Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Selasa, 05 Oktober 2010

Yunus AS - Dua Puluh Tahun Menanam Benih

Yunus AS meninggalkan ayahnya dengan perasaan sedih, ia tahu dalam hatinya bahwa mereka tidak akan bertemu lagi di dunia ini. Ia bergabung dengan sebuah karavan menuju Niniveh. Yunus AS adalah seorang yang murni dan lugu. Ia tidak cocok dengan para perampok yang menunggunya di sepanjang jalan. Dalam waktu singkat ia telah kehilangan seluruh barang miliknya. Ia memasuki Niniveh hanya dengan berbekal beberapa koin di sakunya. Yunus AS menemukan dirinya berada di daerah pinggiran kota di mana sebagian besar penduduknya bekerja dengan tanah liat. Seseorang yang berbicara dengan bahasa yang dimengertinya membawanya menghadap ke seorang tua, ia adalah pembuat tembikar khusus untuk raja. Orang tua ini sedang mencari seseorang untuk diajari membuat tembikar. Tak satu pun anak-anaknya yang tertarik. Yunus AS bersedia menjadi murid ahli pembuat tembikar ini.

Setelah beberapa saat orang tua itu menjadi sakit. Ia tahu bahwa ia tengah sekarat. Ia memperkenalkan Yunus AS, yang sekarang telah menjadi seorang pembuat tembikar terlatih, kepada raja dan mengatakan bahwa ia adalah penerusnya. Raja menyukai Yunus AS dan setelah ia mengeceknya, ia pun mempercayainya. Ia memberikan sebuah tempat di dekat istana dan mereka pun menjadi sahabat. Yunus AS membuat benda-benda yang sangat indah untuk raja, berbeda dengan yang lain, mereka belum pernah melihat karya-karya seperti itu sebelumnya. Di Niniveh semua objek didekorasi dengan wajah-wajah jin yang menyeramkan dan monster yang sedang marah. Hal itu membuat takut orang-orang yang melihatnya. Yunus AS membuat karya-karya yang indah yang penuh dengan keramahan alam. Yunus AS mempelajari bahasa Assyria dan menetap di sana. Ia tidak pernah berbicara tentang agama karena orang-orang Assyria merupakan para penyembah berhala dan mereka tidak mempunyai kesabaran terhadap Tuhan yang tidak dapat
mereka lihat dan mereka sentuh.

Setelah beberapa saat Yunus AS mendengar kematian ayahnya dan ia menjadi rindu untuk pulang ke kampung halaman, mengunjungi keluarganya. Ia meminta izin pada raja untuk pulang. Raja sebenarnya agak enggan untuk menyetujuinya. Sesuatu memperingatkan kepada Yunus AS bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan desanya. Yunus AS menasihati para penumpang karavan untuk tidak memasuki desa itu. Tetapi mereka kelaparan dan mereka pun tetap masuk. Yunus AS menunggu tetapi tak satu pun dari mereka yang kembali. Ia kemudian melanjutkan perjalanannya sendirian. Beberapa saat kemudian ia bertemu dengan satu batalion tentara yang menuju desa itu. Yunus AS memperingatkan mereka bahwa ada wabah penyakit yang tidak bisa disembuhkan, yang dapat menewaskan korbannya dengan cepat di desa itu. Para tentara itu berterima kasih kepadanya. Yunus AS meminta mereka untuk menyalami raja untuknya dan mereka melanjutkan perjalanan dengan arah yang berbeda.

Malam itu Yunus AS mempunyai mimpi yang menyeramkan. Ia melihat ayahnya, seolah-olah ia tidak pernah melihatnya selama hidupnya. Ayahnya sangat marah. Ia berteriak pada anaknya, "Mengapa engkau meninggalkan Niniveh? Engkau dikirim ke sana oleh Allah SWT. Izin-Nya-lah yang engkau butuhkan untuk pergi, bukan izin dari raja. Dan Allah SWT tidak memberimu izin. Cepat kembali dan berusahalah untuk lebih sabar."

Yunus AS melihat ke sekeliling dan akhirnya ia kembali ke Niniveh. Ia melihat seberkas cahaya dari langit turun mendatanginya. Semakin dekat ia semakin besar sampai ia mengenali bahwa itu adalah Malaikat Jibril AS. Ia memberitahu Yunus AS bahwa Allah SWT telah memilihnya menjadi nabi-Nya dan bahwa para pengikutnya dan pekerjaannya terletak di Niniveh.

Dalam perjalanan pulang, Yunus AS merasa dirinya diperlakukan sebagai seorang pahlawan. Semua orang menganggapnya telah mencegah masuknya wabah penyakit ke negeri itu. Yunus AS mulai bicara kepada mereka tentang Allah SWT. Raja berpikir bahwa Yunus AS sudah menjadi gila karena terkena wabah penyakit itu. Para penduduk Niniveh menertawainya tetapi mereka tidak menyakitinya karena ia telah menyelamatkan negeri itu. Selama dua puluh tahun Yunus AS berbicara tentang Allah SWT kepada penduduk Assyria, tentang Sang Pencipta mereka, Yang menguasai alam nyata dan gaib. Tak satu pun penduduk yang percaya. Yunus AS seringkali merasa putus asa, tetapi Jibril AS datang memberinya semangat. Itu semua adalah rencana Allah SWT.

Suatu hari Jibril AS datang dan mengatakan kepada Yunus AS bahwa akhir sudah dekat. Ia harus pergi menemui raja dan mengatakan kepadanya bahwa kota ini mempunyai waktu empat puluh hari untuk percaya kepada Allah SWT atau Allah SWT akan mengirimkan kehancuran kepada mereka. Raja menjadi marah dan mengancam Yunus AS. Tetapi tidak ada orang yang kelihatannya memberi Yunus AS pikiran kedua.

Empat puluh hari telah berlalu dan di pagi hari dari hari keempat puluh Yunus AS tidak tahan lagi, "Aku pergi, tinggalkan orang-orang ini menerima hukuman mereka," ia berteriak. Ia lalu menaiki kapal, pergi meninggalkan Niniveh menuju laut lepas di mana ia dapat melihat lumba-lumba yang dicintainya. Kapal baru saja mengibarkan layar ketika angin kencang berhembus yang mengakibatkan kapal terlempar ke setiap penjuru. Seekor ikan raksasa muncul dari dalam laut seolah-olah akan menghancurkan kapal itu. Yunus AS tahu bahwa badai itu dikirim untuk menghukum para penduduk Niniveh tetapi ikan itu dikirimkan untuknya. Sekali lagi Yunus AS meninggalkan Niniveh tanpa seizin Tuhannya. Ia telah kehilangan kesabaran dan kasih sayang kepada umatnya. Para pelaut lalu melemparkan Yunus AS ke laut dan mereka melihat ikan raksasa itu menelannya. Kapal lalu berlayar dengan selamat dan badai itu terus melaju menuju Niniveh.

Sekarang ikan itu berada di bawah perintah Allah SWT untuk menelan Yunus AS, tetapi ia tidak diizinkan untuk memakannya. Yunus AS diperintahkan untuk berkhalwat di dalam perut ikan itu. Selama empat puluh hari berada di dalam kegelapan perut ikan itu, di kedalaman laut yang hitam, di bawah langit yang tak bermatahari, Yunus AS berdoa memohon ampun. Ia mengucapkan kalimat zikir, "La ilaha illa Anta, subhanaka inni kuntu minazh-zhaalimiin." 'Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.' [21:87]. Pada akhirnya Allah SWT mengampuninya.

Sementara itu awan badai datang menghampiri Niniveh dan sebuah mukjizat terjadi. Selama dua puluh tahun Yunus AS menanam benih dan dalam waktu sekejap, kini mereka mulai tumbuh. Raja Niniveh dan para penduduknya melihat awan gelap itu dan mereka mulai percaya. Mereka berdoa kepada Allah SWT untuk menyelamatkan mereka dari kehancuran. Tetapi tentu saja mereka tidak tahu bagaimana cara berdoa atau apa yang harus diucapkan, sementara Yunus AS, nabi mereka, kini entah di mana. Tetapi awan gelap itu melewati kota, matahari muncul kembali dan tak ada yang hancur kecuali berhala-berhala mereka yang hancur berkeping-keping di kuil mereka.

Yunus AS melengkapi khalwatnya selama empat puluh hari di perut ikan dan kemudian ia dimuntahkan di tepi pantai dalam keadaan telanjang dan kedinginan. Kulitnya berkerut dan melunak karena terlalu lama terkena air dan panas matahari membakarnya. Kemudian Allah SWT menjadikan sejenis pohon tumbuh dengan daun yang besar untuk menutupi Yunus AS dan untuk menaunginya. Seorang penggembala yang tinggal di dekat situ memberinya makanan dan air dan menceritakan bahwa Niniveh selamat dari kehancuran. Yunus AS menjadi geram dengan kabar itu. Kemudian Allah SWT memerintahkan (alam) agar pohon tadi mengering dan mati. Yunus sedih kehilangan pohonnya. Kemudian Allah SWT menegurnya karena ia lebih memedulikan pohon itu dibandingkan dengan sebuah kota yang penuh dengan makhluk Allah SWT paling sempurna, yaitu manusia. Lagi-lagi Yunus AS memohon ampun kepada Tuhannya.

Dengan bantuan penggembala itu, yang akhirnya menjadi orang kepercayaannya, Yunus AS menempuh perjalalan kembali ke Niniveh. Di sana ia menemukan raja dan para penduduk kini telah terbuka hati mereka terhadap ajarannya. Ia mengajarkan mereka untuk beribadah dan memperkenalkan mereka tentang Hukum Allah SWT. Mereka membangun masjid-masjid (rumah-rumah tempat bersujud kepada Allah) di mana berhala-berhala dulunya berada, dan mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa yang telah menciptakan mereka dan mengampuni mereka.

Yunus AS menikah dan mempunyai anak-anak. Ia adalah salah satu dari dua orang nabi yang mendapat kebahagiaan melihat kaumnya berubah menjadi orang-orang yang beriman. Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang satunya. Yunus AS wafat dan dimakamkan di tempat di mana ia hidup.

Kelihatannya aneh bahwa Yunus AS yang merupakan seorang nabi beberapa kali melakukan perbuatan yang tidak disukai oleh Tuhannya. Dikatakan bahwa dengan Kehendak Allah SWT, setiap nabi paling sedikit pernah membuat satu kesalahan sepanjang hidupnya, kecuali nabi terakhir, Muhammad Mustafa SAW, yang diciptakan sebagai satu-satunya manusia yang sempurna.

Semoga Allah SWT memberkati Yunus AS dan memberinya kedamaian.

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini