharga orang yang tidak bersemangat.Serta tidak akan malu orang yang tidak beragama.
31. Sebaik-baik kekayaan adalah : qama’ah ( rasa cukup ) ,dan seburuk-buruk kemiskinan adalah merendahkan diri.
32. Banyak bercanda akan menghilangkan kewibawaan. Dan kebanyakan orang yang berwibawa adalah yang pendiam.
33. Kesempatan itu cepat hilangnya dan lambat untuk terulang lagi.
34. Kerabat adalah orang yang didekatkan rasa cinta, walau ia jatuh dari sisi nasabnya.
35. ( Kamu akan ) tercela , ketika kamu tidak mensyukuri nikmat.
36. Gaulilah manusia dengan sesuatu yang kau ingin diperlakukan oleh orang lain sepertinya..
37. Barang siapa yang sering ke mesjid akan mendapatkan salah satu dari delapan perkara : 1. ayat Al-Quran 2. Teman yang berfaedah 3. Ilmu yang bermanfaat 4. Rahmat yang menunggunya. 5. Kalimat yang menunjukinya ke jalan kebenaran 6. Atau yang mencegahnya dari kemungkaran 7. Akan meninggalkan dosa karena malu 8. Atau karena takut ( kepada Allah SWT ).
38. Aku heran kepada orang yang hanya memikirkan perutnya ( makanannya ) namun ia tidak memikirkan akalnya. Lalu menjauhkan apa yang mengganggu perutnya, namaun ia membiarkan sesuatu yang dapat menjerumuskannya ( ke dalam neraka ).
39. Jika pekerjaan sunnah mengganggu kewajiban maka tinggalkanlah.
40. Katakanlah bahwa siapa yang bertaqwa kepada Allah maka Ia akan menjadikan baginya jalan keluar dari fitnah. akan meluruskan setiap perkaranya, akan menyiapkan baginya jalan kebaikan, akan menguatkan hujjahnya atas lawan-lawannya, memutihkan wajahnya, dan akan menuruti keinginannya bersama orang-orang yang telah Allah berikan nikmat atas mereka seperti para nabi, para siddiqin dan para syuhada serta shalihin.
2. Wahai anakku ! Janganlah engkau berteman dengan seseorang, sehingga engkau mengetahui identitas pribadinya. Bila engkau mengetahui dengan pasti dan ternyata layak dijadikan sahabat, maka bersahabatlah atas dasar menyelamatkan dari ketergelinciran dan saling membantu dalam menyelesaikan kesulitan.
3. Sesungguhnya mata yang paling jeli adalah yang dapat menembus asal usul kebaikan dan telinga yang mendengar adalah telinga yang dapat menyadap dan memanfaatkan peringatan, sedang hati yang paling tulus ( selamat ) adalah hati yang bersih dari syubhat ( keragu-raguan ).
4. Beliau as ditanya tentang arti pengecut. Lalu beliau menjawab : Yaitu berani kepada temannya, tetapi takut dari musuh-musuhnya.
5. Ya Allah ! Janganlah Engkau percepat siksa suatu dosa, Tapi berikanlah jalan di antara keduanya untuk bertaubat.
6. Hanya dengan akal dunia dan akhirat dapat di raih.
7. Tidak ada kefakiran seperti kebodohan.
8. Ajarilah manusia tentang bidang ilmu yang kau kuasai. Dan belajarlah dari selainmu, dengan demikian kamu membenahi ilmumu atau justru mendapat ilmu baru yang belum engkau ketahui.
9. Beliau ditanya : Apakah yang dimaksud menjaga harga diri itu ? Beliau menjawab : Yaitu menjaga urusan, agamanya, berjiwa mulia, bersikap lemah lembut, senantiasa berbuat baik dan menunaikan hak-hak ( orang lain ),
10. Aku tidak mengetahui seorang yang zalim ( aniaya ), yang menyerupai seorang yang madzhim ( dianiaya ), seperti ( yang dialami oleh ) seseorang yang hasud.
11. Pokok / puncak ( kesadaran ) akal adalah bergaul dengan sebaik-baik pergaulan.
12. Persaudaraan yang sejati adalah : tetap setia menemani dikala duka / susah suka / gembira.
13. Orang yang rugi ( kepapaan ) adalah yang membiarkan bagianmu berlalu, padahal telah ditawarkan kesempatan kepadamu.
14. Beliau ditanya tentang arti dermawan, Lalu beliau menjawab : “Yaitu yang memberi sebelum diminta”.
15. Perbandingan antara kebenaran dan kebathilan adalah empat jari. Apa yang engkau lihat dengan indramu ( matamu ) itulah kebenaran, dan engkau telah mendengar dengan kedua telingamu betapa banyaknya kebathilan.
16. Jangan kalian memaksa dalam mencari sesuatu. Seperti orang yang ingin selalu menang. Jangan pasrah pada takdir, seperti pasrahnya orang yang menyerah. Karena mencari nafkah itu anjuran agama. Bersikap baik saat mencari rizki termasuk harga diri. Harga diri itu tidak akan menghalangi rizki dan sifat rakus tidak juga menarik rizki.
17. Tidaklah suatu kaum bermusyawarah, kecuali akan mendapat petunjuk kejalan kebaikan mereka.
18. Sabda beliau saat mensifati seorang saudara yang baik : Dia adalah orang yang agung di mataku dan pangkal kekagumanku padanya adalah saat menganggap dunia ini kecil dihadapannya. Dia terlepas dari kungkungan ( tidak berhubungan ) dengan kebodohan dan tidak mengulurkan tangannya kecuali kepada apa yang ia percayai akan memberikan suatu manfaat. Dia tidak suka mengeluh, tidak cepat marah dan tidak cepat murung. Dia lebih suka jadi pendiam namun jika berbicara akan membungkam pembicara yang lain. Dia seakan lemah dan tidak berdaya namun dalam kesungguhan dia laksana singa yang akan menerkam. Bila duduk dengan para ulama dia lebih suka mendengarkan dari pada ikut berbicara. Dan jika dia kalah dalam dialognya, dia menang dalam diamnya.Dia tidak berkata tentang apa yang tidak dilakukannya, atau berbuat sesuatu yang tidak diucapkannya. Dan apabila disodorkan dua masalah yang belum diketahui mana yang lebih dekat dari keridhaan Tuhannya, maka segera dia melihat mana yang lebih dekat kepada hawa nafsunya, lalu ditinggalkannya. Dan dia tidak pernah mencela seseorang yang menyadari kesalahan tingkah lakunya.
19. Dari Junadah bin Abi Umayyah berkata : Ketika Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib as. Sakit yang membawa kepada kematiannya….. aku datang menjenguknya, lalu aku berkata : Wahai tuanku mengapakah anda tidak berobat ? Beliau menjawab : “ Hai Abdullah, dengan apa kematianku harus kuobati “ ? Aku berkata : Inna lillah wa Inna Ilaihi rajiun. ( Kita hanya milik Allah dan hanya kepada-Nya lah kita kembali ). Lalu beliau as. Menoleh kepadaku dan berkata : Demi Allah, Rasulullah saww, telah memberitahu kita sesungguhnya perkara ini ( imammah ) akan di pegang oleh dua belas Imam dari keturunan Ali da Fathimah. Tidak ada seorang dari kami ( Ahlul bayt ) akan mati melainkan diracun atau terbunuh. Kemudian beliau as. Menangis. Lalu aku berkata kepadanya. Wahai putra Rasulullah , berilah aku nasihat. Beliau menjawab : Baiklah ! . Bersiaplah untuk perjalananmu dan ambillah bekal sebelum tiba ajalmu. Ketahuilah bahwa kau mencari dunia, sedangkan kematian juga mengejarmu. Dan janganlah memikul beban hari yang belum datang kepadamu. Dan ketahuilah bahwa engkau tidak mencari harta yang lebih dari bekal makanmu, kecuali berarti engkau menyimpan untuk orang lain.Sadarlah bahwa harta halal yang kau tumpuk ada hisabnya, dan jika harta itu haram . engkau akan disiksa, sedang jika syubhat ( dalam keraguan ) engkau akan dicela. Maka jadikanlah dunia ini laksana bangkai, Ambillah secukupnya , sehingga jika itu halal maka engkau telah berlaku zuhud dan jika itu haram maka engkau akan terkena celaan yang ringan. Maka kamu mengambil darinya sebagaimana kamu mengambil dari bangkai, berbuatlah untuk suatu urusan duniamu seakan-akan kau akan hidup selamanya, dan berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok. Jika engaku ingin perkasa tanpa bantuan orang lain dan ingin karisma tanpa harus jadi sultan ( kekuasaan ) maka tinggalkanlah maksiat kepada Allah dan masuklah dalam lingkaran ketaatan-Nya.
20. Barangsiapa yang cinta kepada dunia akan hilang rasa takut pada akhirat dari hatinya.
21. Orang yang bodoh yaitu yang dungu dalam pengaturan hartanya, yang meremehkan harga dirinya, dan jika dicela tidak membela diri.
22. Kebaikan itu adalah ketika memberi tanpa didahului permintaan dan tidak diikuti oleh ungkitan.
23. Tercela lebih ringan dari pada masuk api neraka.
24. Sesungguhnya seorang mukmin akan berbekal , sedangkan si Kafir hanya akan bersenang-senang.
25. sikap bodoh ( dungu ) itu adalah mengikuti orang-orang rendahan dan berteman dengan orang yang sesat.
26. Antara kalian dengan nasihat ada hijab kemuliaan.
27. Kehancuran manusia ada dalam tiga perkara : kesombongan, ketamakan serta sifat hasad ( dengki ).
28. Kesombongan menyebabkan hancurnya agama dan karenanya iblis dilaknat. Sedang rasa tamak adalah musuhnya jiwa, dan karenanya Adam dikeluarkan dari syurga.Dan hasad ( dengki ) adalah pusat kejelekan yang karenanya Qabil membunuh Habil.
29. Gunakanlah pikiran kalian, karena ia adalah kehidupan yang dengannya hati kalian akan benar-benar hidup.
30. Tidak akan bersopan santun orang yang tidak berakal. Dan tidak akan berharga orang yang tidak bersemangat.Serta tidak akan malu orang yang tidak beragama.
31. Sebaik-baik kekayaan adalah : qama’ah ( rasa cukup ) ,dan seburuk-buruk kemiskinan adalah merendahkan diri.
32. Banyak bercanda akan menghilangkan kewibawaan. Dan kebanyakan orang yang berwibawa adalah yang pendiam.
33. Kesempatan itu cepat hilangnya dan lambat untuk terulang lagi.
34. Kerabat adalah orang yang didekatkan rasa cinta, walau ia jatuh dari sisi nasabnya.
35. ( Kamu akan ) tercela , ketika kamu tidak mensyukuri nikmat.
36. Gaulilah manusia dengan sesuatu yang kau ingin diperlakukan oleh orang lain sepertinya..
37. Barang siapa yang sering ke mesjid akan mendapatkan salah satu dari delapan perkara : 1. ayat Al-Quran 2. Teman yang berfaedah 3. Ilmu yang bermanfaat 4. Rahmat yang menunggunya. 5. Kalimat yang menunjukinya ke jalan kebenaran 6. Atau yang mencegahnya dari kemungkaran 7. Akan meninggalkan dosa karena malu 8. Atau karena takut ( kepada Allah SWT ).
38. Aku heran kepada orang yang hanya memikirkan perutnya ( makanannya ) namun ia tidak memikirkan akalnya. Lalu menjauhkan apa yang mengganggu perutnya, namaun ia membiarkan sesuatu yang dapat menjerumuskannya ( ke dalam neraka ).
39. Jika pekerjaan sunnah mengganggu kewajiban maka tinggalkanlah.
40. Katakanlah bahwa siapa yang bertaqwa kepada Allah maka Ia akan menjadikan baginya jalan keluar dari fitnah. akan meluruskan setiap perkaranya, akan menyiapkan baginya jalan kebaikan, akan menguatkan hujjahnya atas lawan-lawannya, memutihkan wajahnya, dan akan menuruti keinginannya bersama orang-orang yang telah Allah berikan nikmat atas mereka seperti para nabi, para siddiqin dan para syuhada serta shalihin.
Jumat, 16 September 2011
Shalat Subuh adalah Cahaya
Cahaya merupakan simbol dari pencerahan spiritual. Ilmu adalah cahaya. Iman adalah cahaya. Bekas-bekas basuhan air wudhu di wajah adalah cahaya. Alquran adalah cahaya. Setiap amal saleh yang kita lakukan hakikatnya adalah cahaya. Sejatinya, cahaya spiritual akan membimbing serta menerangi kehidupan manusia, tidak hanya di dunia saja tapi juga sampai ke akhirat kelak.
Di sana, cahaya terang akan memancar dari wajah setiap hamba-hamba beriman yang senantiasa tunduk dan patuh kepada-Nya. Cahaya inilah yang akan membedakannya dari orang-orang kafir nan ingkar. Allah SWT berfirman, Pada hari ketika kamu melihat orang Mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang banyak (QS Al Hadiid [57]: 12).
Pertanyaannya, apa kaitan shalat Subuh dengan cahaya? Di awal telah diungkapkan bahwa semua amal saleh hakikatnya adalah cahaya. Karena shalat Subuh adalah sebentuk amal saleh yang sangat bernilai, otomatis ia pun termasuk cahaya. Cahaya seperti apa? Dalam sebuah hadis dari Buraidah Al Aslami, Rasulullah SAW mengungkapkan, Beritakanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan ke masjid di waktu gelap (di pagi hari), dengan cahaya yang sempurna di akhirat kelak. (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Sungguh mengagumkan hadis ini. Al Mubarakfuri memberi komentar, Bahwa tubuh mereka akan diselimuti, dengan cahaya dari berbagai arah, saat mereka mengalami kesulitan berjalan di atas titian shirath kelak. Simaklah kata-kata kunci di dalamnya, kegelapan yang diikuti cahaya yang sempurna. Kegelapan yang diikuti cahaya terang, bukan cahaya remang-remang, namun cahaya yang kualitas terangnya begitu sempurna. Bagaimana terang benderangnya cahaya yang berada di tengah kegelapan? Semakin pekat kegelapan, semakin benderang pula cahaya yang melingkupinya. Pantas jika Rasulullah SAW mengungkapkan janji ini. Bukankah waktu Subuh, waktu sepertiga malam terakhir, waktu menjalang terbitnya fajar, adalah waktu yang paling gelap dari keseluruhan malam? Saat itu adalah saat terjadinya pertukaran antara malam dan siang. Bulan dan bintang sudah memasuki peraduannya sedangkan matahari belum muncul ke permukaan. Saat itu adalah saat-saat di mana cahaya yang menerangi bumi mencapai intensitasnya yang terendah, hingga Bumi mencapai kegelapan yang sempurna.
Dengan kasih sayang-Nya, Allah SWT memerintahkan kita untuk menunaikan shalat Subuh berjamaah. Dalam kegelapan yang sempurna, Rasulullah SAW mengajak kita berjalan ke masjid memenuhi panggilan Ilahi yang terungkap lewat kumandang adzan. Ketika momen itu berlangsung, dalam setiap langkah kaki, Allah SWT akan menggugurkan satu dosa serta mengangkat kita satu derajat (HR Bukhari Muslim). Ketika itu pula, Allah SWT menaburkan cahaya-cahaya terang yang akan menerangi jiwa orang-orang yang memenuhi panggilannya. Tahukah Anda bahwa peristiwa itu terjadi setiap hari, di pagi hari.
Karena tu, Rasulullah SAW mengajari kita sebuah doa, saat kita berjalan ke masjid di waktu malam dan pagi hari, Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya. Di dalam ucapanku cahaya. Jadikanlah pada pendengaranku cahaya. Jadikanlah pada penglihatanku cahaya. Jadikanlah dari belakangku cahaya dan dari depanku cahaya. Jadikanlah dari atasku cahaya, dari bawahku cahaya. Ya Allah berikanlah kepadaku cahaya dan jadikanlah aku cahaya (HR Muslim dan Abu Dawud).
Sepertiga malam terakhir hingga terbitnya fajar, adalah momen-momen yang sangat dahsyat. Seiring hadirnya cahaya-cahaya penerang jiwa, Allah SWT pun menaburkan aneka keberkahan di dalamnya. Betapa tidak, saat itulah para malaikat (yang juga makhluk cahaya) memberi laporan harian kepada Tuhannya, perihal amal-amal yang dilakukan manusia. Malaikat siang dan malaikat malam datang dan pergi kepada kalian pada waktu malam. Mereka berkumpul di waktu shalat Subuh dan shalat Ashar. Kemudian malaikat yang hadir bersama kalian naik ke langit, dan Allah Azza wa Jalla bertanya kepada mereka (walau Allah Maha Mengetahui segalanya), 'Bagaimana kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?'. Mereka menjawab, 'Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat, dan kami pun mendatangi mereka ketika dalam keadaan shalat'. (HR Bukhari Muslim).
Siapa pun yang mampu meraih keberkahan ini, maka di akhirat kelak kado istimewa sudah siap menunggunya. Apakah itu? Perjumpaan dengan Allah, Dzat Yang Mahatinggi. Masuk surga itu adalah nikmat yang teramat besar. Namun, kenikmatan surga tiada artinya jika dibandingkan dengan menatap wajah Allah secara langsung. Itulah puncak dari segala puncak kenikmatan dan kebahagiaan. Rasul sendiri yang menjanjikan hal ini. Dari Jair bin Abdillah, diriwayatkan bahwa ia menceritakan, Ketika kami tengah berada di sisi Nabi SAW, beliau memandang ke arah bulan purnama, lalu bersabda, 'Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini untuk melihat-Nya. Jika kalian sanggup untuk tidak meninggalkan shalat sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelamnya, maka lakukanlah'. Kemudian beliau membaca ayat ini: dan bertasbihlah memuji Rabb-mu sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelamnya (QS Thaahaa [20]: 30). (HR Bukhari).
Alasan dikhususkannya shalat Subuh dan Ashar, boleh jadi karena pada kedua waktu itu seseorang nyaman beristirahat. Waktu Subuh meneruskan istirahat malam, sedangkan Ashar adalah waktu beristirahat seusai melakukan berbagai kesibukan pekerjaan. Selain itu, siapa pun yang istikamah menjaga kedua shalat ini, biasanya mampu pula menjaga shalat fardu pada waktu-waktu lainnya.
Di sana, cahaya terang akan memancar dari wajah setiap hamba-hamba beriman yang senantiasa tunduk dan patuh kepada-Nya. Cahaya inilah yang akan membedakannya dari orang-orang kafir nan ingkar. Allah SWT berfirman, Pada hari ketika kamu melihat orang Mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang banyak (QS Al Hadiid [57]: 12).
Pertanyaannya, apa kaitan shalat Subuh dengan cahaya? Di awal telah diungkapkan bahwa semua amal saleh hakikatnya adalah cahaya. Karena shalat Subuh adalah sebentuk amal saleh yang sangat bernilai, otomatis ia pun termasuk cahaya. Cahaya seperti apa? Dalam sebuah hadis dari Buraidah Al Aslami, Rasulullah SAW mengungkapkan, Beritakanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan ke masjid di waktu gelap (di pagi hari), dengan cahaya yang sempurna di akhirat kelak. (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Sungguh mengagumkan hadis ini. Al Mubarakfuri memberi komentar, Bahwa tubuh mereka akan diselimuti, dengan cahaya dari berbagai arah, saat mereka mengalami kesulitan berjalan di atas titian shirath kelak. Simaklah kata-kata kunci di dalamnya, kegelapan yang diikuti cahaya yang sempurna. Kegelapan yang diikuti cahaya terang, bukan cahaya remang-remang, namun cahaya yang kualitas terangnya begitu sempurna. Bagaimana terang benderangnya cahaya yang berada di tengah kegelapan? Semakin pekat kegelapan, semakin benderang pula cahaya yang melingkupinya. Pantas jika Rasulullah SAW mengungkapkan janji ini. Bukankah waktu Subuh, waktu sepertiga malam terakhir, waktu menjalang terbitnya fajar, adalah waktu yang paling gelap dari keseluruhan malam? Saat itu adalah saat terjadinya pertukaran antara malam dan siang. Bulan dan bintang sudah memasuki peraduannya sedangkan matahari belum muncul ke permukaan. Saat itu adalah saat-saat di mana cahaya yang menerangi bumi mencapai intensitasnya yang terendah, hingga Bumi mencapai kegelapan yang sempurna.
Dengan kasih sayang-Nya, Allah SWT memerintahkan kita untuk menunaikan shalat Subuh berjamaah. Dalam kegelapan yang sempurna, Rasulullah SAW mengajak kita berjalan ke masjid memenuhi panggilan Ilahi yang terungkap lewat kumandang adzan. Ketika momen itu berlangsung, dalam setiap langkah kaki, Allah SWT akan menggugurkan satu dosa serta mengangkat kita satu derajat (HR Bukhari Muslim). Ketika itu pula, Allah SWT menaburkan cahaya-cahaya terang yang akan menerangi jiwa orang-orang yang memenuhi panggilannya. Tahukah Anda bahwa peristiwa itu terjadi setiap hari, di pagi hari.
Karena tu, Rasulullah SAW mengajari kita sebuah doa, saat kita berjalan ke masjid di waktu malam dan pagi hari, Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya. Di dalam ucapanku cahaya. Jadikanlah pada pendengaranku cahaya. Jadikanlah pada penglihatanku cahaya. Jadikanlah dari belakangku cahaya dan dari depanku cahaya. Jadikanlah dari atasku cahaya, dari bawahku cahaya. Ya Allah berikanlah kepadaku cahaya dan jadikanlah aku cahaya (HR Muslim dan Abu Dawud).
Sepertiga malam terakhir hingga terbitnya fajar, adalah momen-momen yang sangat dahsyat. Seiring hadirnya cahaya-cahaya penerang jiwa, Allah SWT pun menaburkan aneka keberkahan di dalamnya. Betapa tidak, saat itulah para malaikat (yang juga makhluk cahaya) memberi laporan harian kepada Tuhannya, perihal amal-amal yang dilakukan manusia. Malaikat siang dan malaikat malam datang dan pergi kepada kalian pada waktu malam. Mereka berkumpul di waktu shalat Subuh dan shalat Ashar. Kemudian malaikat yang hadir bersama kalian naik ke langit, dan Allah Azza wa Jalla bertanya kepada mereka (walau Allah Maha Mengetahui segalanya), 'Bagaimana kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?'. Mereka menjawab, 'Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat, dan kami pun mendatangi mereka ketika dalam keadaan shalat'. (HR Bukhari Muslim).
Siapa pun yang mampu meraih keberkahan ini, maka di akhirat kelak kado istimewa sudah siap menunggunya. Apakah itu? Perjumpaan dengan Allah, Dzat Yang Mahatinggi. Masuk surga itu adalah nikmat yang teramat besar. Namun, kenikmatan surga tiada artinya jika dibandingkan dengan menatap wajah Allah secara langsung. Itulah puncak dari segala puncak kenikmatan dan kebahagiaan. Rasul sendiri yang menjanjikan hal ini. Dari Jair bin Abdillah, diriwayatkan bahwa ia menceritakan, Ketika kami tengah berada di sisi Nabi SAW, beliau memandang ke arah bulan purnama, lalu bersabda, 'Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini untuk melihat-Nya. Jika kalian sanggup untuk tidak meninggalkan shalat sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelamnya, maka lakukanlah'. Kemudian beliau membaca ayat ini: dan bertasbihlah memuji Rabb-mu sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelamnya (QS Thaahaa [20]: 30). (HR Bukhari).
Alasan dikhususkannya shalat Subuh dan Ashar, boleh jadi karena pada kedua waktu itu seseorang nyaman beristirahat. Waktu Subuh meneruskan istirahat malam, sedangkan Ashar adalah waktu beristirahat seusai melakukan berbagai kesibukan pekerjaan. Selain itu, siapa pun yang istikamah menjaga kedua shalat ini, biasanya mampu pula menjaga shalat fardu pada waktu-waktu lainnya.
Rezeki Jasmani dan Ruhani
Jadilah orang yang gigih memakmurkan waktu sesudah sholat Subuh hingga terbitnya matahari dan sesudah sholat Ashar hingga tengelamnya matahari.
Pada dua waktu yang mulia ini, dicurahkan anugerah Allah bagi orang-orang yang menghadapkan diri kepada-Nya.
...
Memakmurkan waktu setelah sholat Shubuh merupakan sebab yang terkuat untuk menarik rezeki jasmani, sedangkan setelah sholat Ashar merupakan sebab yang terkuat untuk menarik rezeki ruhani.
Begitulah, hal ini telah diuji oleh orang-orang yang terbuka mata hatinya dan para ‘arifin.
Disebutkan dalam sebuah hadits yang artinya sebagai berikut :
“Seseorang yang duduk pada tempat ia sholat, lalu berzikir kepada Allah setelah sholat Subuh, lebih cepat mendapatkan rezeki daripada mereka yang mencari di setiap penjuru bumi”.
Sumber : Adab Suluk Al-Murid, Al-Allamah Abdullah bin Alwi Al-Haddad
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H
Selamat Idul Fitri, Mohon maaf lahir & batin
Semoga ridho Allah dan berkahNya
Menyertai hambanya...
Yang saling ucapkan maaf Dan memberi maaf
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H Maaf Lahir Bathin
Apapun makanannya minumnya teh botol sosro
Kapan saja lebarannya ucapannya minal aidin wal faidzin
Kami Segenap Keluarga mengucapkan
Selamat Hari Raya Idul Fitri
Taqobalallahu minnaa wa minkum
Shiyamanaa wa shiyamakum Minal ‘aidin wal faizin
Mohon maaf lahir dan batin ^_^
Langganan:
Postingan (Atom)