Pelajaran Berharga dari Fotografi
Saya gemar fotografi landscape, sangking seringnya memfoto saya diberi rezeki berupa kesempatan untuk berjumpa dengan tornado yang cukup besar dan berhasil memfotonya dengan baik (walaupun takut dan tegang ndak karuan).
Dengan bangga saya pamerkan foto tornado saya tersebut ke teman2, ada beberapa yang dengan spontan menjawab "kau beruntung sekali", dalam hati saya 100% setuju dengan pernyataan tersebut, saya benar-benar beruntung, tapi karena melihat situasi saat itu juga hadir teman2 yang ‘rada pemalas’ maka saya menjawabnya dengan sedikit menyindir, saya jawab "ya saya benar-benar beruntung karena saya rajin kepantai untuk mengambil foto, seandainya saya rajin berpangku tangan dirumah mana mungkin saya bisa beruntung memfoto tornado tsb dengan hasil yang baik"
Maksud pernyataan saya tersebut adalah mungkin saja Anda punya alat fotografi canggih, namun karena jarangnya Anda keluar mengambil foto maka :
- Kesempatan Anda untuk menemukan momen2 istimewa menjadi lebih kecil daripada jika Anda sering keluar mengambil foto.
- Karena jarangnya praktek, maka saat ada kejadian istimewa tsb mungkin Anda begitu tegang sehingga tidak ada satupun foto yang bagus baik dari sisi teknis dan kualitas gambar.
- Karena kurangnya motivasi dan ambisi maka bisa jadi Anda lari saat kejadian tersebut berlangsung, bukannya mengambil kamera, mengatur setting dengan baik dan mengambil foto dengan tenang.
Nah contoh pengalaman diatas sama dengan yang kita alami sebagai pengusaha, penuh dengan faktor usaha, motivasi, pengalaman, ketegangan dan faktor keberuntungan.
Usaha yang Bertemu dengan Peluang
Sekitar 13 tahun yang lalu seorang teman berbagi ilmu dengan saya, bahwa di suatu buku ‘barat’ ditulis bahwa keberuntungan adalah "USAHA yang bertemu dengan PELUANG", artinya timing dan momen-nya pas, ketemu di suatu titik, artinya jika tidak usaha maka pasti peluang tsb tidak akan ditemukan, tapi jika memang nasib tidak bagus maka sehebat apapun usahanya maka peluang tersebut tidak akan ketemu.
Nah dari perjalanan hidup kita sebagai pengusaha muslim dapat kita simpulkan bahwa berhasil tidaknya dan seberapa cepat kita bisa ketemu dengan peluang (setelah kita berusaha dengan sungguh-sungguh) adalah murni peran Yang Maha Kuasa Allah Ta’ala, yaitu apakah kita dimudahkan untuk bertemu dengan peluang tersebut atau tidak. Sehingga akhirnya dapat dinyatakan kita beruntung.
Meskipun harus diakui bahwa usaha (ikhtiar) kita pun tidak luput dari kekuasaan Allah Ta’ala, karena kalau kita diciptakan sebagai manusia idiot tentu saya tidak dapat menulis artikel ini dan Anda tentu tidak akan membacanya, atau jari2 saya dibuat kaku dan mata Anda dibuat rabun….
Orang Bodoh dan Orang Pintar
Lagi-lagi seorang teman menasehati saya dan beruntung saya punya teman yang senang memberi nasehat, bahwa dia pernah mendengar dari seorang pengusaha disuatu seminar bahwa "Orang bodoh dikalahkan oleh orang pintar, orang pintar dikalahkan oleh orang curang, orang curang dikalahkan oleh …." setelah kutunggu-tunggu ternyata jawabannya adalah "… dikalahkan oleh orang yang beruntung", karena ada saja jalan keluar untuk selamat dari kejahatan orang yang curang tsb.
Namun bagaimana caranya agar jadi orang beruntung ? pengusaha tersebut menjawab yaitu dengan berbuat baik kepada manusia maka nanti yang dilangit akan baik kepadamu.
Saya terus penasaran, karena jawaban tersebut rasanya pernah saya dengar dalam Al-Quran atau Hadist, sehingga segera saya membuka program Al-Quran di komputer, mencari kata ‘beruntung’ ternyata keluar banyak sekali ayat-ayat yang menerangkan cara agar kita beruntung, atau cari kata ‘rugi’, dst… (Silahkan Anda lakukan dan temukan "ayat2 sukses" tersebut).
Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. (QS. 2:16)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. 3:130)
Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. 7:69)
Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 7:157)
Sesungguhnya tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa. (QS. 10:17)
Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung. (QS. 12:23)
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (QS. 23:1)
Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. (QS. 23:117)
Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. 24:31)
Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)". (QS. 28:82)
Dst….
Demikian juga dengan Hadist-hadist yang terkait dengan masalah ini ternyata banyak sekali :
"Orang yang pengasih akan di kasihi Dzat yang Maha Pengasih, kasihilah yang di bumi, maka yang di langit akan mengasihimu." HR. Tirmidzi
"Allah ta’ala menolong seorang hamba selagi hamba tersebut menolong sesamanya." HR. Muslim
"Barang siapa menolong saudaranya yang membutuhkan maka Allah ta’ala akan menolongnya." HR. Muslim
"Barang siapa yang mempermudah kesulitan orang lain, maka Allah ta’ala akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat." HR. Muslim
"Barang siapa yang tidak menaruh belas kasihan terhadap sesamanya, maka Allah ta’ala tidak akan mengasihinya." HR. Muslim
"Barang siapa yang mampu memberikan kemanfaatan kepada saudaranya hendaklah ia lakukan." HR. Muslim
"Bukankah kalian ditolong dan diberi rizki lantaran orang-orang lemah di antara kalian?" HR. Bukhari
"Barangsiapa yang suka rezkinya akan diluaskan dan diakhirkan ajalnya maka hendaklah menyambung tali persaudaraan." HR. Al-Bukhari dan Muslim
"Carilah (keridhaan)ku melalui orang-orang lemah di antara kalian. Karena sesungguhnya kalian diberi rizki dan ditolong dengan sebab orang-orang lemah di antara kalian." Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, dll.
Cerita Pengemis
Suatu hari saat saya masih bermukim di bandung sekitar tahun 1995, ketika itu mobil yang saya kemudikan sedang antri di trafic light dimana mobil saya berada diurutan ke lima dibelakang 4 mobil mewah, seorang pengemis bergerak dari satu mobil ke mobil yang lainnya menjulurkan tangannya, tidak satupun pengemudi mobil-mobil tersebut memberikan uang, saya tidak tega melihatnya dan segera menyiapkan uang untuk sang pengemis, tapi apa yang terjadi adalah setelah melewati mobil ke 4 dia malah kembali ke trafic light dan mengabaikan mobil saya (yang waktu itu masih daihatsu espass).
Saya merenung didalam hati, mungkin karena mobil saya espass, maka ia menganggap percuma saja menuju ketempat saya, sedangkan pengemudi 4 mobil mewah yang ada didepan saja tidak memberi apa-apa, apalagi pengemudi espass (padahal boleh jadi pengemudi 4 mobil mewah tersebut adalah supir, sedangkan pengemudi espass ini adalah pengusaha).
Lantas yang salah siapa disini jika dia tidak mendapatkan uang ? apakah Allah Ta’ala memang tidak mau memberi rezeki kepada dia atau usaha dia yang kurang ? tinggal satu mobil lagi belum dicoba tapi dia sudah berputus asa.
Kejadian tersebut menjadi pelajaran yang sangat berharga buat saya saat itu hingga sekarang ini, bahwa sebelum kita menyatakan ini sudah takdir Tuhan, maka alangkah baiknya jika kita benar-benar berusaha semaksimal mungkin yang terbaik yang bisa kita lakukan, jangan sampai ada kesempatan/peluang yang terlewatkan.
Kesimpulan
Sebagai pengusaha muslim kita dituntut ‘berusaha’ sungguh-sungguh, terus belajar dan cerdas, namun apakah mungkin rezeki bisa kita peroleh jika Allah Ta’ala murka (tidak ridho) terhadap kita ? sedangkan Ia adalah pemilik perbendaharaan alam semesta ini ? tentulah sangat naif jika kita bekerja banting tulang ingin memperoleh rezeki dibumi milikNya menggunakan tubuh yang diberikanNya namun dengan cara yang dimurkaiNya, selalu bermaksiat kepadaNya dan tidak perduli kepada hamba-hambaNya yang lemah, apakah mungkin ? ataukah sebaliknya, rezeki yang diperoleh justru melimpah tapi tidak berkah ? malah menjadi musibah ? istri selingkuh, anak durhaka, dll.
"Barangsiapa bertaqwa kepada Allah dengan melakukan apa yang diperintahkanNya dan meninggalkan apa yang dilarangNya, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar serta rizki dari arah yg tidak disangka-sangka, yakni dari arah yang tidak pernah terlintas dalam benaknya." QS. Ath-Thalaq: 2-3 (Tafsir Ibnu Katsir)
"Sesungguhnya Allah berfirman, ‘wahai anak Adam!, beribadahlah sepenuhnya kepadaKu, niscaya Aku penuhi (hatimu yg ada) di dalam dada dengan kekayaan dan Aku penuhi kebutuhanmu. Jika tidak niscaya Aku penuhi tanganmu dgn kesibukan & tidak Aku penuhi kebutuhanmu". HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dll.
Fadil Basymeleh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar