Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Sabtu, 03 Desember 2011

BAHASA RAHASIA III: BATU FILOSUF

BAHASA RAHASIA III: BATU FILOSUF

Di kedalaman samudera, ada kekayaan tiada tara.
Namun jika engkau mencari keselamatan,
di pantailah tempatnya.
(Sa'di, Gulistan)

Robert of Chester, seorang berkebangsaan Inggris yang belajar di Spanyol Islam, memperkenalkan alkimia ke dunia Kristen zaman Pertengahan dalam sebuah buku yang diselesaikannya pada tahun 1144 M. Buku ini merupakan terjemahan dari sebuah buku berbahasa Arab. Sebagaimana dilihat oleh Profesor Holmyard (Alchemy, London, 1957, hlm. 103), dengan jelas ia menyatakan dalam bukunya bahwa pada masa itu, ilmu ini tidak dikenal di "Dunia Latin".

Sejak masa ini telah terjadi pergulatan antara dua penafsiran "seni" itu. Apakah makna istilah itu secara harfiah, ataukah merupakan suatu sistem pengembangan mental atau spiritual? Kita hampir tidak bisa menghindari kenyataan bahwa istilah ini dipahami baik dalam pengertian kimiawi dan cara penciptaan (benda) yang seringkali luput dari perhatian peneliti. Akibatnya adalah muncul beberapa klaim bahwa alkimia adalah perintis ilmu kimia, yang secara eksklusif terkait dengan penciptaan "Batu Filosuf". Sementara yang lain menyatakan bahwa istilah itu muncul dari upaya-upaya awal untuk menyepuh atau mencetak logam dan mengubahnya menjadi emas atau perak. Yang lainnya menyatakan bahwa istilah itu merupakan suatu seni yang rumit dan hanya terkait dengan berbagai potensi kesadaran manusia.

Fakta-fakta jauh kurang kompleks daripada apa-apa yang muncul pada orang yang tidak terkait dengan kiasan Sufi bersama apa yang seringkali hanya sebagai bacaan turunan. Pertama kali yang harus diingat adalah bahwa orang-orang yang secara serampangan dikelompokkan sebagai ahli alkimia, dan yang karyanya seringkali diperlakukan sebagai suatu keutuhan, ternyata membentuk berbagai jenis orang yang berbeda-beda, yang bekerja pada jalur disiplin yang berbeda atau analog.

Resep-resep tukang emas, yang berasal dari zaman kuno, tidak membuktikan bahwa istilah alkimia tidak digunakan oleh para pengikut mistik. Dua orang yang masing-masing dianggap telah memperoleh obat mujarab, bisa jadi yang satu adalah seorang dukun, sementara lainnya adalah seorang guru mistik. Banyak sekali bukti dalam literatur Abad Pertengahan yang menunjukkan suatu pergulatan tetap menuju suatu pengembangan mental, yang tertulis dalam istilah yang bersifat alkimia.

Kesalahan ini tidak diluruskan ketika ahli kimia Perancis, M.P.E. Berthelot mengkaji sejumlah besar dokumen-dokumen alkimia pada tahun 1888 dan 1893. Ia menemukan bahwa dokumen tertua yang bisa ditemukan telah berusia dua ribu tahun. Selain itu ia menemukan buku-buku yang memuat resep-resep metalurgi untuk mengolah dan menyepuh logam dari para pengrajin dimana teks-teks itu bercampur dengan sejumlah teks tentang keruhanian. Sebelum para pembaca buku dilahirkan, orang telah menyimpulkan bahwa alkimia merupakan sejenis penyimpangan, suatu kemerosotan dari metalurgi dan merupakan ilmu kimia kuno yang dipraktekkan oleh orang-orang Yunani di Mesir.

Bahan-bahan itu tidak dikaji dengan pandangan bahwa alkimia merupakan istilah yang diadopsi oleh sebuah madzhab ta'lim (teaching school) untuk memproyeksikan pesannya yang disampaikan dalam bahasa alegoris dan secara keseluruhan berasal dari luar konteks metalik.

Kepustakaan alkimia, yang dikumpulkan sebagai satu fenomena, begitu banyak sehingga seumur hidup bisa dihabiskan untuk memahaminya. Ia mencakup berbagai pemalsuan yang relatif masuk akal dalam bahasa Yunani, Latin, Arab dan pada masa berikutnya dalam bahasa-bahasa Barat. Tulisan-tulisan ini kadangkala tidak jelas (tidak mudah dimengerti), terbatas pada simbolisme dan dikemukakan dengan kiasan serta khayalan kabur seperti naga, warna-warna yang berubah, pedang berkilat, logam dan planet-planet.

Anggapan bahwa keinginan akan perubahan (logam) merupakan suatu usaha yang muncul akibat suatu kesalahpahaman dari dokumen kesenian itu, sebenarnya tidak memadai untuk menjelaskan penggunaan istilah itu oleh para ahli alkimia. Jika kita membaca kata-kata dalam bahasa Arab yang dipilih padanannya dalam bahasa Latin oleh para penterjemah, kita bisa menilai apakah kata-kata Latin itu mencoba perubahan logam yang sesungguhnya atau penggunaan istilah-istilah itu secara berbeda. Dengan kata lain, kita bisa menceritakan tentang para ahli kimia dari para ahli spiritual. Ini merupakan salah satu sarana yang bisa mengungkap cerita tentang alkimia pada Abad Pertengahan.

Kita harus mulai dari tahapan awal, yaitu bapak alkimia sebagaimana kita telah mengenalnya, Jabir ibnu al-Hayyan. Jabir telah diakui baik oleh para ahli alkimia Arab maupun Eropa sebagai bapak ilmu ini sejak abad kedelapan. Sejak masa itu, semua alkimia seperti yang kita kenal mengandung doktrin tentang tiga unsur -- garam, sulfur dan air raksa (merkuri). Ketiga unsur ini harus digabungkan secara tepat untuk menghasilkan "Emas Filosofis". Banyak ahli alkimia menekankan, seseorang bahkan bisa mengatakan semuanya, bahwa substansi-substansi ini bukanlah substansi yang sama dengan yang kita kenal sebagai garam, sulfur dan air raksa. Selain itu Geber, demikianlah Jabir dikenal di Barat, seperti dicatat oleh Profesor Holmyard sebagai telah memperkenalkan doktrin tentang sulfur dan air raksa yang "tampaknya tidak dikenal oleh orang-orang kuno".

Sebagaimana telah dipraktekkan sejak abad kedelapan, alkimia identik dengan Jabir ibnu al-Hayyan. Siapakah dia sebenarnya; apakah maksudnya tentang sulfur dan air raksa? Menurut buku-buku berbahasa Latin maupun Arab, Jabir dijuluki as-Sufi.2

Dalam karya-karyanya, ia mengakui Imam Ja'far ash-Shadiq (700-765) sebagai gurunya dan membicarakannya dengan penuh rasa hormat. Sementara Ja'far ash-Shadiq adalah seorang guru Sufi (mursyid) besar dan namanya muncul di hampir semua "silsilah-riwayat" dari ajaran Sufisme serta oleh para pakar seperti Rumi dan al-Ghazali disebut sebagai alkimia. Bahkan al-Ghazali menamakan salah satu karya terpentingnya dengan Kaimiya'us-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan). Ibnu Arabi menyatakan bahwa "Nama-nama Keagungan" disebut dengan emas dan perak.

Apakah sebenarnya Batu Sofistikal, Batu Para Filosuf yang akan mengubah logam-logam dasar menjadi logam mulia? Apa yang harus kita lakukan di sini adalah menterjemahkan kembali kata-kata tertentu ke dalam bahasa Arab, melihat penggunaan teknisnya di kalangan Sufi dan mencari apa sebenarnya yang dimaksud Jabir.

Menurut para Sufi, pembaharuan kembali dari satu bagian esensial kemanusiaan merupakan tujuan manusia. Pemisahan manusia dari esensinya merupakan sebab ketimpangan dan penderitaannya. Pencarian hidupnya adalah pemurnian dari unsur-unsur yang tidak berguna dan pembangkitan (unsur) emasnya. Sarana untuk mencapainya terdapat dalam diri manusia -- inilah yang dimaksud dengan "Batu Filosuf ". Kata Arab untuk batu berkaitan dengan kata "tersembunyi, terlarang". Oleh karena itu, simbol batu diadopsi sesuai dengan aturan wajar dari asonansi di kalangan Sufi.

Di Barat, batu -- sesuatu yang tersembunyi dan begitu kuat, juga disebut dengan Azoth. Azoth ditelusuri oleh para Orientalis kepada salah satu dari dua kata -- adz-Dzat, yang berarti esensi atau realitas dalam; atau pada kata zibaq, yang berarti merkuri. Menurut Sufi, batu adalah dzat (esensi) yang begitu kuat sehingga ia bisa mengubah apa saja yang bersentuhan dengannya. Ia merupakan esensi manusia yang memiliki sifat ketuhanan. Ia merupakan "sinar matahari" yang mampu mengangkat kemanusiaan pada tahapan berikutnya.

Kita bisa melangkah lebih jauh dari ini. Tiga unsur itu bergerak menuju penciptaan dzat setelah diproses melalui "kerja" sebagai terjemahan dari kata "amal". Unsur-unsur ini adalah sulfur (kibrit, homonim dari kata kibirat, "kebesaran", "keagungan"); garam (milhun, homonim dari kata milhun, "kebaikan", "pengetahuan"); dan merkuri (zibaq, memiliki akar kata yang sama untuk kata "membuka", "membongkar").3

Jika kita tidak tahu bagaimana kata-kata ini digunakan dan juga padanannya, maka kita tidak bisa mengungkap alkimia. Ibnu Arabi sendiri mengungkapkan dua maknanya ketika ia mengatakan bahwa sulfur berarti ketuhanan; merkuri berarti alam. Interaksi dalam proporsi yang tepat akan menghasilkan Azoth, esensi yang dimuliakan. Terjemahan ke dalam bahasa Latin menghilangkan asonansi yang dimiliki karya-karya Sufi, tetapi penafsirannya berlanjut (untuk kepentingan orang-orang non-Arab) pada kitab-kitab berbahasa Persia, seperti Kimiyya'us-Sa'adah karya al-Ghazali.

Penyebaran ajaran alkimia juga dinyatakan telah berada pada para guru kuno, sebagian dari mereka namanya disebutkan. Mereka ini termasuk Hermes, menurut para penulis Timur dan Barat, yang oleh orang-orang Arab dikenal dengan nama Idris. Para penulis dan praktisi menerima penyebaran itu dari Hermes sampai tingkatan tertentu sehingga alkimia sering disebut dengan "Seni-Hermetik" dan demikianlah coraknya sejak mereka menerima asalnya dari orang-orang Arab.

Sejarawan Arab Spanyol, Said of Toledo (w. 1069), menceritakan tradisi Thoth atau Hermes ini: "Orang-orang bijak menegaskan bahwa semua ilmu yang sangat kuno berasal dari Hermes pertama, yang tinggal di Sa'id, di bagian atas Mesir. Orang-orang Yahudi menyebutnya Enoch dan orang Muslim menyebutnya Idris. Ia adalah orang pertama yang berbicara tentang bahan dari dunia yang lebih unggul dan tentang gerakan-gerakan planet. Ia membangun kuil untuk menyembah Tuhan... obat-obatan dan syair adalah keahliannya ... (Ia) mengingatkan tentang suatu bencana api dan air karena Banjir ... Setelah Banjir semua ilmu, termasuk alkimia dan ilmu sihir, dibawa ke Memphis, di bawah Hermes kedua yang lebih termasyhur."4

Hermes Ketiga yang Agung, dan sangat mungkin mewakili tiga guru yang berbeda, bukan saja penemu alkimia yang terkenal itu. Namanya muncul di antara para guru kuno dalam apa yang sekarang disebut sebagai jalan (Tarekat) para Sufi. Dengan kata lain, baik para Sufi maupun ahli alkimia mengklaim Hermes sebagai penemu ilmu mereka. Maka Ja'far ash-Shadiq sang Sufi, Jabir sang Sufi dan Hermes sang Sufi termasyhur, dianggap oleh para ahli alkimia baik di Timur maupun Barat sebagai guru mereka.

Cara-cara pemusatan, penyulingan, pematangan dan pencampuran dengan nama-nama kimiawi, niscaya merupakan suatu pengaturan jiwa dan tubuh untuk menghasilkan seorang manusia, bukan hasil yang bersifat kimiawi. Adanya peniru yang mempraktekkan kimia fisik juga tidak diragukan. Tetapi juga benar bahwa sampai akhir-akhir ini (dan di beberapa tempat mereka masih ada), ada orang-orang yang percaya bahwa hal-hal spiritual mempunyai persamaan fisikal.

Siapakah Ja'far ash-Shadiq, mursyid dan guru Jabir itu? Ia tidak lain adalah Imam Keenam, keturunan Nabi Muhammad saw melalui Fathimah. Banyak orang percaya bahwa ia adalah penghubung langsung yang menyampaikan rahasia ajaran batin Islam, yang diajarkan Muhammad sendiri, yaitu Sufisme.

Dalam jangka waktu lama Jabir bin al-Hayyan adalah sahabat dekat keluarga al-Barmaki, wazir-wazir Harun ar-Rasyid. Keluarga Barmaki adalah keturunan para pendeta yang tinggal di kuil-kuil Budha Afghanistan dan mereka memegang ajaran kuno yang disampaikan kepada mereka dari wilayah itu. Harun ar-Rasyid sendiri adalah sahabat para Sufi, dan ada contoh-contoh yang mencatat berbagai kunjungan kehormatannya kepada para mursyid Sufi.

Anggapan bahwa ajaran alkimia berasal dari Mesir langsung dalam berbagai tulisan Thoth atau sejenisnya, tidaklah penting untuk tesis ini. Menurut tradisi Sufi, ajaran itu disampaikan melalui Dzun-Nun al-Mishri (Raja Ikan), salah seorang guru Sufi termasyhur pada masa klasik.

Siapakah Hermes, atau bagaimana ia secara umum digambarkan? Ia adalah dewa yang membawa ruh-ruh orang mati ke dunia dan membawa pesan-pesan dari para dewa. Ia adalah perantara antara dunia kedewataan dengan dunia nyata. Seperti merkuri, ia bergerak dengan kecepatan sangat tinggi sehingga bisa menafikan waktu dan tempat, sama seperti yang dicapai oleh pengalaman batin. Ia adalah seorang atlet, manusia dewasa. Karena itulah ia dipandang sebagai "manusia sempurna" Sufi dari segi jasmaninya. Dalam statusnya yang lebih awal, ia tampil sebagai pria dewasa, tua dan bijaksana, dianggap sebagai hasil pengembangan diri yang benar. Ia menciptakan lirik dan sebagaimana dilakukan para Sufi lainnya, menyebabkan perubahan pada para pendengarnya melalui musik. Ia mampu menidurkan raksasa melalui serulingnya, suatu tindakan yang dianggap sebagai indikasi hipnotis dari sosok Hermes sebagai suatu ciri Sufi. Kaitan hipnotis ini dengan mistisisme maupun pengobatan jelas terlihat.

Pelestarian dan penyampaian ajaran kuno itu tertanam kuat dalam sosok Hermes ini. Ia mempunyai kembaran perempuan -- Sesheta -- yang dikaitkan dengan bangunan kuil dan pemelihara Kitab hikmah kuno. Seperti wujud manusia yang memberikan ilham dari para Sufi dan Kebenaran Sufi (Simurgh), ia digambarkan sebagai seekor burung. Kadangkala ia adalah seorang manusia berkepala burung Ibis, dimana kepala menunjukkan aspirasi atau pencapaian jiwa, yang terletak di kepala.

Dunia ini tercipta melalui sebuah kata dari Thoth -- delapan karakter (empat disimbolkan sebagai dewa, empat sisanya sebagai dewi) yang dibuat dari sebuah suara yang diucapkannya. Sifat kelipatan delapan dari ajaran Sufi disimbolkan dengan diagram oktagonal dari kata hoo, suara Sufi.

Dewa-dewi atau legenda apa pun mungkin telah berbaur dengan berbagai kepribadian Hermes, Merkuri dan Thoth, tetapi unsur-unsur utama yang menghubungkan antara manusia dan Tuhan, hikmah, musik, huruf dan obat-obatan tetap ada.

Dalam sosok tritunggal itu -- orang Mesir, Yunani dan Romawi -- seperti telah disamakan dengan sosok serupa, hubungannya dengan suatu bentuk hikmah yang telah disampaikan kepada manusia dari sumber-sumber ketuhanan yang tetap terlihat. Secara pasti hal ini jauh lebih komprehensif dibandingkan format alkimia yang diberikan kepadanya pada masa berikutnya.

Selama berabad-abad, orang-orang dibingungkan oleh ajaran yang terkenal dari ketiga Hermes yang agung itu. Ajaran itu terpahat di atas sebuah "Lempengan Batu Zamrud" yang oleh orang-orang Arab disebut sebagai prinsip-dalam besar dari Karya Agung. Ini merupakan otoritas puncak dari para ahli alkimia dan mungkin bisa disampaikan sebagai berikut:

Kebenaran, kepastian, yang terpercaya, tanpa kesalahan. Apa yang di atas sama seperti apa yang di bawah. Apa yang di bawah sama seperti apa yang di atas. Keajaiban dan kesatuan harus diraih. Segala sesuatu terbentuk dari kontemplasi kesatuan dan segalanya lahir dari kesatuan melalui adaptasi. Orangtuanya adalah Matahari dan Bulan. Ia dilahirkan oleh angin dan dibesarkan oleh bumi. Segala ketakjuban berasal darinya dan mempunyai kekuatan sempurna. Lemparkan ia ke bumi, menyatukan kekuatan atas dan bawah. Dengan demikian engkau akan memiliki iluminasi dari semua dunia dan kegelapan akan sirna. Ini merupakan kekuatan dari semua kekuatan -- ia menguasai yang lembut dan menembus yang padat. Inilah cara-cara penciptaan dunia. Di masa depan, berbagai perkembangan yang mengagumkan akan muncul dan inilah jalannya.
Akulah Hermes, Guru (Hikmah) Tritunggal, dinamakan demikian karena Aku memegang Tiga unsur dari semua hikmah. Dengan demikian mengakhiri pengungkapan kerja Matahari.

Ini sama dengan diktum Sufi (Pengantar pada Persepsi Ja'far ash-Shadiq): "Manusia adalah mikrokosmos, ciptaan makrokosmos -- kesatuan. Semua berasal dari Yang Esa. Dengan menyatukan kekuatan kontemplasi, semua bisa diraih. Esensi ini harus dipisahkan dari tubuh, kemudian digabungkan dengan tubuh. Inilah kerja. Mulailah dengan dirimu sendiri dan akhirilah dengan semua. Di depan manusia, di belakang manusia, (adalah) transformasi."

Jika bisa dipastikan bahwa ada sesuatu seperti ajaran tentang logam yang menyerupai alkimia dan bahwa terdapat alkimia spiritual tanpa percobaan-percobaan kimiawi, masih ada poin lain yang terlewatkan para komentator. Jabir (atau para pengikutnya, paling tidak sebagian mereka adalah para Sufi) sebenarnya melakukan penelitian kimiawi. Mereka mencapai berbagai penemuan yang diakui sebagai dasar ilmu kimia modern. Bagi pikiran modern, ini berarti bahwa mereka mencoba menciptakan Batu Filosuf -- mencoba perubahan metalik yang sesungguhnya. Bisakah mereka melalui tahun-tahun percobaan dan menahan kesabaran menghadapi berbagai kemunduran yang dihadapi semua ahli alkimia, kecuali kalau mereka yakin bahwa ada kemungkinan secara teoritis untuk berhasil? Apakah mereka melakukan berbagai percobaan semacam ini semata-mata sebagai orang buta, dalam masyarakat yang enggan terhadap kegiatan keagamaan individual, dengan menciptakan suatu kepalsuan yang begitu sempurna sehingga mereka benar-benar harus mencoba transmutasi logam?

Ada dua cacat yang berkembang dalam menghadapi berbagai kenyataan untuk bisa dipahami. Pertama, adalah bahwa orang-orang cenderung menilai orang lain di masa lalu menurut penilaian mereka sendiri. Kedua, adalah kesulitan yang biasa dihadapi oleh teoritisi luar -- sebab ia tidak berada di dalam pintu madzhab Sufi. Para Sufi mempunyai suatu tradisi yang dipertahankan selama berabad-abad. Tradisi ini bisa dirangkum dalam istilah "amal". Suatu amal Sufistik mungkin tampak tidak ilmiah sesuai dengan standar-standar kontemporer, meskipun demikian ia diterapkan secara luas. Seorang pencari (Salik) diberi suatu tugas untuk disempumakan. Tugas ini (upaya) bisa jadi suatu problem alkimia, atau mungkin suatu upaya untuk mencapai kesimpulan dari suatu usaha yang tidak mungkin diraih. Untuk pengembangan dirinya, ia harus melakukan amalan itu dengan keimanan yang utuh. Dalam proses perencanaan dan pelaksanaan seluruh upaya ini, ia akan mencapai pengembangan spiritualnya. Upaya yang bersifat alkimia atau lainnya mungkin tidak berhasil, tetapi ini merupakan kerangka kerja dimana di dalamnya istiqamah dan penerapannya, mental dan pengembangan moralnya dilaksanakan. Sampai pada tingkatan ini, upaya itu adalah suatu tambahan. Sejauh upaya itu permanen baginya dan untuk seumur hidupnya, maka ia sama sekali bukan upaya tambahan, sebab ia menjadi jangkar permanen dan kerangka rujukannya. Upaya ini hampir seperti semangat dari setiap upaya kompetitif yang dilaksanakan dalam olah raga atau pendakian gunung atau bahkan dalam budaya lahiriah, dalam masyarakat-masyarakat lainnya. Gunung atau pengembangan otot merupakan poin-poin yang ditetapkan, tetapi mereka bukan unsur yang secara aktual diubah oleh upaya itu. Mereka hanyalah wahana, bukan tujuan. Semua konsep itu mungkin terlihat aneh, tetapi secara menyeluruh didasarkan pada logikanya sendiri. Ia bukanlah kerangka kerja yang diubah melalui upaya, tetapi ia adalah wujud manusia sendiri. Jadi pengembangan wujud manusia itulah yang diperhitungkan, bukan yang lain.

Ketika konsep Sufistik tentang evolusi kesadaran manusia itu dipahami, maka unsur-unsur lainnya akan masuk ke dalamnya. Dengan semangat yang sama, mungkin bisa dikatakan bahwa di beberapa sekolah, bahasa Latin diajarkan untuk mengembangkan suatu bagian pikiran. Seorang pengamat luar atau pengamat sastra mungkin akan mengatakan bahwa studi tentang bahasa Latin merupakan salah satu pekerjaan yang paling kecil manfaatnya. Semuanya bergantung pada penggunaan kata "bermanfaat". Akhir-akhir ini saya mendengar seseorang mengatakan bahwa merokok adalah "suatu mekanisme untuk mengkonsumsi tembakau". Maka dipandang dari satu sudut semata, perokok itu seperti sebuah mobil yang mungkin bisa dipandang sebagai sarana untuk membakar bensin. Dalam pernyataan ini, fungsi-fungsinya yang lain telah dikesampingkan, tetapi bagaimanapun bisa dikatakan bahwa pernyataan itu tetap benar dalam konteks yang sempit.

Ada sebuah kiasan Sufi tentang alkimia yang menarik karena hubungannya dengan pemikiran Barat. Ada seorang ayah yang memiliki beberapa anak malas. Menjelang ajalnya ia mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan menemukan hartanya di ladangnya. Mereka menggali ladang itu dan tidak menemukan apa pun. Lalu mereka menanam gandum dengan hasil panen yang berlimpah. Selama beberapa tahun mereka melakukan hal itu. Mereka tidak menemukan emas, tetapi secara tidak langsung mereka semakin kaya dan sekaligus terbiasa dengan kerja keras. Pada akhirnya mereka menjadi petani yang tulus dan melupakan penggalian untuk mencari emas.

Maka pencarian emas melalui cara-cara alkimia memperoleh hasil yang berbeda dari hal-hal yang mula-mula dicari. Tak ayal lagi cerita ini dikenal di Barat, sebab cerita ini sesungguhnya dikutip oleh Bacon maupun Boerhaave, seorang ahli kimia abad ketujuh belas, yang menekankan arti penting kerja untuk tujuan itu. Dalam De Augumentis Scientiarum-nya, Bacon mengatakan, "alkimia seperti orang yang mengatakan kepada anak-anaknya, bahwa ia telah menanam emas untuk mereka di kebun anggurnya. Mereka menggali dan tidak menemukan emas. Namun pekerjaan (penggalian) itu telah merubah lahan itu sesuai dengan akar-akar anggur dan menghasilkan panen berlimpah."

Dalam buku Speculum Alchemiae yang ditulis pada abad ketiga belas, yang dikaitkan dengan Bacon, memberikan suatu isyarat tentang teori evolusioner alkimia, "Saya harus mengatakan kepada Anda bahwa Alam ini selalu berpotensi dan berjuang menuju kesempurnaan Emas: tetapi banyak peristiwa yang terjadi, dalam proses itu, mengubah logam."

Sementara para komentator Sufi mengatakan tentang sajak-sajak evolusioner ("Manusia pertama kali lahir dalam bentuk mineral"): "Logam manusia harus diolah dan diperluas."

Fungsi "Batu Filosuf " sebagai obat universal dan sumber kesejahteraan menunjukkan aspek lain dari alkimia spiritual yang sangat sesuai dengan berbagai prosedur Sufi. Kenyataan yang menarik di sini adalah bahwa dalam tradisi Sufi, batu atau obat mujarab adalah suatu keadaan jiwa yang dikonsentrasikan oleh dokter dalam dirinya sendiri dan dipindahkan ke pasiennya melalui wahana jiwanya. Jika beberapa catatan Barat tentang para pasien yang bertahan hidup karena batu itu dibaca dengan asumsi demikian, maka kita bisa melihat apa sebenarnya batu itu. Setelah pikiran terpusat dan dipindahkan dengan cara tertentu (garam, merkuri dan sulfur digabungkan), hasilnya adalah batu -- kekuatan tertentu. Batu ini sekarang diproyeksikan kepada pasien yang sembuh itu.

Baru (kekuatan) rahasia (sebab tersembunyi dalam pikiran) merupakan sumber dan esensi kehidupan itu sendiri.

Penelitian historis mutakhir telah menemukan fakta bahwa alkimia yang menggunakan berbagai idea dan simbolisme serupa, telah dipraktekkan di Cina sejak abad kelima S.M. Para sarjana Cina, Jepang dan Barat mengklaim bahwa pengembangan alkimia di Cina pada mulanya adalah bersifat spiritual dan baru pada perkembangan selanjutnya, aspek metalurgi itu muncul. Adalah mungkin bahwa para pengrajin logam mengambil tema itu dari para pendeta Taois dan bukan dari jalan lain, sebagaimana dugaan langsung cenderung untuk mempercayainya. Banyak gagasan-gagasan alkimia, jika bukan semuanya, sebagai suatu proses spiritual adalah muncul dalam ajaran orang bijak Cina, yaitu Lao Tzu, pendiri Taoisme, yang kemungkinan dilahirkan pada tahun 604 S.M.

Kita juga menemukan teori elixir (obat mujarab), yaitu tentang suatu persiapan atau cara yang bisa memberikan keabadian, pada para filosuf Cina yang dihubungkan dengan alkimia, dan dalam Atharva Veda Hindu yang berusia lebih dari 1000 S.M. Para filosuf Cina secara khusus menyatakan bahwa ada tiga alkimia, sebagaimana dicatat Profesor Read. Pertama adalah untuk menghasilkan usia panjang melalui cairan emas; kedua, adalah untuk menghasilkan suatu ramuan yang mengandung sulfur merah dalam pembuatan emas; ketiga adalah untuk mengubah logam-logam lainnya menjadi emas.5

Dr. O.S. Johnson dalam buku A Study of Chinese Alchemy, yang diselesaikannya di Universitas California, merinci beberapa bahan pokok yang telah disarikan dari sumber-sumber Cina tentang ilmu kuno ini dan kesetaraannya dengan pencarian keabadian melalui upaya pengembangan diri manusia.

Ahli alkimia Cina Lu Tsu (yang dikutip William A.P. Martin, The Lore of Cathay, 1901, hlm. 59) memberikan sesuatu yang oleh sebagian penulis telah diduga sebagai upaya sengaja untuk mengaburkan perubahan "proses kimiawi". Dengan sorotan dari apa yang telah disebutkan, bahwa hal ini bisa dibaca secara langsung sebagai suatu rujukan pada pengembangan esensi manusia. Hal ini hanya membingungkan jika seseorang berusaha menemukan instruksi laboratorium, "Aku harus menanami ladangku sendiri dengan rajin. Di dalamnya ada kuman spiritual yang mungkin hidup seribu tahun. Bunganya seperti emas kuning. Kuncupnya tidak besar, tetapi benihnya bulat dan seperti mutiara bening. Pertumbuhannya bergantung pada tanah dari istana pusat, tetapi irigasinya harus dialirkan dari sumber mata air yang lebih tinggi. Setelah sembilan tahun penanaman, akar dan cabang mungkin bisa dicangkokkan ke langit yang lebih tinggi."

Kata-kata ini Jika diterjemahkan ke dalam istilah-istilah Sufi akan terbaca: "Manusia harus mengembangkan upayanya sendiri menuju pertumbuhan evolusioner yang memantapkan kesadarannya. Di dalam dirinya, ia memiliki suatu esensi, awalnya kecil, bercahaya dan berharga. Perkembangan bergantung kepada manusia, tetapi harus dimulai dari seorang guru. Jika pikiran diolah dengan benar dan tepat, maka kesadaran akan beralih pada tataran yang agung."

Bagi mereka yang tertarik terhadap hal-hal semacam kronologi, maka hal-hal sebelumnya tampaknya menjadi suatu indikasi bahwa seperti yang dikatakan para Sufi, ajaran mereka tidak ada batas waktunya dan menyentuh masa lampau yang terjauh. Dalam sajak-sajak bangsa Arya kuno sekitar 2000 S.M., ada berbagai indikasi tentang perumusan doktrin yang akhirnya dipandang sebagai doktrin Sufi dengan pengertian pelaksanaan praktek-praktek tertentu dari sublimasi dan pengembangan. Penghasilan logam juga disebutkan di sini.

Para ahli alkimia Barat menyadari bahwa mereka tengah mengejar suatu tujuan internal (batin). Hal ini jelas terlihat dari nasehat dan berbagai ilustrasi kiasan yang tak terhitung jumlahnya dalam karya-karya mereka. Kiasan alkimiawi sama sekali tidak sulit dipahami jika seseorang mengetahui simbolisme Sufi. Pada abad ketujuh belas, seribu tahun setelah masa Jabir, sang Perintis (Jabir dilahirkan sekitar tahun 721 M.), para ahli alkimia Eropa menyimpan daftar para mursyid secara berurutan yang mengingatkan pada "silsilah spiritual" Sufi. Salah satu hal yang paling menarik dari fakta ini adalah bahwa rantai silsilah ini merujuk kepada orang-orang yang terkait dengan tradisi Sufistik dan Islam (Spanyol), meskipun demikian tidak mempunyai nama yang sama: Dalam catatan itu, kita menemukan nama Muhammad, Jabir, Hermes, Dante dan Roger Bacon.

Penelitian terakhir menunjukkan bahwa bahan-bahan Sufi adalah sumber karya iluminis Dante, seperti Divine Comedy. Akan tetapi afiliasi Sufistiknya pasti telah diketahul oleh para ahli kimia sepanjang masa. Raymond Lully, tokoh mistik Agung, berkali-kali dikutip sebagai seorang ahli alkimia. Bahkan dari karya-karyanya, kita mengetahui bahwa latihan-latihannya sebenarnya diambil para Sufi dan sebagian namanya ia sebutkan.

Para Sufi iluminis (isyraqi) Arab dan Yahudi menyebutkan secara berurutan, seperti "Hermes" (menyimbolkan hikmah tertua, yang asalnya bersifat surgawi), Muhammad (beberapa anggota keluarga dan sahabatnya), Jabir atau salah satu sahabatnya, kemudian tarekat-tarekat modern. Para ahli alkimia Barat-Latin menelusuri ajaran mereka dari Hermes ke Jabir, setelah itu melalui para iluminis. Bacon adalah salah satunya, Lully adalah yang lain, begitu juga para praktisi (iluminis) Barat lainnya.

Konsep Sufi untuk meraih kesatuan dari keanekaragaman dengan menyatukan jiwa kemudian menyatukan kesadaran batin, melalui seorang "guru" yang akan memberikan kunci,6 melalui penerapan yang tepat dari homonim garam, sulfur dan merkuri -- untuk meraih "cahaya", menurut para iluminis -- berulang kali ditemukan dalam doktrin alkimiawi.

Hanya karena penyembunyiannya di dalam ungkapan-ungkapan alkimiawi itulah yang menghalanginya untuk diserang sebagai kemajuan manusia dalam (bentuk) upaya pribadi yang berada di luar gereja. Di sini ada sebuah contoh tipikal, bagian dari suatu diagram alkimiawi yang menyimbolkan Amal/Kerja, dalam Viridarium Chymicum -- sebuah koleksi besar yang diterbitkan pada tahun 1624:

Semua kerja filsafat. Hal-hal yang dulunya terbatas dalam berbagai bentuk, sekarang terlihat dalam satu bentuk. Permulaannya adalah Mursyid/Guru (secara literal berarti "yang lebih tua") dan ia membawa Kunci. Sulfur dengan Garam dan Merkuri akan memberikan kekayaan.
Ungkapan samar ini bersifat simbolis dan seharusnya diterapkan pada ajaran rahasia tentang penyempurnaan diri dan alkimianisasi manusia ditekankan sejauh penults itu berani mengucapkan kalimat terakhir, dengan mengingatkan tentang hal-hal yang bertentangan dengan alkimia fisikal:

Jika engkau tidak melihat apa pun di sini, maka engkau tidak akan mampu mencari lebih jauh. Engkau akan buta, meskipun engkau berada di tengah-tengah cahaya.
Apa yang lebih dari sekadar menarik, baik bagi Barat maupun Timur adalah bahwa alkimia bukanlah suatu tradisi steril yang diulang-ulang, yang semata-mata bersandar pada ajaran kuno. Ia secara terus-menerus diperbaharui dari ajaran-ajaran orang yang berhubungan dengan kajian Sufi. Hal ini dibuktikan dengan suksesi nama-nama secara konstan yang muncul dan banyak dari nama-nama itu bisa ditelusuri sebagai memiliki hubungan dengan para Sufi, madzhab-madzhab Sufi atau yang menggunakan terminologi Sufi. Sebagai contoh, Bacon tidak hanya membaca karya-karya yang berhubungan dengan Jabir. Ia pergi ke Spanyol dan menemukan sumber itu sebagaimana yang kita ketahul dari berbagai kutipannya dari ajaran-ajaran Sufi yang disusun oleh para Sufi iluminis abad kedua belas. Lully tidak hanya mempelajari praktek Sufisme dan menjalankan latihan tertentu, tetapi melanjutkan pengetahuan ini agar menjadi sebuah nama yang terus-menerus disebutkan oleh para ahli alkimia pada masa berikutnya. Kecenderungan yang sama dilanjutkan oleh Paracelsus dan lain-lain.

Paracelsus, yang mengembara ke Timur dan memperoleh latihan Sufi di Turki, memperkenalkan berbagai istilah Sufi ke dalam pemikiran Barat. Istilah Azoth-nya identik dengan istilah adz-Dzat-nya Sufi (diucapkan dalam bahasa Persia dan oleh karena itu diucapkan dengan az-zaut dalam hampir semua sajak Sufi). Paragranum sebenarnya merupakan Latinisasi dari ilmu tentang sifat batin dari segala sesuatu.

Karena ada Reformasi (Gereja), Paracelsus harus berhati-hati di dalam mengungkapkan pemikirannya, sebab ia sedang memproyeksikan suatu sistem psikologis yang berbeda dari cara-cara Katholik maupun Protestan. Di satu tempat ia mengatakan, "Bacalah di dalam hati, sampai di masa datang agama yang benar akan datang!" Ia juga menggunakan analogi "anggur" dari Sufisme dalam merujuk pada pengetahuan batin. Akibatnya ia dituduh sebagai pemabuk. Hanya dari sudut pandang Sufi sajalah bagian ucapannya ini bisa diterima:

"Marilah kita memisahkan diri dari semua upacara, konjurasi (hal-hal yang bersifat magis), penyucian, dan seterusnya, serta semua delusi serupa dan meletakkan hati, keinginan dan kepercayaan kita semata-mata pada batu yang benar ... jika kita membuang egoisme, maka pintu akan terbuka bagi kita, dan dengan demikian misteri akan terungkap." (Philosophia Occulta).

Ia bahkan mengutip ajaran Sufi:

"Keselamatan tidak dicapai melalui puasa, memakai pakaian tertentu maupun dengan mencambuk diri. Ini merupakan takhayul dan kemunafikan. Tuhan menciptakan segala sesuatu ini murni dan suci, manusia tidak perlu menyucikannya ..." (Ibid.).
Banyak para okultis (orang yang mempraktekkan ilmu sihir), disamping adanya hal ini, tetap mencoba mengikuti berbagai gagasan alkimiawi dan cabalistik (hal-hal bersifat rahasia) yang dihubungkan dengan Paracelsus.

Henry Cornelius Agrippa (dilahirkan tahun 1486) adalah contoh lain dari apa yang oleh para Sufi disebut sebagai "perintis" (rahbin). Ia diduga telah menjadi seorang ahli alkimia dan magic, dan bahkan sampai saat ini ada orang-orang yang mencoba meraih kebenaran melalui sistem magis yang dikaitkan dengannya. Ia menulis tentang metode Raymond Lully, yang mengajarkan tentang Hermes dan niscaya mengetahui interpretasi Sufis tentang alkimia.

Mereka yang mengikutinya dan memandangnya sebagai penipu, sama-sama menguji kembali kata-katanya dengan sorotan Sufi. Ia mengatakan tentang alkimia, "Inilah kebenaran dan filsafat rahasia tentang keajaiban alam. Untuk itu, kuncinya adalah pemahaman -- karena semakin tinggi kita membawa pengetahuan kita, maka semakin agung nilai pencapaian kita dan kita melakukan hal-hal terbesar dengan lebih mudah." Batu dari para ahli alkimia yang mengikuti "Seni" itu secara literal adalah "sia-sia dan rekaan", selama mereka mempraktekkan seni itu secara harfiah, sebab "adalah semangat batin yang ada di dalam diri kita itulah yang bisa melakukan apa saja, yang mampu dilakukan para ahli matematika yang agung, ahli magis yang luar biasa, ahli alkimia yang mengagumkan dan ahli nujum yang mempesonakan."

Karena hal ini sejauh yang bisa dilakukan seorang Sufi, terutama yang dikelilingi oleh orang-orang yang ingin mempercayai hal-hal supranatural dalam suatu bentuk yang maujud, dan karena agama ortodoks memiliki kepentingan tertentu untuk mempertahankan supranaturalisme dalam bentuk yang tidak masuk akal, maka tidaklah mengejutkan jika orang-orang seperti Agrippa dianggap sebagai ahli magis atau orang gila.

Catatan kaki:

1 "Batu Filosuf" adalah istilah yang terkait dengan alkimia, yang pada intinya adalah proses transformasi logam menjadi emas. Tetapi istilah ini bisa berarti transformasi spiritual (pent.).

2 alkimia pada Abad Pertengahan disebut dengan nama "Seni-Sofis".

3 Paracelsus (1493-1541) mencatat: "Merkuri adalah ruh, sulfur adalah jiwa dan garam adalah tubuh."

4 Bandingkan dengan Asin Palacios, Ibn Masarra, hlm. 13.

5 Dr. John Read, Prelude to Chemistry, London, 1936.

6 Norton (abad kelima belas) meletakkan prinsip bahwa rahasia-rahasia 'alkimia suci' hanya bisa diajarkan secara verbal kepada para pemula yang dipilih oleh seorang guru dan diangkat secara ketuhanan -- dan arti dari 'satu juta orang sulit mendapati tiga orang yang ditakdirkan bagi alkimia'." (J. Read, op.cit., hlm. 178).

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini