Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Jumat, 26 November 2010

Tawakal Pintu Solusi

Saban hari seorang pemuda berada di depan pintu rumah Umar bin Khottob.

"Engkau hijrah karena ALLAH atau karena Umar?" Umar bertanya heran.
"Pergilah!" Hardik Umar "Pelajarilah al-Quran! Karena al-Quran itu akan mencukupimu dari pintu rumah Umar."

Pemuda itu pergi. Menghilang beberapa saat. Suatu hari Umar merasa kehilangan akan pemuda itu. Pemuda itu beruzlah (menyepikan diri) serta sibuk beribadah kepada ALLAH swt.

Umar datang menjenguknya.

"Aku sungguh rindu kamu. Engkau sibuk apa sekarang?" Umar bertanya antusias.

"Aku bersungguh-sungguh membaca al-Quran. Maka Kitab Suci ini telah mencukupiku dari Umar beserta keluarganya." Pemuda menjawab dengan yakin.

"Semoga ALLAH swt merahmatimu." Umar mendoakan.
"Lalu apa yang engkau dapati didalamnya."

"Aku membaca sebuah ayat; Di langit terdapat rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu." (Adz-Dzariyat : 22)
Pemuda itu melanjutkan: "Rezekiku telah tercatat di langit namun aku malah memohonnya (kepada makhluk) di bumi."

(Sumber: Ihya' Ulum ad-Din, Juz 4, Bab A'mal al-Mutawakkilin)

#######

Tawakal adalah percaya kepada ALLAH swt atas hasil yang akan dicapai. Tawakal dengan bahasa lain adalah bersandar kepada ALLAH. Karena DIA adalah sebaik-baik tempat bersandar.

Bersandar ke tongkat, ia akan patah. Bersandar ke tembok, ia akan rubuh. Bersandar ke makhluk, harta, jabatan, dan senjata, ia akan punah. Dan sebaik-baik sandaran adalah bersandar kepada Yang Maha Tidak Bersandar ke benda lain, yaitu ALLAH swt. Karena DIA tidak membutuhkan selain-NYA.

Tawakal bukan fatalisme, yang enggan untuk melakukan usaha. Tawakal itu amalan hati dan fisik terus berusaha dan berusaha disertai doa. Hati berserah bahwa apa yang ditentukan oleh-NYA adalah hasil terbaik.

Usaha ibunda Musa menghanyutkan Musa ke sungai Nil sebuah perbuatan tidak masuk akal. Hatinya bertawakal, maka bayinya (yaitu Musa) selamat dari tebasan pedang Firaun.

Nabi Syuaib, ayahanda Yusuf, bertawakal kepada ALLAH terkait anaknya yang hilang. Yusuf berpindah-pindah tangan. Dari tangan penjual budak berpindah ke tangan isteri al-Aziz (gelar seorang raja Mesir kuno). Yusuf tertuduh berbuat serong. Dipenjara. Namun tawakal selalu membuahkan hasil terbaik. Hingga pada akhirnya Yusuf diangkat menjadi bendaharawan Mesir. Sebab seorang ayah bertawakal, berakibat anaknya menjadi sukses. Ayah dan anak bertemu kembali di dalam istana megah nan mewah.

Burung-burung pun bertawakal. Terbang menjauh dari sarang tanpa bekal. Terbang untuk menjemput rezeki. Karena burung itu yakin pergi jauh dari sarang bukan malapetaka. Tapi terbang untuk mencari makanan berlimpah. Pergi pagi pulang sore. Membawa rezeki untuk para penghuni sarang.

Meminjam kata-kata Aa' Gym. Kerbau tidak sekolah saja gemuk-gemuk. Kenapa harus takut tidak kebagian rezeki? Cecak, tidak mempunyai sayap namun rezekinya adalah laron yang bersayap. Jadi tak usah risau dengan rezeki. Risaulah jika Anda tidak bertawakal dalam mencari rezeki ALLAH.

Bertawakal itu bagai berlayar di atas sungai. Tak tahu apa yang akan dilewati, namun mengetahui bahwa akan menemukan air besar, air yang luas, yaitu air laut. Begitu pun tawakal akan membawa Anda ke arah lautan samudera terbaik menurut pandangan Allah.

Tawakal terkuat adalah yang bersumber dari keimanan. Dengan keimanan yang menghujam ke dalam hati akan mengetahui bahwa semua terjadi karena kehendak-NYA. Tentu saja kehendak-NYA adalah hasil terbaik bagi orang-orang yang bertawakal.

ALLAH swt berfirman: "Barangsiapa yang bertawakal kepada ALLAH niscaya DIA akan mencukupkan (keperluan)nya." (Ath-Tholaq : 3)

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini