Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Jumat, 20 Mei 2011

JADILAH MANUSIA YANG TERBAIK


Oleh : Iman Setiawan Latief
Sungguh beruntung bagi siapapun yang dikaruniai Allah kesempatan dan kemauan untuk mengamalkan segala peluang kebaikan yang diperlihatkan Allah kepadanya. Beruntung pula orang yang dititipi Allah dengan berbagai potensi kelebihan oleh-Nya, dan dikaruniakan pula kesanggupan memanfaatkannya untuk sebanyak-banyaknya umat manusia. Karena ternyata derajat kemuliaan seseorang dapat dilihat dari sejauhmana dirinya punya nilai manfaat bagi orang lain. Rasulullah SAW dalam hal ini bersabda, “Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain” (H.R. Bukhari).
Hadits ini mengatakan bahwa apabila ingin mengukur sejauhmana derajat kemuliaan akhlak kita, maka ukurlah sejauhmana nilai manfaat diri kita ! Manusia kehadirannya sangat ditunggu apabila sangat dirindukan, sangat bermanfaat, bahkan perilakunya membuat hati orang disekitarnya terpesona. Tanda-tanda yang nampak dari seorang tersebut, diantaranya dia seorang pemalu yang jarang mengganggu orang lain, sehingga orang lain merasa aman darinya. Perilaku kesehariannya lebih banyak kebaikannya. Ucapannya senantiasa terpelihara, ia hemat betul kata-katanya, sehingga lebih banyak berbuat daripada hanya berbicara. Sedikit kesalahannya, tidak suka mencampuri yang bukan urusannya, dan sangat nikmat kalau ia berbuat kebaikan. Hari-harinya tidak lepas dari menjaga silaturahmi, sikapnya penuh wibawa, penyabar, selalu berterima kasih, penyantun, lemah lembut, bisa menahan dan mengendalikan diri, serta penuh kasih sayang.
Sama sekali bukan kebiasaan bagi yang akhlaknya baik perilaku melaknat, memaki-maki, memfitnah, menggunjing, bersikap tergesa-gesa, dengki, bakhil, ataupun menghasut. Justru ia selalu berwajah cerah, ramah tamah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan marahnya pun karena Allah SWT, Subhanallah demikian indah hidupnya. Karenanya, siapapun di dekatnya pastilah akan tercuri hatinya. Kata-katanya akan senantiasa terngiang-ngiang. Keramahannya pun benar-benar menjadi penyejuk bagi hati yang sedang membara. Jikalau saja orang berakhlak mulia ini tidak ada, maka siapapun akan merasa kehilangan, akan terasa ada sesuatu yang kosong di rongga kalbu ini.
Sebaliknya apabila orang yang tidak diinginkan keberadaannya, karena malah dianggap menjadi musibah, sedangkan ketiadaannya justru disyukuri. Masya Allah ! tidak ada salahnya kita merenung sejenak, tanyakan pada diri ini apakah kita ini anak yang menguntungkan orang tua atau malah hanya jadi benalu saja? Masyarakat merasa mendapat manfaat tidak dengan kehadiran kita atau malah sebaliknya ? Kepada orang tua, hendaknya tanyakan pada diri masing-masing, apakah anak-anak kita sudah merasa bangga punya orang tua seperti kita? Saya ini seorang pejabat atau seorang penjahat ? Apakah aku ini pengusaha atau seorang pencuri ?
Nampaknya, saat bercermin seyogyanya tidak hanya memperhatikan fisik luar saja, tapi pandanglah akhlak dan perbuatan yang telah kita lakukan. Sayangnya, jarang orang berani jujur dengan tidak membohongi diri, seringnya malah merasa pandai padahal bodoh, merasa kaya padahal miskin, merasa terhormat padahal hina. Padahal untuk berakhlak baik kepada manusia, awalnya dengan berlaku jujur kepada diri sendiri.
Manusia tidak ada yang sempurna, semua pasti memiliki kekurangan. Ada yang diberikan kepintaran oleh Allah, tapi tidak memiliki cukup waktu, tenaga dan harta. Sebagiannya memiliki harta yang berlimpah, tetapi kurang memiliki pengetahuan, waktu dan tenaga yang cukup. Akan tetapi ada juga yang miskin tapi pintar, hanya tidak memiliki harta yang cukup, dan seterusnya. Jadilah manusia yang bermanfaat bagi orang lain dengan kelebihan yang kita miliki. Kalau kita memiliki kpengetahuan lebih, ajarkanlah kepada orang lain. Kalau kita memiliki harta yang berlebih, tebarkanlah kasih saying kita dengan zakat, infaq dan shadaqah. Demikian pula kalau kita memiliki kelebihan tenaga, waktu dan kelebihan lainnya yang kita miliki. Sehingga kita bias menjadi bermanfaat bagi manusia lainnya, kehadiran kita memberikan kesejukan dan sangat ditunggu-tunggu oleh orang lain.
Begitu pula terhadap lingkungan, kita harus punya akhlak tersendiri. Seperti pada binatang, kalau tidak perlu tidak usah kita menyakitinya. Kadang ketika duduk di taman yang hijau, entah sadar atau tidak kita cabuti rumput atau daun-daunan yang ada tanpa alasan yang jelas. Padahal rumput, daun, dan tumbuh-tumbuhan yang ada di alam semesta ini semuanya sedang bertasbih kepada-Nya. Yang paling baik adalah jangan sampai ada makhluk apapun di lingkungan kita yang tersakiti. Termasuk ketika menyiram atau memetik bunga, tanaman, atau tumbuhan lainnya, hendaklah dengan hati-hati, karena tanaman juga mengerti apa yang dilakukan kita kepadanya.
Marilah kita gembleng  diri kita, sehingga kita bisa berguna bagi orang lain. Betapa indah pribadi yang penuh pancaran manfaat, ia bagai cahaya matahari yang menyinari kegelapan, menjadikannya tumbuh benih, bermekarannya tunas-tunas, merekahnya bunga di taman, hingga menggerakkan roda kehidupan. Demikianlah, cahaya pribadi kita hendaknya mampu menyemangati siapapun, bukan hanya diri kita, tetapi juga orang lain dalam berbuat kebaikan dengan limpahan karunia Allah SWT. Ingatlah, hidup hanya sekali dan sebentar saja, sudah sepantasnya kita senantiasa memaksimalkan nilai manfaat diri ini, yakni menjadi seperti yang disabdakan Nabi SAW, sebagai khairunnas. Sebaik-baiknya manusia! Wallaahu ‘alam bishshawab.

Cari Blog Ini