Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Selasa, 15 Maret 2011

Belajar untuk tidak berbohong dalam kondisi apa pun

Tidak ada seorang pun yang mempercayai omongan pembohong. Hal ini pula yang beberapa kali saya dengar beberapa waktu yang lalu. Dalam suatu buku disebutkan, Berapa kali kita mendengar tentang seseorang yang memiliki banyak sekali kelebihan dan perilaku yang baik tetapi kemudian terlupakan kelebihan-kelebihannya itu hanya karena pribadinya tertimpa penyakit dusta yang menjadi cacat pribadinya dan tidak bisa terampuni. Menyesakkan memang membaca kata terakhir, ‘Tidak bisa terampuni’ !


Adalah suatu keharusan untuk tidak berbohong sama sekali, I know, it is difficult !. Dalam suatu buku dikatakan bahwa kebohongan yang diperbolehkan adalah ketika dalam kondisi peperangan atau untuk mendamaikan orang yang bermusuhan. Selain itu, hanyalah ucapan yang benar dan yang jujur. Menjaga kalimat yang diucapkan agar tetap jujur adalah suatu kewajiban, meskipun harus dibayar dengan mahal. Ucapan dusta, sama sekali tidak menunjukkan pada kecerdasan sosial.


Nasihat yang beberapa kali saya dapatkan dari buku dan beberapa teman dan sedang saya usahakan sebisa mungkin untuk terus diingat dan diamalkan adalah berbicaralah sesuai dengan kemampuan dan jangan mengobral janji yang kita sendiri tidak akan mampu memenuhinya. Jangan membuat keputusan yang tidak sanggup untuk melaksanakannya. Selamanya jadilah orang yang jujur dan bersih. Janganlah menjadi pribadi yang lemah karena dibolehkan melakukan kebohongan. Jadilah orang yang jujur dan konsekuen terhadap setiap kalimat yang diucapkan.


Kewajiban dan kemuliaan kita terletak pada kejujuran dan ketidak-bohongan kita. Sebab jujur merupakan sebuah keutamaan sebagai pribadi ditengah kehidupan sosial.

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini