Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Senin, 16 Januari 2012

BAHASA RAHASIA I: PARA PENAMBANG

Bagaimana Dzat (Esensi) yang ia sendiri belum menemukan pengungkap Wujud, dapat menjadi suatu pengungkap Wujud?
(Jami)

Baik Sufisme dalam bentuk-bentuk penterjemahan sastranya maupun tulisan-tulisan para penyair Timur sebenarnya tidak dapat dipahami tanpa melalui suatu pengetahuan tentang bahasa rahasia ("lisan yang tersembunyi") yang digunakan untuk menyampaikan berbagai gagasan dan konsep. Penterjemahan literal ungkapan-ungkapan Sufi atau kata-kata sandi telah menyebabkan kerancuan yang begitu parah di Barat, terutama mengenai penyebaran "Pengetahuan Rahasia". Masalah ini bermula dari kaidah-kaidah sastranya pada abad kedua belas, ketika kata-kata kiasan (alegori) dalam alkimia diterjemahkan. Keadaan ini hampir terus berlanjut dari generasi demi generasi hingga akhir-akhir ini, ketika masih berlaku suatu interpretasi sastra atas karya-karya Sufi yang terlanjur dianggap baku yang sebenarnya merupakan kendala-kendala puitis -- sedemikian itu ditulis sebagai penjelasan satu-satunya tentang Sufisme.

Memang tidaklah mungkin memberikan suatu penjelasan yang utuh mengenai semua sistem rahasia-rahasia di kalangan Sufi. Namun kita dapat menjelaskan beberapa kasus, contoh-contoh yang menjadikan gagasannya jelas dan juga memberi penjelasan teka-teki yang masih berlangsung di Barat.

Pertama, kita harus menyelidiki persoalan yang lebih detail.

Penyair termasyhur, Nizhami dalam karyanya Treasury of Mysteries (Perbendaharaan Misteri), adalah salah seorang yang banyak merujuk pada kajian bahasa sandi (kriptografi) Sufi. Kriptografi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang bebas dari prasangka; ia mempunyai kelebihan dalam menghubungkan pemikiran biasa dengan dimensi-dimensi yang lebih agung, "dunia lain" yang biasanya terputus dari kemanusiaan. Formulasi bahasa yang digunakannya beragam sesuai dengan zaman dan budaya, namun esensi dan cara kerjanya tetap sama.

Pada masa-masa klasik Sufi, bahasa tersebut dilandaskan pada bahasa Arab, meskipun ada pemakaian contoh-contoh sistem Pra-Islam.

Mengenai bahasa tersebut, Nizhami memberikan, dalam satu puisinya, indikasi-indikasi berikut ini:

Suatu saat akan tiba ketika kematian kita dicap dengan suatu lempengan baru. [Cara ungkap sang Sufi] tidak menggunakan lisan yang biasa mana pun. Di balik lisan penyair ada "kunci Perbendaharaan". Nabi dan penyair ibarat inti: yang lain adalah lapisannya.
Bahasa rahasia, karena bukan hanya merupakan suatu sandi untuk mencegah penyamaan hal-hal duniawi dengan hal-hal yang sebenarnya tidak dapat dipahami, dan karena dianggap dapat dihubungkan dengan suatu realitas yang lebih agung, maka sebenarnya sangat kompleks pengaruhnya. Ini adalah subyek dari studi Sufi dalam lingkaran para guru, dan setelah metode dari prosedurnya dipahami, maka setidaknya satu tabir cara kerjanya terungkap. Apabila kita membaca kutipan puisi Nizhami itu, maka kita melihat betapa makna ganda yang digunakan menyesatkan pembaca biasa. "Kematian kita ... dicap dengan suatu lempengan baru," mungkin digunakan untuk menunjukkan suatu kehidupan yang akan tiba, atau bahkan kemungkinan reinkarnasi. Namun gabungan otomatis ini tidak dimaksudkan demikian. Sesuai dengan pengertian pengetahuan dasar dalam bahasa Persia kuno bahwa peralihan itu adalah sebuah petunjuk, maka kita mengetahui bahwa "kunci Perbendaharaan" itu merupakan judul bukunya sendiri (Perbendaharaan Misteri). Menurut pengertian sekunder, mungkin ia dipahami untuk menunjukkan suatu perbendaharaan pengetahuan, namun penyair bermaksud lebih spesifik.

Walaupun bahasa rahasia itu menggunakan ungkapan-ungkapan yang lazim, namun ia dipertimbangkan sebagai suatu hubungan khusus dengan realitas-realitas yang luar biasa. Oleh karena itu, dalam ungkapan sastranya bahasa rahasia merupakan suatu bentuk seni sekaligus jalan masuk pada ranah-ranah yang terjangkau "lisan yang biasa."

Apabila kita kembali pada taraf yang lebih awal dalam penulisan sandi, sistem dasarnya adalah skema Abjad, suatu penulisan sandi yang begitu sederhana dan seringkali dirangkai dalam bentuk kata-kata kiasan sebagai sandi-sandi pula. Hal ini juga diterapkan secara luas dalam kesusastraan. Banyak orang, terutama para penyair dan pengarang, membacanya, atau setidaknya menelitinya hampir sebagai suatu kajian. Baik aksara Ibrani maupun Arab sama-sama menggunakan padanan angkanya dalam huruf-huruf Semitik dan sekarang pun diterapkan pada berbagai bahasa lain. Berikut ini huruf-huruf dan padanannya:

Huruf

Angka

Huruf

Angka

Huruf

Angka

Alif
1
Ya'
10
Qaf
100
Ba'
2
Kaf
20
Ra'
200
Jim
3
Lain
30
Syin
300
Dal
4
Mim
40
Ta'
400
Ha'
5
Nun
50
Tsa'
500
Wau
6
Sin
60
Kha'
600
Za'
7
Ain
70
Dzal
700
Ha
8
Fa'
80
Dhad
800
Tha'
9
Shad
90
Zha'
900




Ghain
1000

Apabila huruf-huruf Arab mempunyai padanan (angka) sampai seribu, maka aksara Ibrani hanya mempunyai padanan sampai dengan empat ratus. Untuk mempermudah hafalan, huruf-huruf tersebut dihafal menurut penataan berikut ini, sebagai serangkaian kata-kata tanpa arti dengan menambahkan beberapa poin diakritis untuk mempermudah pelafalannya:

ABJaD HaWaZ HuThY KaLiMaN
Sa'FaSh QaRaSyaT TsaKhaDz DhaZhaGh
Dalam bahasa Persia, Urdu dan bahasa non-Semitik lainnya, huruf-huruf tersebut mempunyai suara yang sedikit berbeda, namun hal ini tidak mempengaruhi pemakainya dan nilai bilangannya tetap sama.

Nama-nama hari, tanggal kelahiran atau kematian, kata-kata yang menunjukkan karakter atau aspirasi seseorang, semuanya kerapkali disusun dari skema tersebut. Dalam beberapa hal, pengulangan kata-kata tanpa makna itu memberikan berkah palsu dari (pemakaian) "kata-kata" Abjad Barbar, sebagai kepercayaan fungsi khusus yang telah melekat, namun hal ini hanya merupakan wilayah prosedur magis dan tidak penting.

Berikut ini sebuah contoh pemakaian skema tersebut. Andaikata kita ingin memberi judul sebuah buku, dengan menunjukkan bahwa ia mempunyai suatu bentuk kandungan yang tersembunyi, mungkin semacam langkah pencatatan rahasia, kita dapat memberi judul Sumber Catatan, dalam bahasa Arab Ummul-Qishshah. Mari kita teliti kata-kata yang telah kita pilih itu menurut maknanya:

UMM = ibu, kandungan, sumber, dasar, prototipe.

AL = (partikel)

QIShShAH = catatan, cerita, dongeng.

Jadi sekarang kita pahami bahwa Ummul al-Qishshah maknanya sepadan dengan: Induk Catatan-catatan, Sumber Cerita, Prototipe Dongeng-dongeng. Apabila kita dapat menyepakati semua alternatif (makna) itu, sekarang kita menyulih huruf-huruf tersebut dengan padanan angkanya dari daftar standar Abjad itu. Setelah dijumlah maka hasilnya 267.

Kini kita harus menemukan sebuah judul yang deskriptif atau puitis untuk buku kita, yang tersusun dari huruf-huruf dan setelah dijumlah harus menghasilkan 267.

Kita dapat menyusun kembali (sebuah judul) dengan ungkapan: Alfu laila wa laila, artinya Seribu Satu Malam. Judul sebuah buku, atau nama pengarang, kerapkali menunjukkan suatu indikasi yang sangat penting tentang perhatian yang ditekankan dalam buku dan perhatian yang dapat diungkapkan dari buku tersebut. Mengenai Arabian Nights (Malam-malam Bangsa Arab), pengarang yang menjuduli karyanya itu bermaksud menyampaikan bahwa di dalam bukunya akan ditemukan kisah-kisah utama tertentu. Suatu kajian tentang kisah-kisah itu sendiri dan pengungkapan bahasa sandinya menurut kaidah-kaidah bahasa rahasia, menunjukkan kedalaman atau makna yang tersembunyi dalam penggunaan kisah-kisah. Sebagian besar kisah-kisah itu dibahasa-sandikan dalam ajaran-ajaran Sufi dengan pemaparan proses-proses psikologis atau penyandian berbagai bentuk ma'rifat.

Betapapun kompleksnya semua ini, namun sebenarnya penyelidikan sangat diperlukan dan tidak sulit bagi siapa pun yang ingin membahas materi kajian ini. Banyak orang yang telah benar-benar dilatih secara metodologi oleh para guru mereka sendiri, sehingga dapat dikatakan sebagai suatu pelatihan sastra dari Sufi -- pokok ajaran sastra sebagai wahana bagi pengalaman-pengalaman yang lebih kompleks daripada pengalaman-pengalaman yang biasa dipahami dalam sastra.

Untuk itu kita dapat meneliti kata misterius "Sufi", sebagai subyek pemecahan teka-teki dan subyek pertanyaan sendiri. Dengan mengacu pada skema di atas, kita dapat mengurangi kata misterius tersebut sebagai berikut:

S = 90; W = 6; F = 80; Y = 10. Sebelumnya adalah huruf konsonan yang digunakan dalam bentuk ejaannya, jumlahnya 186. Untuk memecahkannya, kita harus mengurai angka-angka itu dalam ratusan, puluhan dan satuan: 100, 80, 6. Sekarang kita dapat mentransformasinya kembali menurut padanan hurufnya: 100 = Q; 80 = F; 6 = U. Kita pun dapat menyusunnya kembali dalam beberapa cara, untuk membentuk tiga akar kata dalam bahasa Arab, yang semuanya menunjukkan beberapa aspek Sufisme. Interpretasi yang utama di sini adalah FUQ yang artinya

"Di atas, transendensi". Sebagai konsekuensi, Sufisme dibicarakan sebagai filsafat transenden. .

Nama para pengarang dan guru Sufi pun dipilih dengan sangat seksama. Nama-nama tersebut menunjukkan suatu kualitas, formulasi atau penekanan maksud yang seharusnya ditafsirkan dari karya tulis mereka atau setidaknya karya yang mereka tunjukkan.

Untuk itu para Sufi tidak melakukan pendekatan secara eksternal terhadap nama-nama guru mereka, yaitu hanya sebagai produk lingkungan mereka (Bukhara, Arabia dan lain-lain), juga tidak sebagai indikasi atas profesi mereka (ahli kimia, pelukis, pemintal). Nama-nama mereka pertama harus diuraikan sebagai sandi.

Sebagai contoh, Aththar artinya kimiawan atau penjual minyak wangi. Adapun pada tataran puitikal, sebuah nama agak bersifat deskriptif. Singkat kata, setelah diuraikan menurut langkah di atas dalam memahami esensi nama Aththar, jumlahnya adalah 280. Dengan menempatkan bilangan tersebut menurut susunan besarannya (ratusan kemudian puluhan), maka terurai menjadi 200 dan 80. Kemudian kita dapat mengubahnya menurut padanan hurufnya: 200 = R, 80 = F. Kata yang menunjukkan esensi (dzat) ini adalah RF Dalam kamus bahasa Arab, kata ini berarti konsep tentang "kepak (sayap) seekor burung". Karya utama Aththar, The Parliament of the Birds (Mantiquth-Thair, Dewan Para Burung) menunjuk hal ini. Lebih dari itu, ia memilih akar (kata) RF untuk makna-makna alternatif: "berkilat (cahaya), berkilau-kilau; bercahaya (warna); digoyang-goyangkan angin."

Kilat mengacu pada intuisi, kebercahayaannya pada proyeksi ajaran dan pemakaian warna di kalangan Sufi. Adapun penggunaan akar kata penggoyangan adalah laksana tumbuhan yang kena angin, artinya gerakan latihan-latihan darwis. Lebih dari itu, Aththar memilih kias tumbuhan, karena Sufisme adalah suatu pertumbuhan, dapat menyesuaikan diri, organis dan watak yang sederhana, sesuai dengan ragam para pengikutnya. Angin yang dipakai sebagai yang menggoyang-goyangkan tumbuhan adalah angin ketuhanan, kekuatan yang tak terpahami namun dapat diketahui dampaknya (pada tumbuhan) seperti banyak pengaruh lainnya.

Syams at-Tabrizi, orang yang menjiwai beberapa puisi Rumi dan konon memang rekannya, adalah sosok yang misterius bagi kalangan eksternalis (zhahiri). Dalam kesusastraan ia dihubungkan dengan julukan Zardoz, bahasa Persia untuk "pembuatan benang emas"; konsekuensinya orang akan menduganya bahwa julukan ini pekerjaannya sehari-hari. Adapun nama lengkapnya Syamsuddin at-Tabrizi. Apabila kita mencermatinya, ternyata merupakan sebuah nama puitis, yang secara cermat dipilih menurut metode Abjad. Nama yang sebenarnya, dengan mengubah dan menyusunnya kembali ke dalam huruf-huruf, adalah khit, "benang, senar", dan berkaitan dengan rajutan benang-benang halus serta unsur-unsur yang tampak menari-nari dalam efek sinar matahari. Karena namanya Syams, diartikan secara literal "matahari", maka permainan kata-kata itu ternyata sesuai maknanya. Nama lainnya, seperti parinda (sang penerbang) juga dapat diuraikan untuk menghasilkan paparan-paparan yang bermakna.

Dalam penerapan menjadi kata, Abjad itu bahkan menyediakan makna-makna yang lebih mendalam, yang sudah lazim dalam praktek-praktek Sufisme. Hanyalah orang yang secara pribadi telah melalui rentetan pengalaman esensial yang bisa menjadi seorang guru Sufi. Manakala ia telah melalui pengalaman-pengalaman tersebut, maka ia berubah, sehingga ia bukan hanya manusia biasa menurut pengertian yang wajar (akal sehat). Fungsinya telah berubah sekarang, yaitu sebagai seorang "pengembala". Apa yang diterimanya sehingga ia mempunyai karakter seperti itu? Yaitu sebuah kognisi yang disebut "Keyakinan", yang mencerahkan sang Sufi, "manusia yang telah mencapai", "manusia yang menyeluruh", dan sekarang menguasai. Dalam hal ini ia berbeda dengan manusia biasa yang menjadi sebuah sasaran bagi turun naiknya stabilisasi dirinya sendiri yang memang tidak sempurna.

Keyakinan berarti bimbingan yang sempurna, dan kata ini berasal dari Yaqina, yang disusun dari unsur YQN. Setelah huruf-huruf ini diganti dengan bilangan, jumlahnya 160 dan dipisah menjadi 100 dan 60. Maka dapat disalin menjadi QSS. Kamus menunjukkan bahwa kata ini berarti "mengangkat sumsum dari sebuah tulang". Ini juga dapat berarti "pengembala" atau "menjadi seorang pendeta". Oleh karena itu, para Sufi menyadari bahwa hakikat keyakinan dan pernyataannya adalah "memiliki kembali sumsum, melindungi sesama, penggunaan otoritas berwibawa dan anugerah yang dinobatkan kepada diri seorang pendeta dalam agama mekanis." Mungkin perlu dicatat bahwa Sufi tidak dapat memberi manfaat kepada orang lain di luar taraf fungsinya yang diakui orang itu. Sebagai seorang pelindung ia mampu mengurusi kebutuhan-kebutuhan eksternal jamaahnya; sebagai seorang pendeta ia mempunyai kemampuan-kemampuan batiniah untuk menyediakan (sarana) bagi kemajuan esensial mereka. Bagi Sufi, hal ini adalah makna (peran) pendeta -- sehingga ia harus mencapai suatu bentuk keyakinan yang menempatkannya dalam hubungannya dengan dimensi yang lebih agung, bukan secara mekanis mesti dilatih dalam tarekat atau melalui studi. Seorang pendeta adalah hasil dari suatu perkembangan (batiniah). Jadi tidak sembarang pendeta dalam pengertian agama biasa.

Kita dapat menggunakan metode Abjad itu melalui penyusunan (kata-kata) lebih lanjut dari kasus-kasus khusus itu. Di kalangan Sufi, sebagai ganti penyulihan secara angka, persajakan (rima) atau homonim digunakan untuk menyamarkan spontanitas sebagai simbolisme ritual. Beberapa jamaah misterius di Barat adalah cabang perhimpunan Sufi dan dengan mudah dapat ditelusuri melalui suatu pengetahuan tentang organisasi Sufi, kemungkinan historis atau bahasa rahasia. Para Pembangun adalah satu, yang lain adalah Para Penambang.

Dalam bahasaArab (kemudian bahasa Persia), kata FaHM, dari akar kata bahasa Semit FHM, berarti "memahami, menangkap dengan jelas". Dari kata ini diturunkan pengertian "memahamkan seseorang" dan seterusnya.

Sebuah perhimpunan Sufi yang disebut Fehmia (Para Pemaham) menyandarkan asal-usul filsafatnya pada Abu Yazid al-Bisthami. Ada dua huruf "h" dalam abjad Arab. Sebuah kata yang menggunakan "h" yang kedua juga dilafalkan seperti FaHM, namun artinya Penambang atau penjual arang.

Para anggotanya, untuk memperingatinya dalam ritual, benar-benar mengoleskan arang di wajah mereka. Para freemason [keanggotaan atau sebuah kelompok yang meluas dengan tujuan saling memberikan pertolongan dan pengembangan hubungan persahabatan antara anggotanya], dalam beberapa kamus bahasa Arab, disebut pembakar arang atau Penambang.

Sebuah kelompok rahasia di Italia, yang pada mulanya tekun mengerjakan kebajikan dan mengakhirinya dengan perbuatan saling melindungi [dalam keburukan] disebut Carbonari, para pembakar arang. Berdasar bukti historis, geografis dan linguistik, tidak diragukan lagi bahwa Carbonari merupakan sebuah perhimpunan Para Pemaham yang telah merosot. Menurut pengetahuan (khas) Sufi, apabila unsur dinamis dari kehidupan guru hilang dari sebuah jamaah, menyebabkan kualitas batiniahnya terperosok. Bagaimanapun, Carbonari adalah sebuah contoh yang sangat penting untuk dipelajari.

Mitos dasar Carbonari mengklaim bahwa Raja Francis I dari Perancis (w. 1515) ketika pergi berburu tersesat di Skotlandia, yang berbatasan dengan wilayah kekuasaannya. Kemudian ia ditemukan dan ditolong dengan ramah-tamah oleh para pembakar arang. Kalangan ini tidak seperti orang-orang biasa, namun sebuah kelompok mistik yang telah hidup dari sebuah ajaran hikmah kuno. Raja Francis kemudian bergabung dengan mereka dan menjadi pelindung mereka. Jika kita mencermati bahwa negara yang berbatasan dengan Perancis itu adalah Spanyol, bukan Skotlandia, serta orang Spanyol yang tersufikan tinggal di sana,1 maka kita dapat melihat garis hubungan lain dengan Sufi para pembakar arang itu. Skotlandia tampaknya bukan suatu anggapan yang keliru, namun maksudnya adalah sebuah nama sandi untuk Spanyol. Hal ini dikuatkan dengan fakta bahwa para freemason juga menyatakan tentang pondok awal itu didirikan di "Skotlandia" dan mereka juga membahas tentang "ritus-ritus orang Skotlandia".

Dari sebuah kelompok mistik, Carbonari berubah menjadi kelompok etik, kemudian kelompok politik. Mereka dihubungkan dengan para freemason lainnya.2 Ada lebih banyak kemiripan antara kelompok Sufi dan kelompok Italia itu. Dalam berbagai lukisan tentang pertemuan-pertemuan Carbonari menggambarkan bahwa para anggotanya disusun menurut tingkat-tingkat yang sama dengan pertemuan-pertemuan Sufi. Adapun bagian terkecil dari Carbonari disebut Baracca, "pondok".

Namun bagi sementara para penambang Sufi, barakah adalah sebuah kata untuk suatu pertemuan, yang pada mulanya sebuah isyarat untuk sebutan pertemuan. Sama sekali tidak penting bahwa karena reputasinya, maka para penambang Sufi itu dapat memberikan suatu barakah (restu) kepada para pengantin perempuan di wilayah negaranya. Bahkan di Inggris saat ini, para pengantin perempuan memanggil (pengantin laki-laki) dari dalam cerobong asap -- dengan wajah hitam legam -- untuk memberikan sebuah ciuman kepada mereka setelah acara pernikahan. Al-Aswad, si Manusia Hitam, merupakan tokoh penting dan sosok misterius baik di Eropa Utara maupun Arab Spanyol dalam berbagai catatan tentang ritus-ritus ilmu sihir (dalam upacara keagamaan non-Katholik) di berbagai wilayah Eropa.3

Begitu banyak catatan telah ditulis mengenai makna-makna Sufi yang tersembunyi, kadangkala berupa frase-frase, sebagian berupa pengertian-pengertian yang tidak bermakna, namun diungkapkan kembali dengan suatu semangat yang telah mengagumkan orang yang tidak terlibat di dalamnya. Berikut ini salah satu pepatah:

"Carilah ilmu, bahkan sampai ke Negeri Cina," suatu ungkapan yang kerapkali dinyatakan para Sufi, lebih mempunyai pengertian literal atau bahkan figuratif. Maksud dari ungkapan ini (dapat) dikuak melalui analisa atas pemakaian kata "Cina", diinterpretasi melalui bahasa rahasia.

"Cina" adalah kata sandi untuk pemusatan pemikiran, salah satu praktek Sufi, sebuah prasyarat utama bagi pengembangan Sufi. Sementara, ungkapan itu adalah penting karena ia menunjukkan sebuah contoh koinsidensi dari kemungkinan interpretasi baik dalam bahasa Arab ataupun Persia. Namun tidak ada hubungan yang jelas di antara keduanya. Kenyataannya, meskipun dieja dan dilafalkan secara berbeda, kata "Cina" dalam kedua bahasa tersebut secara substansial mengungkapkan konsep yang sama, mempunyai pemaknaan yang khusus bagi Sufi.

Metode pengungkapan (kata sandi tersebut) sebagai berikut:

CINA. Dalam bahasa Arab SHYN (hurufnya Shad, Ya', Nun). Padanan angkanya: 90, 10, 50. jadi jumlah huruf-huruf ini 150. Dengan menguraikannya menjadi ratusan, puluhan dan satuan: 100 + 50 (tidak ada satuan). Diterjemahkan kembali ke dalam angka-angka: 100 = Q, 50 = N. Q dan N kemudian digabungkan kembali menjadi sebuah kata: QN. Kata QN (dalam bentuk QaNN) dalam bahasa Arab menunjukkan konsep tentang "penelitian dengan cermat, pengamatan", maka dari itu dipakai sebagai sebuah simbol pemusatan, fokus. Kata perintah tersebut sekarang dibaca: "Carilah ilmu, bahkan sampai mencapai pemusatan (pikiran)!"

CINA. Dalam bahasa Persia CHYN (Che, Ya', Nun). Padanan angkanya: 3, 10, 50. Sebelum menyulih menjadi angka, huruf Persia Che (CH) pertama mesti diganti dengan padanan hurufnya yang lebih dekat dalam skema Abjad, yaitu J. Jumlah keseluruhan: 3 + 10 + 50 = 63. Setelah dipisah dalam puluhan dan satuan menjadi 60 + 3. Angka ini dapat disulih menjadi huruf 60 = SIN; 3 = JIM. Sekarang kita harus menentukan sebuah kombinasi kata dari S dan J. SJ (dilafalkan SaJJ) artinya "memplester atau melapisi, sebagaimana dengan lempung". Kebalikan dari susunan huruf tersebut, kita dapat mengubah menjadi kata JS (suatu pengubahan yang diperbolehkan, salah satu kaidah yang diijinkan) yang dilafalkan JaSS, artinya "menyelidiki sesuatu; meneliti dengan cermat (hal-hal tersembunyi); memastikan (berita)". Kata ini adalah akar kata dari "pengintaian", karena itu Sufi disebut Pengintai Hati. Bagi Sufi, penelitian untuk memastikan hal-hal tersembunyi, dengan membicarakannya secara puitis, adalah sebuah tujuan yang sepadan dengan motif pemusatan pikiran.

Dalam berbagai dokumen resminya, dan dalam memaksudkan antara satu dan lainnya, Carbonari selalu menggunakan istilah "sepupu yang baik". Istilah ini merupakan sebuah contoh penterjemahan dari bahasa Arab, dan juga pengalihan dari akar kata Semitik yang menarik, melalui aliterasi [pengulangan konsonan atau kelompok konsonan pada awal suku kata atau awal kata secara berurutan] ke dalam bahasa-bahasa lain -- dalam hal ini Italia. "Sepupu yang baik", dalam bahasa Arab adalah kata yang juga digunakan para Sufi klasik seperti disebut di dalam al-Qur'an, muqaribin, Orang-orang Dekat, "keluarga dekat". Akar kata Semitik QRB yang merupakan kata asal ungkapan tersebut secara cemerlang diabadikan dalam suku kata yang pertama dari istilah Italia Carbonari, suara K-R-B. Ada beberapa kemiripan yang lain dari bentuk-bentuk ini dan pemakaian-pemakaian lain dari masyarakat-masyarakat yang penuh prakarsa, yang sebagian besar masih tetap tersembunyi bagi para pengamat luar, selagi mereka tetap menggunakannya.

Catatan kaki:

1 Pengusiran besar-besaran yang terakhir atas kaum Muslimin dari Spanyol terjadi pada tahun 1609, ketika sejuta bangsa Moor [Bangsa Arab Muslim yang telah menaklukkan Spanyol pada abad ketujuh] dideportasi. Pada masa Raja Francis I, kemungkinan besar ada asosiasi pelarian para Sufi di hutan itu, yang dididik para "leluhur"nya.

2 Berbagai makna tersembunyi dalam berbagai ritual dan gagasan-gagasan yang tersebar di Spanyol mungkin tetap "disingkirkan" atau telah memfosil dalam berbagai sistem kontemporer, ketika makna yang lebih orisinal telah hilang. Yang menarik untuk dicatat bahwa sampai kini pun di Spanyol, beberapa makna ini mungkin lebih jelas bagi petani sederhana daripada kalangan non-Arab terpelajar dari Eropa Utara. Profesor E.G. Browne, Orientalis termasyhur, melaporkan bahwa sebuah naskah Arab yang diabaikan masih digunakan untuk (menulis) surat-surat cinta oleh petani-petani Spanyol pada paruh pertama abad ini. (E.G. Browne, Literary History of Persia, Cambridge University Press, 1956, Vol. 1, hlm. 9).

3 Ada yang berkata bahwa, di bawah Louis XVIII dan Charles X, lebih dari dua belas ribu freemason di Paris adalah juga anggota Carbonari.

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini