Setiap orang pada hakikatnya ingin sukses, akan tetapi banyak orang yang menyalahartikan kesuksesan itu seperti apa. Bagi sebagian orang beranggapan bahwa sukses adalah suatu keberhasilan atau keberuntungan karena telah mendapat sesuatu seperti memiliki kekayaan yang berlimpah, kedudukan atau jabatan yang tinggi, menjadi orang yang terkenal dan lain sebagainya. Pernahkah kita berpikir bahwa kesuksesan itu tidak bisa membeli suatu kebahagiaan? Kita bisa membeli mobil mewah atau rumah besar tapi kenyamanan, ketentraman dan kebahagiaan itu tidak bisa kita beli dengan uang yang kita miliki. Tak jarang kita melihat banyak orang yang melakukan penyimpangan untuk mendapatkan kesuksesan itu sendiri dengan menghalalkan berbagai cara sehingga mental orang tersebut dapat berubah menjadi egois, mementingkan dirinya sendiri daripada orang lain. Bahkan demi mengejar kesuksesan itu, banyak yang sampai mengorbankan keluarga, teman atau rela menyerahkan kehormatannya. Ia menjadi orang yang mengabaikan keluarganya sendiri sehingga kehidupan rumah tangganya menjadi tidak harmonis dan dipenuhi perasaan was-was atau gelisah. Padahal mereka adalah orang-orang yang paling bermakna dalam hidup.
Dasar dari kesuksesan itu berasal dari kebahagiaan yang tiada henti diperoleh, kebahagiaan itu tidak hanya dinikmati sendiri tetapi dapat dinikmati oleh banyak orang. Ketika kita mendistribusikan keberhasilan yang kita miliki kepada orang-orang disekeliling kita dan melihat mereka sukses, maka di situlah terdapat kebahagiaan. Ketika kita berkarya untuk orang lain yang manfaatnya berdimensi lama dan dirasakan oleh banyak orang, disitulah makna kesuksesan dan kebahagiaan yang benar. Seperti yang pernah saya alami yaitu teman saya memberi sepotong kue kepada saya, ketika kue itu habis maka kebahagiaan itu pun sirna. Akan tetapi, ketika saya pernah memberikan hadiah bros jilbab kepada teman saya, ia merasa sangat senang banget dengan wajah penuh senyuman yang khas, hal tersebut membuat saya bahagia hingga sekarang dan tidak pernah pudar seiring berkurangnya waktu karena kami menjadi sahabat sejati. Mahatma Gandhi mengatakan: “Kebahagiaan tergantung pada apa yang kita berikan, bukan pada apa yang kita peroleh”. Hal tersebut juga merupakan salah satu wujud syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga Dia akan membalas kebahagiaan kita dengan nikmat yang lain jauh lebih besar dari kesuksesan itu sendiri. Diantaranya adalah keseimbangan hidup. Jika hidup kita telah seimbang maka kita dapat mengatur waktu kita menjadi lebih efektif sehingga menghasilkan satu hal yang luar biasa, menjadikan kita senantiasa menjaga kecenderungan nafsu, emosional, dan terbebas dari berbagai masalah. Hubungan kita dengan Allah juga semakin kuat, perasaan menjadi tentram dan membuat proses aktualisasi diri semakin konsisten untuk mencapai cita-cita yang mulia. Hal itu dapat terlihat dari berkembangnya potensi yang dimiliki seseorang dari hari ke hari karena ada upaya yang optimis untuk selalu mengasahnya. Seperti seseorang yang berpotensi ingin menjadi seorang penulis atau akuntan maka ia terus meningkatkan kemampuannya dibidang menulis atau ilmu akuntansi. Walaupun cita-cita telah berhasil didapatkannya, ia terus tumbuh sampai akhir hayatnya dan memberikan manfaat bagi orang lain bagaikan air yang mengalir tanpa henti. Menjadi orang yang bahagia jauh lebih tenang, damai buat kita, bukan sekedar menjadi orang yang sukses atau menjadi orang besar. Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama menuju titik yang kita harapkan tersebut yakni mencapai kebahagiaan dalam hidup ini sehingga memperoleh ‘akhir’ yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar