Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Selasa, 08 Juli 2014

Pangeran Kebangkitan

[Mengenai sabda Rasulullah SAW, ‘Matilah sebelum
engkau mati:’ “Wahai sahabat, matilah sebelum
engkau mati, jika yang paling engkau kehendaki
adalah hidup; karena dengan mati seperti itu Idris a.s.
menjadi seorang penghuni al-Jannah terlebih dahulu
daripada kita semua.”]



Engkau telah banyak menderita,
tetapi engkau masih tetap terhijab, karena
kematian itu suatu pokok yang mendasar, dan
engkau belum mencapainya.

Deritamu tidak akan berakhir sampai engkau mati:
engkau tidak dapat menjangkau atap tanpa
menyelesaikan tangga panjatan.

Walau hanya tersisa dua buah dari seratus anak-tangga,
sang pemanjat yang telah keras berjuang tetap
saja terhalang dari menjejakkan kaki di atas atap.

Walau tambang hanya kurang satu dari seratus depa,
bagaimanakah caranya air-sumur masuk ke dalam timba.

Wahai pejalan, tidak akan pernah engkau mengalami
kehancuran kapal keberadaan-diri ini, sampai
engkau meletakkan pemberat terakhir.

Ketahuilah pemberat terakhir itu sangatlah pokok,
ia bagaikan bintang yang menembus, yang muncul pada
malam hari: ia menghancurkan kapal yang penuh
ide-jahat dan kesalahan ini.

Kapal bangga-diri ini, ketika ia sepenuhnya hancur,
menjadi matahari di tengah lengkung biru al-Jannah.

Selama engkau belum mati, deritamu akan terus berkepanjangan:
engkau akan dipadamkan manakala fajar merekah,
wahai lilin dari Thiraz!

Ketahuilah, Matahari dari alam ini tetap tersembunyi
sampai bintang-bintang kita tertutup.

Gunakanlah tongkat itu kepada dirimu-sendiri:
hancurkanlah cinta-dirimu, karena mata jasmaniah ini
bagaikan sumbat pada pendengaranmu.

Engkau tengah menggunakan tongkat itu kepada dirimu-sendiri,
wahai manusia rendah: cinta-diri ini adalah bayangan dari
dirimu-sendiri dalam cermin dari tindakan-tindakan-Ku

Engkau telah melihat bayangan dari dirimu-sendiri dalam
cermin dari bentuk-Ku, dan telah meradang,
ingin menempur dirimu-sendiri,

Bagaikan singa yang terjun ke dalam sumur;
karena menyangka bayangan dirinya-sendiri adalah musuhnya.

Tidak diragukan lagi, ketiadaan (‘adam) adalah lawan
dari keberadaan (wujud), maksudnya adalah agar dari
lawannya ini, engkau memperoleh sedikit pengetahuan
tentang yang sebaliknya.

Pada saat ini tidak ada sarana yang menyebabkan diketahuinya
Tuhan, kecuali dengan penyangkalan kebalikan:
dalam kehidupan kini tiada saat yang tanpa jebakan.

Wahai pemilik kesejatian,
jika engkau menginginkan ketersingkapan-hijab al-Haqq,
pilihlah kematian dan robeklah hijab.

Bukanlah ini kematian yang kemudian membawamu
ke dalam kubur, melainkan suatu kematian berupa
transformasi jiwa, sehingga ia akan membawamu ke dalam
suatu Cahaya.

Ketika seseorang beranjak dewasa, masa kanak-kanaknya mati;
ketika dia tumbuh putih seperti orang Yunani,
ia menanggalkan celupan hitamnya yang bagaikan orang Afrika.

Ketika bumi menjadi emas, tiada tertinggal unsur kebumiannya;
ketika sedih menjadi gembira, duri kesedihan tiada tersisa.

Karenanya, Sang Mustafa bersabda: “Wahai pencari
rahasia-rahasia, jika engkau hendak melihat orang mati yang hidup,

Yang berjalan-jalan di atas bumi, seperti orang yang masih hidup,
namun dia telah mati dan jiwanya telah pergi ke al-Jannah;

Orang yang jiwanya memiliki tempat-tinggal yang tinggi saat ini,
ketika ajalnya tiba, tidaklah jiwanya dipindahkan.

Karena dia telah dipindahkan sebelum mati:
rahasia ini hanya dimengerti dengan mengalami kematian,
bukannya dengan menggunakan nalar seseorang;

Tetaplah itu sebuah pemindahan, tetapi tidak sama
dengan pemindahan jiwa-jiwa dari mereka yang rendah:
itu mirip dengan suatu perpindahan dalam hidup ini,
dari suatu tempat ke tempat lain.

Jika ada yang ingin melihat seseorang yang telah mati,
tapi masih tampak berjalan di bumi,

Biarkanlah dia memperhatikan Abu Bakar,
sang shalih, yang dengan menjadi seorang saksi yang shiddiq,
menjadi Pangeran Kebangkitan.

Dalam hidup kebumian kini, tataplah sang shiddiq,
sehingga lebih yakin lagi engkau percaya kepada Kebangkitan.”

Karena itulah, Muhammad merupakan seratus kebangkitan jiwa,
di sini dan kini; sebab terlarutkan dia dalam kematian,
dari kehilangan dan keterikatan sementara.

Ahmad itu lahir dua-kali di alam ini:
dia memanifestasi dalam seratus kebangkitan.

Mereka bertanya kepadanya mengenai Kebangkitan:
“Wahai (engkau yang adalah) Sang Kebangkitan,
berapa jauhkah jalan menuju Kebangkitan?”

Dan sering dia akan berkata, dengan kefasihan bisu:
“Adakah seseorang menanyakan (kepadaku, yang adalah)
Sang Kebangkitan, mengenai Kebangkitan?”

Oleh karenanya, Sang Rasul yang membawa kabar-kabar gembira
berkata, dengan penuh-makna: “Matilah sebelum engkau mati,
wahai jiwa-jiwa mulia,

Seperti aku telah mati sebelum mati,
dan membawa dari Sana kemasyhuran dan keterkenalan ini.”

Sebab itu, jadilah kebangkitan dan, dengan demikian,
lihatlah kebangkitan: menjadi kebangkitan adalah syarat
yang diperlukan agar dapat melihat segala sesuatu
sebagaimana adanya.

Sampai engkau menjadi hal itu,
tidaklah akan engkau ketahui dengan sempurna,
apakah hal itu terang atau gelap.

Jika engkau menjadi ‘Aql,
engkau akan mengetahui ‘Aql dengan sempurna; jika
engkau menjadi Cinta, akan engkau ketahui nyala sumbu Cinta.

Akan aku nyatakan dengan jelas bukti dari pernyataan ini,
jika ada pengertian yang tepat untuk menerimanya.

Buah-ara mudah diperoleh di sekitar sini,
jika ada burung pemakan buah-ara yang mau bertamu.

Semuanya saja, lelaki ataupun perempuan, di seluruh alam,
tiada hentinya dalam sekarat, dan tengah mati.

Anggaplah kata-kata mereka sebagai wasiat kepada anaknya,
yang disampaikan seorang ayah pada saat seperti itu.

Sehingga dengan demikian, semoga tumbuh
di hatimu pertimbangan dan belas-kasih,
supaya akar kebencian dan kecemburuan dan permusuhan
dapat tercabut.

Pandanglah sesamamu dengan cara demikian,
sehingga terbakarlah hatimu dengan belas-kasih,
bagi sekaratnya.

“Semua yang mesti datang, akan datang:”
anggaplah dia sudah datang di sini dan kini,
anggaplah sahabatmu sedang sekarat dan tengah mati.

Dan jika kehendak-kehendak yang mementingkan diri-sendiri
menghalangimu dari pandangan seperti ini,
buanglah kehendak seperti ini dari dadamu;

Dan jika engkau tidak-mampu, janganlah
terus berdiam-diri dalam keadaan tidak-mampu itu:
ketahuilah bersama dengan setiap ketidak-mampuan terdapat
Yang-Membuat-tidak-mampu.

Ketidak-mampuan itu adalah sebuah belengu:
Dia mengikatmu dengannya, engkau harus membuka
matamu untuk menatap Dia yang mengikatkan belengu.

Karenanya, bermohonlah dengan rendah-hati, katakanlah:
“Wahai Sang Pemandu kehidupan, sebelumnya aku merdeka,
dan kini aku terjatuh dalam keterikatan;
gerangan apakah sebabnya?

Telah lebih keras dari sebelumnya kuinjak-injakan kakiku
pada kejahatan, karena Engkaulah Sang Maha Kuasa,
dan aku senantiasa berada dalam kerugian.

Selama ini aku tuli kepada seruan-Mu:
seraya mengaku-aku diri seorang penghancur berhala,
padahal sesungguhnya aku adalah seorang pembuat berhala.

Apakah lebih pantas bagiku merenungkan tentang
karya-karya-Mu atau tentang kematian?
(Tentang kematian): Kematian itu bagaikan musim-gugur, dan
Engkau adalah (akar yang merupakan) sumber dari dedaunan.”

Telah bertahun lamanya, kematian ini memukul-mukul
genderangnya, (tetapi hanya ketika) telah terlambat telingamu
tergerak mendengarkan.

Dalam kesakitannya (manusia yang lalai) menjerit dari kedalaman
jiwanya: “Wahai, aku tengah sekarat!” Apakah baru sekarang ini
Kematian membuatmu sadar akan kehadirannya?

Tenggorokan kematian serak karena teriakan-teriakannya;
genderangnya robek karena kerasnya pukulan-pukulan
yang diterimanya.

Tetapi engkau menghancurkan dirimu-sendiri dalam
remeh-temeh: baru kini engkau menangkap rahasia kematian...

salaam ~

http://ngrumi.blogspot.com/

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Subject: Acetone Peroxide - sulfuric acid primary explosive
Date: 29 Aug 93 06:44:40 GMT

Disclaimer: I take no responsibility for your actions!
(Taking responsibility for my own is enough trouble.)

Acetone Peroxide

from the BlackBook vol. 3 sec. I no. 26
The BlackBook is a book which our government was nice enough to
print for our Special Forces in Vietnam. It describes in detail how
to wreak havoc with ordinary materials.

You need: acetone (hardware, paint store)
hydrogen peroxide (hair bleach type - 15 volume or
higher - hair/cosmetics store)
sulfuric acid (concentrated; if you use battery acid,
boil until white fumes appear to remove
all of the water)

You also need a thermometer, ice, salt, and containers.

Procedure:

Mix 30 milliliters of acetone and 50 millileters of hydrogen
peroxide into a glass container and mix thoroughly.

The container must now be put into ice/salt water and cooled to
below 5 degrees Celsius. The easiest way to do this: take a coffee
can, put in water and salt to about half full, put container
(empty) into can, put plastic lid on can to keep container from
floating, put can in freezer, when water is frozen, take out,
remove lid, proceed. This will provide excellent cooling and also
keep container from floating.

Now, put a thermometer in the mixture. When it is below 5 degrees
Celsius, start putting in the sulfuric acid, one drop at a time.
Keep stirring and watching the thermometer. Adding the acid
produces heat; if it gets up to 10 degrees, stop adding acid and
wait for it to cool. You need to add a total of 2.5 milliliters of
sulfuric acid, one drop at a time.

What happens if the temp gets significantly higher than 10 degrees?
I don't know, because I never let it happen. The BlackBook usually
warns you if you are in danger, and there is no warning here, but
still, don't try it! Keep the temperature down. Also watch the
acid, as it tends to splatter.

Keep stirring for a couple minutes after adding all the acid. Put
the container in the fridge (not freezer) and let it sit overnight.
When you get it out the next morning, there will be a white
precipitate on the bottom.

Pour the solution through a coffee filter, paper towel, or other
filtering paper. This will collect the precipitate. Pour a couple
of spoonfuls of ice-cold water through the towel to remove acid.
Now set the paper out to dry. The resulting powder/crystals are a
very powerful primary explosive. According to the book, "Keep away
from shock, friction, and flame."

This material can be loaded into a 2.5 inch length of brass or
copper tubing and pressed down to make blasting caps. The pressing
may be hazardous - the book details the manufacture of a loading
press which includes a shield to protect the user. The book says
this type of blasting cap will detonate most homemade explosives
without a booster explosive: "Acetone peroxide is a very powerful
initiator and can be used by itself as the main filler when making
homemade detonators."

My own experience with this material is as follows: When I ignited
a _small_ pile of the loose powder, it produced an instantaneous
red fireball and a slight whump. If the powder is packed into a
length of drinking straw, however, it explodes with a very sharp
crack. I made a strong paper casing out of several sheets of paper
folded and rolled tightly. About a two-inch piece of a straw,
packed with powder, blew it to confetti-sized pieces with a loud
bang. I caved in a piece of sheet metal with the rest of the straw.

I'm not sure how toxic this is, so I would be careful with it. Is
it particularly sensitive/poisonous/carcinogenic or otherwise
likely to kill you? I've hit small pellets with a hammer and they
go bang, but I've never had an accident with it. The crack is very
sharp and loud; protect your ears.

Cari Blog Ini