Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Sabtu, 02 Oktober 2010

Syukur

Vita, Dyas, Dina, dan Wanda adalah 4 orang remaja yang bersahabat karib sejak kecil dan baru saja lulus dari SMU. Mereka ingin sekali kuliah di PTN yang sesuai dengan impian mereka selama ini. Vita yang manis misalnya, ia ingin sekali masuk Teknik Informatika ITB. Wanda yang pintar, sangat ingin masuk Fasilkom UI. Dina yang keibuan, bermimpi ingin jadi perawat. Dan terakhir Dyas, ingin sekali kuliah di Psikologi.

Allah memang Tuhan Yang Maha Berkuasa dan Maha Berkehendak, kekuasaannya meliputi semua makhluknya. Dina berhasil diterima di FIK UI, dan Dyas, Alhamdulillah, ia diterima di Psikologi UI. Namun Wanda yang dikenal sangat pintar, ternyata tidak lulus SPMB. Begitu juga dengan Vita yang sangat ingin masuk ke ITB, terpaksa harus menerima pilihan keduanya di Fasilkom UI. Wanda sangat kecewa, begitu juga Vita. Vita yang sudah begitu optimis dapat masuk ITB, menjadi kurang bersyukur dengan nikmat Allah untuk dapat melanjutkan kuliah di Fasilkom UI. Padahal begitu banyak lulusan SMU yang ingin diterima di Fasilkom, namun Vita tidak begitu antusias dan menanggapinya dengan dingin. Makna kesyukuran terasa begitu dangkal dan hampir tidak melekat di hati Vita. Akhirnya, hikmah lah yang menjawab itu semua.

Satu per satu melalui teman-temannya, Allah hendak mengajarkan kepada Vita sebuah makna yang dalam tentang KESYUKURAN. Pertama melalui Wanda, yang tidak diterima di Fasilkom UI, bahkan sama sekali tidak lulus SPMB. Vita tau Wanda sebenarnya ingin sekali, dan mampu masuk Fasilkom UI -fakultas yang telah didapatkan Vita sekarang- tapi Wanda malah ditakdirkan menerima kenyataan itu. Wanda yang semula sangat kecewa, menjadi sadar dan menerima takdirnya dengan lapang dada. Bahkan Wanda pun bersyukur karena ia masih bisa kuliah, meski di PTS sekalipun. Wanda begitu sabar dan tabah, namun hal itu belum juga membuat hati Vita tergerak untuk mulai bersyukur.

Allah juga memberi petunjuk kepada Vita melalui Dina, yang ternyata jalan untuk melanjutkan pendidikannya tidaklah begitu mulus. Dina yang sangat kekurangan dalam hal pembiayaan, terpaksa harus mengikuti saran ibunya untuk menikah dengan Sungkono, pria pilihan ibunya. Namun sekali lagi, Dina temannya itu terlihat sangat sabar, walau Vita tau, dari sorot matanya, Dina menginginkan untuk dapat kuliah, apalagi ia telah jelas-jelas diterima di SPMB. Sejak saat itu, Hati Vita mulai tergerak untuk lebih bersyukur.

Lalu hikmah selanjutnya bagi Vita adalah melalui Dyas. Peristiwa duka menerpa sahabat Vita yang satu itu. Dyas mengalami kecelakaan, yang menyebabkan wajahnya terbakar, dan meluluhlantahkan jiwa dan perasaannya. Wajah Dyas menjadi tak berbentuk dan sangat mengerikan. Dan yang lebih tragis lagi, Dyas harus rela melihat kakinya yang tinggal sebelah, karena kaki kanannya harus diamputasi. Sangat berat tentunya bagi Dyas untuk menerima itu semua. Dyas masih sangat shock dan sepertinya belum ingin kuliah melihat kondisi dan keterbatasannya sekarang. Teman-temannya berkali-kali meminta Dyas untuk sabar dan ridho menerima ini semua. Dyas hanya bisa menangis, tapi kemudian ia malah tersenyum, lalu meminta satu hal kepada Vita. Ia meminta Vita untuk melihat dirinya, seorang Vita Hairani yang telah diberikan begitu banyak kenikmatan oleh Allah selama ini. Vita semakin tergetar,dan saat itu, ia mulai menyadari bahwa selama ini Allah memang hendak mengajarkan makna KESYUKURAN melalui teman-teman dekatnya, melalui Wanda, Vita, dan Dyas. Dalam hati, Vita berjanji untuk dapat menjalankan amanahnya sebaik mungkin, menjadi mahasiswi Fasilkom UI, dan melanjutkan cita-cita teman-temannya semua, cita-cita mereka bersama.(Selvia Lirita)

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini