Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Sabtu, 02 Oktober 2010

Kan masih ada hari esok

Pada suatu tempat, hiduplah seorang anak. Dia hidup dalam keluarga
yang bahagia, dengan orang tua dan sanak keluarganya. Tetapi, dia
selalu menganggap itu sesuatu yang wajar saja. Dia terus bermain,
mengganggu adik dan kakaknya, membuat masalah bagi orang lain adalah
kesukaannya.

Ketika ia menyadari kesalahannya dan mau minta maaf, dia selalu
berkata, "Tidak apa-apa, besok kan bisa."
Ketika agak besar, sekolah sangat menyenangkan baginya. Dia belajar,
mendapat teman, dan sangat bahagia. Tetapi, dia anggap itu
wajar-wajar aja. Semua begitu saja dijalaninya sehingga dia anggap
semua sudah sewajarnya. Suatu hari, dia berkelahi dengan teman
baiknya. Walaupun dia tahu itu salah, tapi tidak pernah mengambil
inisiatif untuk minta maaf dan berbaikan dengan teman baiknya.


Alasannya, "Tidak apa-apa, besok kan bisa."
Ketika dia agak besar, teman baiknya tadi bukanlah temannya lagi.
Walaupun dia masih sering melihat temannya itu, tapi mereka tidak
pernah saling tegur. Tapi itu bukanlah masalah, karena dia masih
punya banyak teman baik yang lain. Dia dan teman-temannya melakukan
segala sesuatu bersama-sama, main, kerjakan PR, dan jalan-jalan. Ya,
mereka semua teman-temannya yang paling baik.

Setelah lulus, kerja membuatnya sibuk. Dia ketemu seorang wanita
yang sangat cantik dan baik. Wanita ini kemudian menjadi pacarnya.
Dia begitu sibuk dengan kerjanya, karena dia ingin dipromosikan ke
posisi paling tinggi dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Tentu, dia rindu untuk bertemu teman-temannya. Tapi dia tidak pernah
lagi menghubungi mereka, bahkan lewat telepon. Dia selalu berkata,
"Ah, aku capek, besok saja aku hubungin mereka." Ini tidak terlalu
mengganggu dia karena dia punya teman-teman sekerja selalu mau
diajak keluar.

Jadi, waktu pun berlalu, dia lupa sama sekali untuk menelepon
teman-temannya. Setelah dia menikah dan punya anak, dia bekerja
lebih keras agar dalam membahagiakan keluarganya. Dia tidak pernah
lagi membeli bunga untuk istrinya, atau pun mengingat hari ulang
tahun istrinya dan juga hari pernikahan mereka. Itu tidak masalah
baginya, karena istrinya selalu mengerti dia, dan tidak pernah
menyalahkannya.

Tentu, kadang-kadang dia merasa bersalah dan sangat ingin punya
kesempatan untuk mengatakan pada istrinya "Aku cinta kamu", tapi dia
tidak pernah melakukannya. Alasannya, "Tidak apa-apa, saya pasti
besok akan mengatakannya."

Dia tidak pernah sempat datang ke pesta ulang tahun anak-anaknya,
tapi dia tidak tahu ini akan perpengaruh pada anak-anaknya.
Anak-anak mulai menjauhinya, dan tidak pernah benar-benar
menghabiskan waktu mereka dengan ayahnya.

Suatu hari, kemalangan datang ketika istrinya tewas dalam
kecelakaan, istrinya ditabrak lari. Ketika kejadian itu terjadi, dia
sedang ada rapat. Dia tidak sadar bahwa itu kecelakaan yang fatal,
dia baru datang saat istrinya akan dijemput maut. Sebelum sempat
berkata "Aku cinta kamu", istrinya telah meninggal dunia. Laki-laki
itu remuk hatinya dan mencoba menghibur diri melalui anak-anaknya
setelah kematian istrinya.

Tapi, dia baru sadar bahwa anak-anaknya tidak pernah mau
berkomunikasi dengannya. Segera, anak-anaknya dewasa dan membangun
keluarganya masing-masing. Tidak ada yang peduli dengan orang tua
ini, yang di masa lalunya tidak pernah meluangkan waktunya untuk
mereka.

Saat mulai renta, Dia pindah ke rumah jompo yang terbaik, yang
menyediakan pelayanan sangat baik. Dia menggunakan uang yang semula
disimpannya untuk perayaan ulang tahun pernikahan ke 50, 60, dan 70.
Semula uang itu akan dipakainya untuk pergi ke Hawaii, New Zealand,
dan negara-negara lain bersama istrinya, tapi kini dipakainya untuk
membayar biaya tinggal di rumah jompo tersebut. Sejak itu sampai dia
meninggal, hanya ada orang-orang tua dan suster yang merawatnya. Dia
kini merasa sangat kesepian, perasaan yang tidak pernah dia rasakan
sebelumnya.


Saat dia mau meninggal, dia memanggil seorang suster dan berkata
kepadanya, "Ah, Andai saja aku menyadari ini dari dulu...." Kemudian
perlahan ia menghembuskan napas terakhir, Dia meninggal dunia dengan
airmata di pipinya.

Apa yang saya ingin coba katakan pada Anda, waktu itu nggak pernah
berhenti. Anda terus maju dan maju, sebelum benar-benar menyadari,
Anda ternyata telah maju terlalu jauh. Jika kamu pernah bertengkar,
segera berbaikanlah! Jika kamu merasa ingin mendengar suara teman
kamu, jangan ragu-ragu untuk meneleponnya segera.

Terakhir, tapi ini yang paling penting, jika kamu merasa kamu ingin
bilang sama seseorang bahwa kamu sayang dia, jangan tunggu sampai
terlambat. Jika kamu terus pikir bahwa kamu lain hari baru akan
memberitahu dia, hari ini tidak pernah akan datang.

Jika kamu selalu berpikir bahwa besok akan datang, maka "besok" akan
pergi begitu cepatnya hingga kamu baru sadar bahwa waktu telah
meninggalkanmu.

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini