Yang termudah untuk membentuk kesabaran, khususnya dalam menghadapi petaka dan bencana ialah dengan memahami hakekat kehidupan dunia. Kehidupan dunia bukanlah surga kebahagiaan atau tempat tinggal abadi, tetapi medan pelaksanaan tugas dan menempuh ujian dan cobaan. Manusia diciptakan untuk diuji agar lulus memasuki kehidupan abadi di akherat, menempati sorga dan terbebas dari neraka.
Apabila seseorang benar benar menyadari hal tersebut dia tidak akan terkejut bila tertimpa musibah. Sebaliknya apabila seseorang membayangkan kehidupan dunia sebagai jalan yang mulus, datar dan dikelilingi bunga-bunga dan wangi semerbak, maka bila ditimpa sedikit kesulitan saja dia terperangah, terperanjat, gelisah, kehilangan akal dan tak tahu harus kemana berpegangan.
Al Qur'an menjelaskan bahwa kehidupan dunia penuh kesulitan dan kepayahan.
Firman Alloh SWT, yang artinya : "Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam susah payah". (Al Balad : 4)
Al Qur'an juga menjelaskan tentang keadaan alam dan nasib manusia yang selalu berubah ubah dan tidak pernah selamanya stabil. hari ini mungkin kebahagiaan beserta kita, tetapi siapa mengira esok hari bencana derita dan duka nestapa menimpa kita.
Firman Alloh SWT, yang artinya : "Jika kami (pada perang uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejadian dan kehancuran) itu, kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Alloh membedakan orang orang yang beriman (dengan orangorang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikanNya (gugur sebagai) syuhada. Dan Alloh tidak menyukai orang orang yang zalim." (Ali Imraan: 140).
Allah SWT menciptakan kehidupan dunia ini bercampur antara kesenangan dan kesusahan, antara kenikmatan dan penderitaan, antara hal hal yang disenangi dan yang dibenci. Tidak akan ditemui suka tanpa duka, atau kesehatan tubuh tanpa penyakit atau istirahat penuh tanpa lelah, atau pertemuan tanpa perpisahan atau keamanan tanpa ketakutan.
Karena jika demikian bertentangan dengan kaidah dan hukum alam (sunnatuloh) dan peranan manusia didalamnya. Itulah yang disadari dan diyakini para 'arif, sastrawan dan penyair sejak zaman dahulu. Mereka banyak berbicara dan menulis syair serta puisi. Ali bin Abi Tholib ra diminta melukiskan kehidupan dunia, dia berkata : "apa yang harus saya gambarkan tentang tempat pemukiman yang dimulai dengan tangisan, ditengahnya penuh kelelahan dan akhirnya pemusnahan."
Abdullah Ibnu Mas'ud ra berkata: "Tiap kesenangan pasti disertai kesusahan dan tiada rumah tangga dipenuhi kebahagiaan kecuali dipenuhi pula kesedihan".
Ibnu S'iriin berkata : Tiada ketawa selalu kecuali sesudahnya (datang) tangisan".
Wallahu'alam bish showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar