Mengenal Tuhan (Kemana mencari Tuhan?)
Dari manakah kita berasal dan kemanakah kita akan pergi nanti setelah kita mati. Selagi manusia hidup, kita harus berusaha untuk menghayati Jati Diri kita masing-masing.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna yang memiliki badan jasmani dan rohani serta akal budi. Selain itu manusia harus pula berusaha untuk mengenal dan menemui Sang Penciptanya.
Akhirnya menusia harus berusaha untuk dapat menyatu (Tauhid) dengan Sang Penciptanya (atau dalam bahasa Jawa di kenal dengan istilah (Manunggaling Kawula Lan Gusti) dan Rasululloh Bersabda :
Sabda Nabi :
“Awaludini Ma’rifatullah Ta’alla – Permulaan Pelajaran Agama ialah mengenal Tuhan” pelajaran Agama ialah mengenal Alloh
Allah Berfirman :
Al-Israa (17 ayat 72)
Dan barang siapa yang didunia ini buta (hatinya) maka di akherat dia lebih buta dan tersesat.
Al-Haq (22 ayat 46)
Maka apakah mereka tidak berjalan di bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dapat mengerti atau telinga yang dapat mendengar ? maka sesungguhnya bukan pandangan (mata) yang buta, tetapi yang buta adalah hatinya yang ada di dalam rongga dadanya.
Adz-Dzaariyaat (Surat 51 ayat 56)
Dan aku tidak ciptakan jin dan manusia supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Yakni agar mereka bisa mengenal-Ku, namun sebagian besar manusia melalaikan kewajiban ini, kecuali mereka yang terpilih atau di kehendaki Tuhan (Yang di undang – mendapatkan Hidayah dan Kurnia dari Allah SWT)
Yuunus (Surat 10 Ayat 99-100)
Dan kalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang dimuka bumi ini seluruhnya. Apakah engkau hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang mukmin ?
Dan tidaklah seseorang beriman malainkan dengan izin Alloh, dan Alloh menimpakan kehinaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
Rukun Iman yang pertama dalam Agama Islam mengatakan bahwa kita harus Yakin dan percaya tentang adanya Tuhan.
Namun hanya yakin dan percaya terhadap adanya Tuhan saja tidaklah cukup, kita harus mengenal dan menyaksikan Allah dalam mengimani-Nya.
Asy-Syuuraa (Surat 42 ayat 52)
Dan dengan demikian kami Wahyukan kepadamu Ruh (Al-Quran) dengan perintah kami. Engkau (sebelumnya) tidak mengerti apa kitab dan apa Iman : tetapi kami menjadikan Al-Quran itu Cahaya, yang dengannya kami memberi petunjuk orang- orang yang kami kehandaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya engkau menunjuki kapada jalan yang lurus.
An-Nissa (Surat 4 ayat 174)
Hai sekalian menusia, sungguh telah datang kepadamu bukti kebenaran dari tuhanmu, dan telah kami turunkan kepadamu Cahaya yang terang benderang.
Al-Baqarah (Surat 2 ayat 3)
(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang Gaib, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang telah kami karuniakan kepada mereka.
Dalam Agama Islam Rukun Islam yang pertama adalah membaca dua kalimah Syahadat : “Ashadu Alla Illaha IlAllah Waashadu Anna Mumammadar Rasulullah” artinya : รง Aku bersaksi (Menyaksikan) bahwa tiada Tuhan selain Allah (Nuur Allah) dan aku bersaksi (Menyaksikan) bahwa Muhammad (Nuur Muhammad) utusan Allah.
Rasululloh bersabda : Aku telah melihat Tuhanku yang seelok-eloknya rupa yang tiada umpamanya, (Roaitu Robbi Faihsani Suura)
Al-Furqaan (25 ayat 72)
Dan orang –orang yang tidak memberikan kesaksian palsu : dan apabila mereka melalui sesuatu yang sia-sia, mereka melaluinya dengan menjaga kehormatan dirinya.
Al-Baqaarah ( Surat 2 ayat 256) :
Tidak ada paksaan dalam agama (Islam) (karena) sungguh telah jelas jalan yang benar dari jalan yang salah, maka barang siapa yang ingkar kepada Thaghut (setan atau apa saja yang disembah selain Alloh) dan beriman kepada Alloh, maka sungguh dia telah berpegang kepada buhulan tali yang kokoh yang tidak akan putus. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Mengetahui.
Al-Ambiyaa (21 ayat 92-93)
Sesungguhnya inilah Agama kamu, Agama yang satu. Dan Akulah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.
Dan mereka memecah belah urusan (agama) di antara sesamanya. Masing-masing mereka akan kembali kepada kami.
An-Nashr (110 ayat 1-3)
Apabila telah datang pertolongan Alloh dan kemenangan
Dan engkau melihat manusia masuk ke dalam Agama Alloh berbondong-bondong
Maka bertasbihlah dengan memuji dan mohon ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.
Alloh berfirman dan Rasululloh bersabda :
Hamba-Ku takan dapat mendekat-Ku, bila hanya menunaikan kewajiban- kewajiban yang aku Fardhukan atasnya. Dan hamba-Ku akan kian dekat dengan- Ku bila mengerjakan amal-amal sunnah, hingga aku mencintainya.
Dan bila aku mencintainya, aku akan menjadi telinganya. Maka ia akan mendengar malaui-Ku, dan menjadi lidahnya, maka ia akan berkata melalui –Ku, dan menjadi tangannya, maka ia akan berbuat melalui-Ku. (Hadits Qudsi).
Nama sejati Tuhan
Kita sumua membicarakan Tuhan, namun kita gagal untuk membedakan antara kata yang dapat diucapkan dan di tulis denga firman sejati yang tak dapat diucapkan dan tak dapat di tulis.
Nama Alloh, Gusti, Hyang Widi, itu dapat di tulis dan di ucapkan,dan asal usulnya dapat kita telusuri.
Tetapi Nama sejati Tuhan, yaitu yang dimaksud oleh semua orang Suci, telah ada sebelum adanya ciptaan, seluruh alam semesta, termasuk waktu dan ruang, telah diciptakan oleh nama itu, dari nama itu.
“ Segala sesuatu yang kita lihat di dunia ini telah di ciptakan oleh Nama”.
Daya cipta ini telah di sebut oleh para suci Islam menyebutnya (Kalam) Firman kun (Perintah)
Pada mulanya adalah firman. Firman itu bersama-sama dengan Alloh, dan firman itu adalah Alloh, ia pada mulanya bersama-sama dengan Alloh, segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia, tidak ada sesuatu yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
Tidak ada bedanya antara sabda itu atau Nama Tuhan dan tuhan sendiri. Tentang nama ini “ antara Nama dan yang dinamakan, tidak ada bedanya. Nama inilah yang dapat melepaskan pikiran dari kesenangan indrawi dan memberikan ke sukacitaan rohani, dan ia mampu membimbing jiwa menuju keselamatan.
Dalam bentuk Sabda (Dalil, Firman) inilah, Tuhan meresap ke dalam seluruh ciptaan. Nama atau sabda itu tidak dapat di temukan di dalam buku-buku maupun ayat suci- mereka hanya mengagungkan Sabda itu. Namun Nama itu sendiri terdapat di dalam diri kita.
Para suci dan wali yang pada zamannya masing masing telah menghayati Tuhan, menerangkan semua pangalaman dan seluk belik jalan Rohani di dalam ayat-ayat suci mereka guna membimbing kita.
Dari mereka, kita dapat mengetahui semua kesulitan pada jalan rohani dan memperoleh gambaran yang jelas tentang tujuannya, namun kita tidak dapat menghayati Tuhan sekedar membaca buku.
Sekedar membaca ayat-ayat suci atau mendengarkan ajaran para. Suci itu masih belum cukup. Kita harus bisa untuk mempraktekkan ajaran itu dan menempuh sendiri jalan itu.
Sifat Allah
Tuhan dengan sifat-sifat-Nya yang tak terbatas dan tak terhingga, di mana kita mempunyai konsepsi, yakni, Dia adalah tanpa sifat-sifat terbatas seperti yang kita berikan kepada-Nya
Menurut hadts :
“Tuhan, Engkau adalah yang pertama tanpa ada sesuatu yang mendahului Engkau, Engkau yang terakhir, tanpa ada sesuatu sesudah Engkau, Engkau adalah yang nyata tanpa ada sesuatu di atas Engkau, Engkau adalah yang tersembunyi tanpa ada sesuatu di bawah Engkau.
Pada hakekatnya sifat Alloh tidak terbatas. Semua sifat Sempurna adalah sifat Allah atau milik Allah. Menurut ajaran Agama Islam sifat-sifat Allah yang terdapat pada diri manusia yang sempurna lahirnya (tidak cacat) jumlahnya ada 41 sifat yaitu :
1. 20 Sifat Wajib
2. 20 sifat yang Mustahil
3. 1 Sifat yang Jaiz (Wewenang-Nya, Sifat kekuasaan Mutlak)
Sifat Wajib :
1. Wujud, artinya: Ada. Sifat ini namanya sifat nafsiah artinya: golongan bentuk atau dzat.
2. Qidam, artinya: Terdahulu (tak ada yang mendahului)
3. Baqo’, artinya: Abadi (tidak rusak dan tidak mati selama-lamanya)
4. Mucholafah lil chawadis, artinya: Berbeda dengan barang baru ialah barang duniawiah.
5. Qiamu bi nafsihi, artinya: Bertahta pribadi (tidak ada yang melantik)
6. Wahdaniah, artinya: Satu (Maha Tunggal).
7. Qodrat artinya : Kuasa (kekuasaannya tidak terbatas)
8. Iradat, artinya: Karsa (tak ada sesuatu kejadian di dunia ini yang bukan atas Karsa Tuhan)
9. Ilmu, artinya: Sumber Ilmu (pengetahuan)
10. Hayyat, artinya: Hidup (tak ada yang menghidupi, sumber hidup)
11. Sama’, artinya: Mendengar (tidak dengan alat)
12.Basor, artinya: Mengetahui (tanpa Alat)
13.Kalam, artinya: Bersabda (tanpa alat)
14. Qodiran, artinya: Yang Maha Kuasa (tidak ada yang memberi kuasa)
15.Muridan, artinya Yang mempunyai karsa
16.Aliman, artinya : Ynag Mempunyai segala macam ilmu.
17.Chajjan, artinya : Ynag Hidup (Sumber Hidup)
18.Sami’an, artinya: Yang Mendengar (baik suara yang terdengar maupun yang tidak)
19.Basiran. Artinya: Mengetahui (baik benda yang terlihat maupun tidak)
20.Mutakallimun, artinya: Yang Bersabda (tidak bersuara tetapi dapat diterima dengan jelas)
Sifat-sifat nomor 2 ~ 6 desebut Sifat Salbiah, artinya mustahil kalu terjadi sebaliknya.
Sifat-sifat nomor 7 ~ 13 disebut Sifat Ma’ani, artinya: yang menempati sifat Nafsiah.
Sifat-sifat nomor 14 ~ 20 disebut Sifat Maknawiyah, artinya yang ditempati sifat Ma’ani. Adapun sifat Mustahil adalah sifat kebalikan daripada 20 sifat wajib diatas.
Sifat Jaiz, Tuhan adalah sifat yang mutlak, artinya: Tuhan tidak terikat pada hokum- hukum dan peraturan-peraturan. Tuhan berwenang berbuat atau bertindak apa saja menurut karsa-Nya.
Tuhan tetap adil dan tetap bijaksana. Selain sifat-sifat tersebut diatas, masih banyak sifat- sifat yang sering didengar oleh masyarakat umum dan juga terdapat dalam Al-Qur’an, ialah : Maha Suci, Maha Murah, Maha Luhur, Maha Mulia dan sebagainya (Surat 76 ayat 25, 30 ~ 31)
Wujud Allah
Allah berfirman
Al-Hadiid (surat 57 ayat 3)
Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang zhohir (nyata) dan yang Bathin (tersembunyi) dan dia Maha mengetahui segala sesuatu.
Sesuai dengan sifat-Nya yang pertama ialah Wujud artinya : Ada. Sifat ini namanya sifat Nafsiah, artinya: Golongan bentuk atau Dzat. Adapun Wujud atau Dzat Allah.
Menurut petunjuk (Al-Qur’an)
An-Nuur (Surat 24 ayat 35)
Alloh adalah Cahaya langit dan bumi. Perumpamaan Cahaya-Nya adalah seperti lubang yang dalamnya ada pelita. Pelita itu dalam kaca. Dan kaca itu laksana bintang yang berkilau yang dinyalakan dengan minyak pohon yang diberkati, nyaitu minyak zaitun yang bukan ditimur dan tidak juga di barat. Minyaknya hampir menerangi sekalipun tidak di sentuh api. Cahaya Di Atas Cahaya.
Hakikat Cahaya :
1. Nur (Cahaya) yang sebenarnya itu ialah Allah SWT sendiri 2. Sebutan Cahaya bagi selain Dia hanyalah majaz (kiasan). Tak ada Wujud Sebenarnya.
At-Taghabun (64 ayat 8)
Maka berimanlah kamu kepada Alloh dan Rasul-Nya dan Cahaya (Al-Qur’an) yang telah kami turunkan. Dan Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
An-Nisa (4 ayat 174)
Hai sekalian manusia ! telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu dan telah kami turunkan kepadamu “CAHAYA” yang terang benderang.
Menurut Pustaka Sasangka Jati :
Tuhan itu satu, tetapi bersifat tiga yang disebut: TRI PURUSA (TIGA SIFAT) yang terdiri dari :
1. SUKMA KAWEKAS (Sukma: Hidup, Kawekas: Tertinggi), Sumber Hidup yang tertinggi. Sumber Hidup. Jadi semua yang hidup asalnya dari Suka Kawekas (dalam agama Islam: Allah Ta’ala) atau Nuurullah. 2. SUKMA SEJATI, ialah merupakan Utusan Tuhan Yang Sejati, utusan yang abadi (dalam agama Islam: Rasul atau Nuur Muhammad). 3. ROH SUCI, merupakan SINAR/CAHAYA percikan dari Tuhan. (Agama Islam: Nuurul Isan)
Karena Roh Suci merupakan percikan Chaya dari Tuhan, maka Tuhan adalah Maha Cahaya, dan kita tidak dapat dipisahkan dengan-Nya. Karena kita berasal dari Tuhan maka kita juga kelak kembali kepda-Nya. (Ina ilahi wa ina ilahi rojium)
Kesimpulan: Apabila kita mempelajari pengertian Tuhan dari berbagai Agama dan Aliran Kepercayaan, amak semuan menyimpulkan bahwa: Tuhan adalah Cahaya diatas Cahaya, Maka Cahaya, Sumber Cahaya, dengan demikian semua agama sepakat dengan pengertian bahwa Wujud Allah adalah Chaya (Nuur).
Al Ambiyaa (Surat 21 ayat 92 ~ 92)
Sesungguhnya (Agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.
Dan mereka memecah belah urusan Agama di antara sesamanya. Masing – masing mereka akan kembali kepada Kami.
Pengertian Tentang Allah
1. Tuhan berada diluar jangkauan Pikiran dan Akal
seluruh alam semesta yang tak terhingga terbentang dihadapan mata kita. Tetapi di balik semuanya itu terdapat kekuatan Maha Gaib yang mendalangi semua “Permainan”
bahkan orang-orang tidak percaya akan kebenaran agama dan mengatakan bahwa manusia tiak dapat mengenal bentuk dan sifat Tuhan, mereka tidak meyangkal bahwa kekuatan yang Maha Gaib itu memang ada.
Tetapi kenyataan itu berada di luar jangkauan pikiran dan indra. Karena itu, ia tentu saja menarik kesimpulan bahwa kenyataan itu tidak di pahammi oleh pikiran dan indra. Detiap kejadian duniawi dapat diterangkan dengan akal, tetapi untuk mencapai alam-alam rohani, akal tidak ada gunanya.
Tuhan tidak dibatasi oleh waktu, Ia Luhur dan mandiri. Seluruh ciptaan menaati perintah- Nya, namun ia bukanlah pelakunya. Ia tak berbentuk. Ia Maha ada dan memelihara segala sesuatu; Ia Pencipta, tak bergerak, Mahakuasa, abadi, penebus dosa, tak terpahamkan, tak terjangkau, tanpa awal, kekal, dan Ia adalah kesadaran murni. Ia abadi, tak terkalahkan, gudang pengetahuan. Ia mandiri, swadaya, Ia lautan kenikmatan dan Ia Maha-ada. Ia merupakan perwujudan Sabda dan Nama-Nya memelihara segala sesuatu.
2. Dimanakah Tuhan itu ?
Orang-orang awam mengira bahwa tuhan bersemayam di balik awan atau di dalam lautan. Jiwa-jiwa yang agung telah menghayati-Nya di dalam hatinya, dan para suci sempurna melihat Dia di mana-mana, di dalam maupun di luar.
Para Suci dan para saleh mengatakan bahwa Ia meresap ke dalam seluruh alam semesta dan bahwa alam semesta hidup di dalama Dia.
Kekuatan itu mahatembus dan ia menggerakkan seluruh Alam Jagad Raya. Dalam ayat-ayat suci, Ia tidak digolongkan ke dalam salh satu bangsa, agama atau masyarakat tertentu. Ia digambarkan sebagai Tuhan seluruh alam semesta. Dikatakan juga bahwa Ia meresap kemana-mana.
Tiada satupun tempat atau benda yang hidup maupun mati yang tidak mengandung sinar- Nya. Alam semesta ini merupakan tubuh-Nya tempat Ia bersemayam. Ia meresapi setiap atom seperti jiwa meresap ke dalam setiap pori tubuh sehingga ia dapat bergerak. Tubuh akan berubah menjadi abu bila jiwa keluar dari padanya.
Dimanakah Tuhan itu? Setelah menciptakan dunia ia tidak berpisah dari padanya, Ia mahakuasa, Ia bersemayam didapam ciptaan dan meresapinya, Ia kekal dan Maha-ada. Kita tidak perlu mencari Dia di hutan belantara. Yang diperlukan ialah mencelikkan mata rohani yang dapat melihat Dia.
Tanpa menghayatinya sendiri, kita tidak dapat memahami fakta itu. Tentu saja kita dapat memahami sesuatu dengan menggunakan contoh.
Kita merupakan partikel-pertikel Tuhan. Hubungan kita dengan Tuhan adalah seperti bagian yang kecil dari dari keseluruhannya. Tidak ada perbedaan antara gelombang dengan lautan. Tidak ada bedanya antara matahari dengan sinarnya. Tuhan tidak pernah meremehkan kita walaupun hanya sesaat. Ia selalu menjaga kita.
Kita tidak pernah berpisah dari Dia. Ia selalu ada di dalam diri kita dan selalu meresapi jiwa raga kita. Menurut beberapa Ayat suci dan pendapat para Alim Ulama serta Guru Murshid, keberadaan Tuhan adalah sebagai berikut :
1. Dan sungguh kami telah mencipkan manusia dan kami mengetahui apa yang dibisikan oleh hatinya.
2. tiada pula orang mengatakan : tengoklah, ada disini, atau ada disana, karena kerajaan Alloh itu ada dalam kamu.
3. apa faedahnya untuk lari ke Hutan naik ke Gunung guna mencari tuhan ? Ia bersemayam di dalam dirimu dan meresap ke dalam seluruh jiwa ragamu, akan tetapi Ia terpisah. Tuhan terdapat di dalam dirimu seperti beyangan yang terdapat dalam cermin. Ia ada dalam lubuk hatimu, di sanalah Ia harus di cari.
4. kita harus melihat dengan mata rohani kita dan mendengar suara-Nya dengan telinga rohani kita. Kita harus menembus tiraiyang gelap itu di dalam dan memandang kemulian-Nya
5. apabila kita melihat kenyataan dengan mata rohanu kita, maka berulah kita menjadi yakin akan kebenaran ajaran para Guru Mushid.
6. suara Tuhan berkumandang dari kubah, tetapi dunia yang sedang tidur tidak mendengarnya, hai khalayak ramai yang masih tetap tuli terhadap panggilan- Nya, pandanglah ke bahagian orang yang telah bangkit rohaninya, yang mendengan Suara Tuhan dan yang telah menggabungkan diri dengan Dia.
7. seorang suci Islam berkata : Tuhan bersemayam di dalam engkau, hai orang bodoh, dan engkau mencari-Nya di dunia luar dari satu tempat ke tempat yang lain. Apabila Tuhan ada di dalam diri kita dan kita mencarinya di tempat yang lain, maka usaha jita akan sia-sia.
8. apapun yang ada di alam semesta ini ada pula di dalam tubuh, dan barang siapa mencarinya di dalam tubuh ini, niscaya ia akan menemukan
Sebelum alam semesta ini tercipta (sebelum ada apa-apa) Dzat yang Maha Esa telah tercipta di Alam Sejati (pusat hidup yang sejati) dalam ke adan tenang tentram dan abadi, jadi keadaan Tuhan tidak ada yang mengadakan (bertahta pribadi berdiri sendiri) tiada permulaan dan tiada akhir, tidak membutuhkan tempat dan waktu serta Maha Esa.
Tuhan dapat di pandang sebagai asal mula kesadaran hidup yang tidak terbatas dan tidak bergerak. Di dalamnya terkandung kemampuan yang tidak terbatas ini dalam bahasa asing di sebut : omnipotent, artinya Maha kuasa.
Sesuai dengan keterangan tersebut, Allah berfirman: “Dimanapun kamu berada, Allah selalu bersama-mu dan Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”.
Allah mempunyai tiga sifat : Sukma Kawekas (Nuur Alah), Sukam Sejati (Nuur Muhammad), Roh Suci. Ketiga sifat ini tidak dapat di pisah-pisahkan dan tidak dapat di kurangi.
1. SUKMA KAWEKAS, Artinya: Yang menghidupi, yang membuat hidup, yang menyebabkan kita merasa hidup, atau Sumber Hidup
2. SUKMA SEJATI, Artinya: Yang sebenar-benarnya menghadapi jiwa manusia dan melaksanakan Karsa Sukam Kawekas dengan penuh kebijaksanaan, dapat pula disebut Guru Sejati, Penuntun Sejati, sebab pada hakekatnya yang disebut Sukma Sejati itu adalah Af’aal Tuhan, pakarti Tuhan, aktivitas Tuhan, gerak Tuhan
3. ROH SUCI, Artinya: Sifat yang dihidupi atau yang di beri hidup dan yang diberi kekuasaan dalam melaksanakan Karsa Tuhan. Ahli Sufi mengatakan: Roh yang berada dalam tubuh makhluk yang bersifat hidup disebut Nuur Ilahi (Cahaya Tuhan) atau Roh Kudus.
Tambahan keterangan :
1. SUKMA KAWEKAS, yang bersinar pasif itu dapat dimisalkan sebagai matahari yang bersifat pasif juga (diam, tidak bergerak, memancarkan sinarnya)
2. SUKMA SEJATI, yang bersifat aktif menjalankan Karsa Tuhan, dimisalkan matahari yang juga bersifat akrif memancarkan sinarnya
3. ROH SUCI, atau Nuur Tuhan yang kemudian menjadi jiwa manusia yang sejati, dimisalkan panas sinar matahari yang dirasakan oleh makhluk yang menerima sinar matahari yang dirasakan oleh mahluk yang menerima sinar
Keterangan Secara terperinici :
1. SUKMA KAWEKAS, bersifat Karsa, berarti Dzat yang mempunyai Hidup, atau Sumber Hidup yang belum bergerak (masih statis) disalamnya terkandung Karsa.
2. SUKMA SEJATI, nersifat bijaksana, berarti Dzat yng sesungguhnya memberi hidup yang telah bergerak (dinamis) didalamnya terkandung kebijaksanaan.
3. ROH SUCI, bersifat kuasa, berarti Nuur Ilahi (Nuur Dzatullah) yang bersemayam dalam jasmani manusia, diberi kekuasaan untuk melaksanakan Karsa Sukma Kawekas.
Alam Semesta dan Manusia
Menurut Imam Ghozali dalam bukunya HUDAYATUL ISLAM, menerangkan tentang TIGA DZAT tersebut, masing-masing Dzat Sebagai berikut :
1. DZAT 1 dinamakan Nuurul Illahi artinya CAHAYA TUHAN
2. DZAT II dinamakan : NUURUL MUHAMMAD artinya CAHAYA TERPUJI, dikiaskan menjadi UTUSAN TUHAN
3. DZAT III dinamakan : NUURUL INSANI artinya MANUSIA (sukma)
Menurut Alqur’an :
Pada mulanya Alloh menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong, gelap gulita menutupi samudra raya, dan Roh Alloh melayang layang di atas permukaan air.
Hari Pertama : Berfirman Alloh : “Jadilah Terang”. Lalu terang itu jadi. Lalu dipisahkannya terang itu dari gelap.
Dan Alloh menamakan terang itu siang dan gelap itu malam.
Jadilah petang dan jadilah pagi.
Hari Kedua : Berfirman Alloh “Jadilah Cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air”. Lalu Alloh menakan Cakrawala itu Langit
Hari ketiga : Alloh menciptakan darat dan laut.
Berfirman Alloh “Hendaklah tanah menumbuhkan tunas tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbij, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di Bumi.
Hari ke Empat : Berfirman Alloh “Jadilah benda benda penerang pada Cakrawala untuk memisahkan siang dan malam.
Hari Kelima : Alloh berfirman “Hendaklah dalam air berkeliaran makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan diatas bumi melintasi cakrawala”. Maka Alloh menciptakan binatang-binatang liar.
Hari ke Enam : Berfirman Alloh “Baiklah kita menjadikan Manusia menurut gambar dan rupa kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan aras segala binatang melata yang merayap di bumi.
Hari Ke Tujuh : Demikianlah di selesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Ketika Alloh pada hari ke Tujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang di buat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ke Tujuh dari segala pekrjaan yang telah di buat-Nya itu. Lalu Alloh memberkati hari ketujuh itu. Karena pada hari itulah Alloh berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah di buat-Nya.
Demikianlah riwayat bumi dan langit pada waktu di ciptakan. Ketika Tuhan Alloh menjadikan bumi dan langit belum ada semak apapun di bumi. Belum timbul tumbuh- tumbuhan apapun di padang, sebab Tuhan Alloh belum menurunkan hujuan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu, tetapi ada kabut naik dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu.
Ketika itulah Tuhan Alloh membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya, demikianlah menusia itu menjadi makhlukyang hidup.
Menurut Al-Qur’an
Al-A’raaf (Surat 7 ayat 54)
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Alloh yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia sengaja menciptakan ‘arasy. Dia tutup malam dengan siang yang mengikutinya dengan cepat. Matahari, bulan dan bintang-bintang, tunduk kepada perintah-Nya. Ketahuilah, mencipta dan memerintah hanyalah hal Alloh. Maha berkat Alloh,Tuhan semesta alam.
As Sajdah (Surat 32 ayat 4)
Alloh yang menciptakan langit dan bumi dan apa-apa di antara keduanya dalam enam hari. Kemudian Dia berkuasa atas Arasy’. Tiada bagi kamu pelindung dan penolong salain dari Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran ?.
Fushshilat (Surat 41 ayat 9 ~ 13)
Katakanlah, “Sesungguhnya apakah kamu (patut) mengingkari yang menciptakan bumi dalam dua masa, dan kamu menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya? Itulah tuhan semesta alam.
Dan Dia menjadikan padanya gunung-gunung yang kukuh di atasnya, Dia berkati dan Dia tentukan padanya makanan (sumber-sumber kehidupan) dalam epat masa, (jawaban yang sama bagi orang yang bertanya.
Kemudian Dia menuju (pada penciptaan) langit dan langit itu berupa asap, lalu Dia berkata kepada langit dan bumi “Datanglah kamu berdua dengan patuh atau terpaksa” keduanya berkata, “Kami datang dengan patuh.
Maka Dia jadikan tujuh langit dalam dua masa dan dia mewahyukan kepada tiap tiap urusannya (masing-masing). Dan kami hiasai langit dunia dengan bintang- bintang serta pemeliharaannya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Maka jika mereka berpaling maka katakanlah “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir seperti petir (yang menimpa kaum) Aad dan Tsamud.
Faathir (Surat 35 ayat 11)
Dan Alloh menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani, kemudian Dia memjadikan kamu berpasangan-pasangan. Tiada seorang perempuan mengandung dan tidak (pula) melahirkan, melainkan sepengetahuan-Nya. Dan tiada di[panjangkan umur seseorang yang panjang umur dan tidak dikurangi umurnya, melainkan dalam kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Alloh.
Al-Muminuun (Surat 23 ayat 12 ~ 16)
Dan sesungh kami telah menciptakan manusia dari sari tanah.
Kemudian kami menjadikannya air mani pada tempat yang kukuh dan terpelihara (Rahim)
Kemudian kami menjadikan air mani itu segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami menjadikan tulang-tulang, maka kami lituti tulang-tulang itu dengan daging, kemudian kami menjadikan satu bentuk yang lain. Maha Suci Alloh, sebaik-baik Pencipta.
Kemudian sesungguhnya kamu sesudah itu pasti mati .Kemudian sesungguhnya kamu dibangkitkan pada hari kiamat. Manusia Ciptaan Tuhan Yang Paling Sempurna
Rasullah bersabda :
“Tuhan menciptakan Adam (manusai) menurut gambaran-Nya (Wajah-Nya) dan yang dimaksud dengan Adam adalah Manusia Pertama dan ia adalah RUH WIJUD. Nerkat dia dicipta dalam Gambaran-NYA. Dia menjadikannya khalifah-Nya di muka bumi dan memerintahkan malaikat agar bersujud kepadanya. Andaikata Keindahan-Nmya tak bersinar di wajah Adam, Malaikag-malaikat tidak akan pernah bersujud di hadapannya.
Menurut Alqur’an :
Al-Qalam (Surat 68 ayat 4)
Dan sesungguhnya engkau mempunyai akhlak yang mulia).
An-Nisa (Surat 4 ayat 80)
Barang siapa taat kepada Rasul, maka sungguh dia telah taat kapada Alloh, dan barang siapa berpaling, maka kami tidak mengutus
engkau sebagai penjaga atas mereka.
At-Tiin (Surat 95 ayat 4) Sungguh kami menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk.
Al-Israa’ (Surat 17 ayat 70)
Dan sungguh kami telah memuliakan keturunan adam, dan kami angkut mereka di daratan dan lautan dan kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan kami lebihkan mereka dari kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.
Nuuh (Surat 71 ayat 17)
Dan Alloh menumbuhkan kamu dari tanah sebaik-baiknya.
Al-Hijr (Surat 15 ayat 29)
Maka apabila Aku telah menyempurnakan dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan) Ku maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (menghormat).
Kebanyakan dari kita bertanya kepada diri sendiri “Bagaimana kita sampai datang di dunia seperti kaadaan yang sekarang ini ? dari mana kita datang ? dan kemana kita akan pergi ?
Untuk menjawab pertanyaan yang mendasar ini secara singkat adalah sulit, karena pengalaman cara berfikir kita dalam bidang ini sangat terbatas sehingga kita tidak mampu untuk memahaminya.
Namun demikian, mempelajari buku ini akan memberi cakrawala, pandangan baru dan akan mengembangkan kacakapan luhur kita sedemikian rupa sehingga kita dapat memperoleh memajuan rohani dan pada suatu hari kita akan mencapai ketinggian di dalam dimana kesadaran serta kekuatan luhur kita akan mulai melihat dan menghargai Susunan Ciptaan Tuhan dan memperoleh jawaban atas segala pertanyaan kita.
Secara garis gesar ada tiga kondisi, keadaan atau daerah ciptaan – rohani, bathiniah dan jasmaniah – dengan masing2 bentuk kehidupannya yang sesuai, yang tealh diciptakan dan dipelihara oleh Firman :
“Awal dan Akhir dari semua Ciptaan adalah Shabda” (Radhaswami Dayal)
“Ciptaan, penghancuran dan Penciptaan kembali, semuanya dilakukan oleh Shabda am” (Guru Nanak)
“Penyangga Alam-alam Semesta semua bagian mereka dan semua bentuk yang hidup disalamnya adalah Nam” (Guru Nanak)
“Segala sesuatu dijadikan oleh Dia (Firman), dalam tanpa Dia tidak ada sesuatupun yang telah jadi dari segala yang telah di jadikan” (Yohanes 1:3)
Dalam daerah ciptaan yang termurni hanya terdapat jiwa, cahaya dan kasih. Di sana jiwa adalah bagaikan ikan sedangkan firman adalah semudranya, jiwa berada dalam unsure yang sama dengannya. Disanalah tempat tinggal Pencipta Maha Tinggi yang juga merupakan Rumah Sejati kita
Tepat dibawah rohani tersebut terdapat daerah Pikiran yang amat indah di mana jiwa dalam perjalanan turun menggabungkan diri dengan pikiran dan mengenakan penutup berupa tubuh kausal dan astral agar ia dapat berfungsi di daerah tersebut.
Pikiran tampaknya menjadi lebih kuat sedangkan jiwa menjadi lemah. Akhirnya, ketika jiwa bersama-sama dengan pikiran dan penutup lain mencapai daerah yang paling rendah, maka ia mendapatkan tambahan berupa keterbatasan fisik : sebuah penutup jasmani agar ia dapat bertugas di dunia benda.
Disini jiwa tidak dapat diusut jejaknya, pikiran menjadi gelisah serta tidak tenang, dan karena ia telah di kurung dalam tubuh jasmani, ia menciptakan hayalan semua tentang kepribadian yang menyebabkan kita lupa bahwa kita semua adalah satu dengan Pencipta Maha Tinggi.
Di daerah yang lebih rendah, meskipun jiwa ada, namun kekuatan yang memerintah dunia keadaan tersebut adalah pikiran. Disini kita berada dalam daerah kekuasaan suatu kekuatan yang halus dan sangat kuat yang memencilkan jiwa, yang menahan dan menghalanginya untuk kembali ke daerah rohani yaitu tempat asalnya, dan yang tetap mengurungnya dalam daerah pikiran dan benda.
Yang kita sebut sebagai perbuatan jahat dari pikiran agaknya tidak dapat dipercaya oleh sementara orang, tetapi faktanya tetap ada, yaitu bahwa sang pencipta dalam kebijaksanaan- Nya telah menentukan agar supaya daerah ciptaan yang lebih rendah di susun dan diatur oleh kekuatan pikiran–kekuatan negatif-sebagai penentang kekuatan jiwa, yaitu lawannya.
Jadi, meskipun kita masing-masing merupakan seberkas sinar dari Tuhan yang Maha Kuasa, yaitu kasih semesta alam, namun kita dikuasai oleh pikiran selama kita berada dalam daerah ciptaan yang lebih rendah dan begitu kuatnya kuasa pikiran itu, begitu halus cara kerjanya, sehingga sedikit sekali diantara kita yang dapat mempercayai pernyataan Rusul yang begitu sering di ulang-ulang yaitu bahwa musuh terbesar yang menghalangi kemajuan rohani dan penghayatan akan persatuan kita adalah Hawa nafsu (Pikiran)kita.
Kita telah tergoda oleh keinginan. Bahkan sejak masa anak-anak kita telah tertarik dan di pengaruhi oleh keadaan lingkungan kita.
Kemudian nafsu birahi, kemarahan, ketamakan, keterikatan dan kesombongan telah merangsang naluri rendah kita, benda berwujud seperti alcohol, tembakau dan banyak zat perangsang atau pemabuk lain yang memberikan kepuasan fisik sementara kepada indra kita, menjerumuskan kita lebih jauh ke dalam dunia benda, sehingga sifat manusia kita segera berubah menjadi sifat kebinatangan.
Akibatnya, kita harus menerima tubuh binatang untuk memuaskan nafsu binatangan kita dan terus menurun lebih rendah, bila perlu bahkan sampai kepada bentuk tumbuh tumbuhan.
Manusia adalah bentuk ciptaan yang paling tinggi,. Tetapi apabila kesempatan untuk lahir dalam bentuk manusia ini tidak di manfaatkan untuk berjuang mati-matian terhadap pengaruh jahat dari pikiran agar segera dapat membebaskan diri kita sendiri dan menemukan kembali jalan yang telah hilang, yang akan membawa kita sekali lagi kepada kaki sang Pencipta, dan dengan demikian berkewajiban untuk menjalani berulang kali bentuk kehidupan yang lebih rendah.
Engkau telah memperoleh tubuh manusia yang tidak ada bandingannya, sekarang adalah kesempatan untuk bersatu kembali kepada Tuhan. Semua pejuangan yang lain tak akan berfaedah bagimu. Duduklah di kaki seorang Satguru latihan Nam dan Naiklah untuk mencapai Rumahmu yang Sejati” (Guru Nanak)
“Semua ciptaan berada dalam kesengsaraan, hanya mereka yang mempunyai hubungan dengan Firmanlah yang berbahagia” (Guru Nanak)
Hubungan Tuhan dan Jiwa
Jika tuhan itu Esa dan ia ada didalam diri kita semua dan jika kita harus mencarinya di dalam tubuh kita, maka jalan yang menuju ketempat tujuan itu, nyaitu Rumah kita, haruslah Satu.
Kita bahkan tidak dapat membayangkan bahwa bagi umat Kristen ada satu jalan yang menuju ke Rumah Tuhan dan bagi umat Hindu atau sikh atau Islam ada jalan lain yang menuju kepada-Nya.
Mungkin saja ada perbedaan di dalam cara penafsiran kita, pengertian kita, tetapi jalan yang menuju kepada-Nya tidak mungkin ada dua jika kita mencari Dia di dalam, kita akan menumukan jalan yang sam, nyaitu jalan Suara dan Cahaya.
Tetapi, jika kita mencari-Nya di luar, maka kita akan melihat bahwa semua orang mempunyai jalannya masing masing yang barangkali tidak akan sampai kemana mana.
Tetapi, pikiran sendiri takluk di bawah kekuasaan indra. Apapun yang diinginkan oleh indra, pikiran patuh kepadanya dan mengikuti iramanya. Dan perbuatan apapun yang dilakukan pikiran di bawah pengaruh indra, jiwa yang sesungguhnya murni dan tak ternoda itu harus memetik buahnya dan menderita akibatnya.
Suami berkata kepada jiwa :
Wahai jiwa, engkau merana, itu aku tau.
Engkau telah menderita sejak engkau berpisah dari
Sabda dan berteman dengan pikiran
Karena bergaul dengan pikiran yang liar,
Engkau tetap terikat kepada tubuh
Dan terperangkap oleh kenikmatan indrawi.
Para suci mengetahui benar keadaan kita yang menyedikan. Meraka tau bahwa kita hidup di alam impian. Karena itu mereka datang untuk mengungkapkan penderitaan dunia yang sebenarnya, mereka mengatakan bahwa ini semua adalah permainnan tuhan, bahwa Ia telah menciptakan segala sesuatu.
Permainan ini dipentaskan diatas panggung impian yang sama sekali tidak nyata, namun demikian, kita terjun ke dalam sandiwara ini dan karena kita melupakan asal usul kita yang sebenarnya, maka kita mengira bahwa dunia ini adalah rumah kita, dan kita saling menjerit, menangis dan tertawa.
Tetapi bila, suatu utang karma kita untuk hidup ini telah lunas, kita berpisah seperti para penyewa rumah penginapan. Kita berpisah satu dengan yang lain setelah menginap untuk waktu yang singkat dan tidak mempunyai hubungan yang kekal dengan siapapun.
Al-Hadiid (57 AYAT 20):
Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan di dunia hanyalah permainan, kelalaian, perhiasan dan kebangga-bangga antara kamu, dan berlomba banyak harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan petani-petani, kemudian (tanamannya) menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancu. Dan di aherat ada azab yang keras dan ada (pula) ampunan dari Alloh dan keridhoan-Nya. Dan tiadalah kehidupan dunia melainkan kesenangan yang menipu.
HUBUNGAN PIKIRAN DAN INDRA
Para suci mengatakan bahwa pikiran adalah perintah terbesar pada jalan pengenalan akan Tuhan. Ia bersifat mementingkan diri sendiri menyukai kesenangan dan ia licik. Ia lupa bahwa kehadirannya di dunia ini hanyalah seperti buih yang dapat pecah setiap saat, dan bahwa tubuh yang membungkusnya akirnya akan musnah.
Kecendrungannya untuk keluar dan turun telah mengikatnya kapada benda benda duniawi yang fana. Semua perbuatannya yang baik maupun yang buruk hanya mengakibatkan jiwa terus menerus mengalami kelahiran dan kematian (inkar nasi). Pikiran adalah musuh yang paling mematikan, namun ia adalah pelayan yang paling berguna. Bila ia sedang liar dan tak terkendalikan dan dibina secara benar, maka kemampuannya tak mengenal batas. Untuk melangkah menuju pembebasan, disarankan agar kita berani “mengubah pikiran, dari musuh menjadi teman”.
Agar dapat menguasa, kita harus mempelajari sifatnya. Secara gegabah dan nekad, pikiran ingin mengalami dan menikmati segala sesuatu. Tetapi, tidak ada satupun yang dapat memuaskan ketamakannya. Perolehan berupa harta dan kekuasaan akan menimbulkan keinginan yang tak ada habisnya.
Semua milik kita menjadi tuan kita dan bukannya budak kita. Semua nafsu itu lambat laun membelengu kita dengan rantai yang kuat dan mengikat kita kepada hal-hal duniawi yang rendah dan mengeraskan hati kita. Meskipun pikiran menyukai kesenangan, tidak ada satu kesenanganpun yang dapat memuaskannya untuk selama lamanya. Ia akan melepaskan yang satu setelah ia lihat atau memperoleh kesenangan lain yang lebih baik.
Karena itu, selama ia tidak menemukan sesuatu yang jauh melebihi kesenangan yang telah ia punyai, maka ia tidak dapat melepaskannya. Jika tidak, ia harus melepaskannya dahulu sebelum ia melekat kepada sesuatu yang lain, maka ia akan memberontak dan melawan, kemudian akan kembali lagi kepada kesenangan dan kenikmatan dengan kekuatan ganda. Keinginan dan idaman kita tak ada habisnya, dan kita harus datang kembali ke dunia ini untuk memenuhinya, bahkan sebelum kita meninggalkan tubuh yang satu, tubuh yang lain sudah siap menanti kita. Pada saat kita hampir bebas dari belengu yang satu, belengu yang lain yang lebih erat sudah mengikat kita.
Kita terus menerus digiring oleh malaikat’ulmaut yang tak terlihat itu. Penderitaan apa saja yang tidak kita alami, arus dan pusaran apa saja yang kita tidak hadapi, gelumbang dasyat apa saja yang tidak menerjang kita, amukan topan dan badai apa saja yang harus kita hadapi, dan setiap rantai kehidupan kita yang berikutnya adalah lebih kuat dari pada rantai yang sebelumnya. Kasadaran akan kapalsuan sandiwara ini hanya akan datang pada saat kita bangkit – pada saat kematian kita. Pada saat maut menjemput kita, segala sesuatu di dunia ini – teman dan keluarga, harta dan benda, nama dan kemasyuran, kekayaan dan kepercayaan – akan ditinggalkan.
Setelah itu barulah kita sadar bahwa waktu kita telah kita sia-siakan di dalam maya, nyaitu berusaha untuk memiliki sesuatu yang tidak dapat menganggap maya ini sebagai realitas utama. Kita terus menerus merasa sedih da tidak bahagia, karena jiwa kita yang terpisah dari ( Tuhan ) selalu rindu akan sumbernya.
Para suci selalu mengatakan bahwa didunia tidak ada kesenangan dan ke bahagiaan yang kekal. Dari pada berusaha untuk mencarinya di luar, mereka mengatakan bahwa kita harus berusaha untuk mencari ketenangan dan kebahagiaan itu di dalam diri kita sendiri. Yang akan menjadi penolong sejati kita, pemelihara sejati kita, bukanlah kecintaan akan yang pana, melainkan kecintaan akan yang kekal, karena hanya itu sajalah yang akan memberikan ketenangan yang abadi, di sini maupun di sana.
AL-An’aam ( 6 AYAT 32 )
Dan tiadalah kehidupan dunia ini selain permainan dan sendagurau belaka, dan sungguh negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa, maka apakah kamu tidak memahamminya ?.
Baitullah (Istana Tuhan)
Al-Imraan (Surat 3 ayat 96-97)
Sesungguhnya rumah (tempat ibadah)yang mula-mula didirikan untuk manusia adalah (Baitullah) yang ada di Bakkah (Mekah) yang diberkati dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.
Padanya ada tanda-tanda yang nyata (di antaranya maqam ibrahim (tempat berdiri membangun Baitullah). Dan barang siapa memasukinya, maka amanlah dia. Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia kepada Alloh, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke sana. Dan bahwasannya Alloh Maha Kaya dari semesta Alam.
Dimanakah sebenarnya Baitullah (Istana Allah itu) ??
Rasulullah bersabda :
“Semua yang tercantum dalam Kitab-kitab yang di wahyukan tertera di dalam Al- Quran, dan semua yang tertera di dalam Al-Quran ada di dilam Al-Fatihah dan semua yang tertera di dalam Al-Fatihah tedrdapat di dalam Bismillahir-Rahmanir- Rohim dan semua yang ada di dalam Bismillahir-Rahmanir-Rohim ada di dalam huruf “Ba”, yang huruf itu sendiri terkandung di dalam titik yang terdapat di bawahnya” ketahuilah bahwasannya huruf “BA” dalam kalimat Bismillah itu adalah suatu isyarat bagi nama “BA” Baitullah yaitulah Instana Allah swt.
Hadist Maulwii Muhammad Alii, mengatakan :
(Aku adalah titik huruf ba pada Bismi’laah. Aku adalah Pena (kalam) dan aku adalah Luh Mahfuz.
Aku adalah ‘Arsy (Tahta Tuhan), dan aku adalah Kursiy dan aku adalah petala- petala langit)
Tidak tahukah kamu bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu, sebab bait Allah adalah kudus dan baAllah itu adalah kamu. “Kita inilah Rumah Allah yang hidup” (Korintus 6:16)
Dan kita di anjurkan untuk mencari Kerajaan Surga yang terdapat di dalam diri kita
“Suara Tuhan berdari kubah kuil, tetapi dunia yang sedang tidur tidak mendengarnya. Hai, khalayak ramai yang masih tetap tuliterhadap panggilan-Nya, pandanglah kebahagiaan orang yang telah bangkit rohaninya, yang mendengarkan Suara Tuhan dan yang telah menggabungkan diri dengan Dia”
Maghrabi, seorang Suci Islam berkata :
“Tuhan bersemayam di dalam engkau, hai orang bodoh, dan engkau mencari-Nya di dunia luar dari satu tempat ke tempat yang lain. Apabila Tuhan ada di dalam diri kita, dan kita mencari-Nya di tempat lain, maka usaha kita akan sia-sia.
“Apapun yang ada id Alam Semesta ini ada pula di dalam tubuh, dan barangsiapa mencarinya di dalam tubuh ini niscaya ia akan menemukannya” (Pippa Sahib)
Tidak diragukan lagi bahwa makna yang sebenarnya dari kata-kata yang penting ini pada umumnya tidak di mengerti. Tubuh kita adalah sebuah rumah ajaib. Ia merupakan bentuk mini dari seluruh ciptaan. Manusia berfungsi sebagai mikrokosmos sedangkan alam semesta sebagai makrokosmos. Mereka saling berkaitan. Makrokosmos dapat dicapai dan dipelajari melalui mikrokosmos.
Bila ambang pintu Istana Tuhan telah di lalui, maka jiwa akan memasuki berbagai dunia baru yang jauh lebih menarik.
Disanalah tempat pengetahuan luhur dan harta Ilahi. Di sanalah Tuhan Yang Hidup berada beserta semua yang telah Ia ciptakan.
Merujuk kepada Hadist Qudsi :
Aku adalah harta tersembunyi dan Aku ingin diketahui, maka Aku ciptakan dunia.
Karma dan Hukum Karma
Apakah karma itu ?
Karma berasal dari bahasa sansekerta yang artinya Perbuatan atau tindakan. Sebelum alam semesta dan manusia ada tuhan mempunyai KARSA menurunkan Roh Suci, yakni SINAR / CAHAYA Tuhan.
Tetapi karsa tadi terhenti, sebab belum ada kancah dan tempatnya, sebab itulah Tuhan menciptakan alam semesta dan Manusia.
Karya atau perbuatan / tindakan Tuhan menciptakan alam semesta dan manusia di sebut KARMA. Perbuatan adalah KARMA, hidup dalam karma dan mati dalam Karma, karmalah sumber baik atau buruk, dosa atau kebaikan, laba atau rugi, ke bahagian atau kesedihan, sebenarnya karmalah penyebab kelahirannya.
Karma sesungguhnya adalah pencipta manusia. Karena itu kita harus sangat berhati-hati dengan perbuatan kita. Seluruh hidup kita berkaitan dengan perbuatan kita. Karena itu kita harus mengetahui pentingnya perbuatan dan lakukanlah segala perbuatan dengan sebaik baiknya.
Bernafaspun adalah suatu perbuatan, tanpa melakukan karma manusia tidak dapat hidup sedikitpun di dunia ini, jika perbuatanmu baik maka kelahiranmu akan baik pula. Perbuatanmulah penyebab yang pertama dan kelahiran merupakan hasil terahir.
Karma adalah nama badan itu sendiri, karena badan itu lahir sebagai akibat perbuatan yang dulakukan sebelumnya, salah satu arti karma ialah badan.. badan adalah hasil perbuatan, ia ada hubungannya dengan waktu, keadaan dan hal yang menyebabkannya.
Hukum karma dikenal sebagai hukum sebab dan akibat.
Untuk tiap aksi (sebab) akan terjadi reaksi yang berlawanan. Hal tersebut merupakan dasar dari hokum karma. Setiap tindakan dalam pikiran perkataan dan perbuatan menciptakan karma.
Jadi tidak benar kalau karma merupakan hukuman dari Tuhan. Karma adalah semata-semata suatu reaksi dari suatu tindakan yang kita lakukan kehidupan kita pada saat ini adalah hasil karma kehidupan masa lalu, dan merupakan suatu pelajaran untuk meningkatkan kesadaran jiwa kita hingga mencapai kesempurnaan.
Kita merasa bahwa kita terpisah dari tuhan dan terjerat dalam jaringan ilusi yang rapat ini itu di sebabkan oleh kenyataan bahwa pada saat jiwa turun dari Tuhan, ia memperoleh sebagi teman.
Pikiran adalah budak dari indra. Ia selalu mengejar kesenangan indra dan benda duniawi. Apa pun yang dilakukan pikiran, jiwa terpaksa menanggung akibatnya, karena jiwa dan pikiran tersimpul menjadi satu. Para resi dan sufi menyebut dunia ini sebagai “ladang perbuatan”.
Nabi Muhammad saw. Menyebutnya sebagai “medan tempat engkau menabur untuk masa yang akan datang”.
“jangan menyalahkan orang lain; perbuatan kita sendirilah yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi. Apa yang kamu perbuat itulah yang kutuai. Mengapa menyalahkan orang lain untuk itu?”.
Orang kaya dan miskin, raja dan pengemis, pria atau wanita semuanya memetik hasil karma mereka. Dimanapun tempat kelahiran seseorang, ia mengalami serangkaian kesusahan dan penderitaan kesakitan dan kesulitan, karena terpisah dari Tuhan dimana pun orang tidak menemukan ketenangan atau ketentraman.
Begitu juga anda boleh mempelajari nasib setiap mahluk hidup, maka anda akan melihat bahwa semuanya mengalami kesusahan, penderitaan dan kesulitan.
Jangankan jenis kehidupan yang lebih rendah, coba lihat begaimana menyedihkan keadaan Manusia yang merupakan “anak emas alam semesta”, “ ciptaan tertinggi”, yang diciptakan menurut peta teladan Tuhan sendiri, yang oleh para suci dianggap sebagai mahluk yang dirancang oleh Tuhan dan yang di dalam dirinya Tuhan sendiri bersemayam dan yang oleh fikir Islam dianggap sebagai ciptaan yang paling unggul.
Manusia menganggap dirinya lebih tinggi dari pada dewa dan dewi. Walaupun demikian dalam kehidupan manusia sekalipun, ketentraman hampir-hampir tidak ada.
Bagimana kita dapat menemukan ketenangan dan kepuasan di dalam dunia ini,? Para suci dan ahli fikir Islam mengatakan bahwa tak ada seorangpun yang dapat merasakan ketenangan dan kepuasan yang abadi dalam “lembah air mata” ini, dimana tidak ada satu kesenangan pun yang tidak disertai dengan kesedihan.
Yang membentuk nasib kita untuk lahir sebagai manusia adalah perpaduan antara karma yang baik dan buruk dengan mana kita dapat menyelasaikan hutang piutang perbuatan yang baik maupun yang buruk.
Itulah sebabnya mengapa di dunia ini terdapat begitu banyak pasangan yang berlawanan satu dengan yang lain : kaya dan miskin, sehat dan sakit, kehirmatan dan aib. Setiap orang mempunyai karmanya masing masing yang harus ia selesaikan di dalam dunia ini. Dunia ini belum pernah menjadi surga dan tidak akan pernah menjadi surga di kelak kemudian hari.
Tugas yang diemban oleh para Suci bukanlah untuk bembuat dunia ini menjadi surga di atas bumi, melainkan untuk memberitahu umat manusia tentang suatu cara yang bila dilaksanakan akan memungkinkan untuk mengahiri siklus hidup dan mati dan membebaskannya dari keharusan untuk datang kembali ke dunia ini.
Kristus berkata dalam alkitab;
“Jangan menyangka aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari Ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya”.
Itu berarti : aku datang bukannya untuk mengubah dunia ini menjadi tempat kesukaan dan kebahagian, melainkan untuk membebaskan umat manusia dari penjara ini. Aku datang untuk mematahkan belenggu keterikatan kapad ayah, ibu, putra, putrid teman dan hadai tolan sehingga orang dapat ditarik keluar dari siklus hidup dan mati yang berulang kali.
Selama jiwa tidak pulang kembali dan bergabung dengan sumbernya kita tidak dapat lolos dari penjara tubuh dari penjara tubuh ini penderitaan dan kesusahan dunia ini, kabir sahib berkata, “Wahai burung surga! Mari kita terbang meninggalkan negri ini menuju alam kebenaran “ “mari kita pulang kerumah kita sendirimengapa hidup di negri asing”.
Guru nanak sahib berkata, “Hanya jiwa yang telah bersatu dengan tuhan dapat mengecap kebahagian dari ikatan perkawinan abadi”.
Selajutnya “Hanya orang yang telah pulang kerumah Sejatinya, dialah yang benar benar berbahagia” jiwa seperti itu mengecap ke bahagiaan yang kekal” Maulan Rum juga berkata “Sesungguhnya, dunia ini adalah sebuah penjara yang luas dan kita semua terkurung di dalamnya : buatlah lubang pada atap penjara ini dan larilah keluar.
Semua mahluk ciptaan, hidup dalam penderiataan, hanya orang yang diperihara oleh Tuhan sajalah yang bahagia.
Perjalanan jiwa
Perjalanan rohani kita berawal dari telapak kaki sampai ujung kepala. Dalam tubuh ini, perjalanan rohani ini mempunyai dua tahap, tahap pertama adalah sampat pusat mata, dan yang ke dua dari pusat mata ke ujung kepada.
Dalam keadaan sadar, tempat ke dudukan jiwa dan pikiran yang terikat menjadi satu di dalam tubuh kita adalah pusat mata. Dari sinilah kesadaran kita menyebar ke seluruh dunia. Walaupun kita sedang memejamkan mata, kita tidak berada di sini, kita tidak pernah diam.
Selama kita tidak menarik perhatian kita ke pusat mata kita tidak dapat berkonsentrasi di dalam untuk mulai melangkah pada jalan rohani untuk pulang.
Carilah, maka kamu akan mendapatkan, ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu
Kita mencari jalan yang menuju rumah kita, dan begitu kita sudah berada pada jalan, kita akhirnya menemukan tuhan.
Kita akhirnya akan bersatu dengan dia yang telah kita cari dengan begitu susah payah.
Karena iru langkah pertamanya adalah menarik kasadaran kita ke pusat mata. Dzat tuhan bersemayam di dalam.
Pusat mata di mana kita dapat menghubungi Roh Suci atau suara tuhan juga di sebut para suci “pintu ke sepuluh” Guru berkata
Hentikan pikiran yang berkelana keluar melalui sembilan pintu dan bukalah pintu ke sepuluh yang akan membawamu ke rumah sejatimu.
Di sana irama Illahi bergema siang dan malam dan dengan mengikuti instruksi Guru Mursid engkau dapat melihatnya dan mendengarnya.
Roh itu ada ada di dalam diri kita semua, Ia selalu berkumandang dengan penuh kemuliaan. Selama kita tidak menarik diri ke pusat mata melalui Ma’rifat atau meditasi, maka kita tidak dapat berhubungan dengan Irama Illahi itu.
Tetapi begitu kita telah menghubungi-Nya, kita akan melihat bahwa aliran suara dan Cahaya itu begitu memikat, memukau dan menarik, begitu mempesona sehingga kita langsung terpikat olehnya dan secara otomatis akan melepaskan diri dari indra.
Bila kita dapat membuka mata tunggal itu, yaitu menarik kesadaran kita ke pusat mata dan membuka pintu bait Alloh didalam diri kita yang menuju ke kerajaan itu, maka kita akan melihat Cahaya Suci itu dan mendengan nada Illahi, seperti yang berikut ini :
Di mana kita melihat Cahaya yang menakjubkan itu, disana bergemalah nada
yang tak terhingga. Nada tak ditabuh itu cemerlang bagaikan matahari.
Dan dengan bantuan Cahaya dan suara itu, kita dapat menentukan arah rumah kita dan menempuh jalan yang menuju ke sana. Dengan melihat Cahaya dan mendengan Suara itu, kita dapat sungguh-sungguh bertobat atas semua dosa di masa lampau, sehingga jiwa bebas dari cengkraman pikiran.
Setelah itu, berulah jiwa menjadi murni kembali dan bersinar dengan kecemerlangannya sendiri, setelah itu barulah kita dapat pulang ketingkat tuhan dan terserap ke dalam ketenangan abadi dan lautan kesukacitaan yang tak terhingga.
Cara untak dapat menarik kesadaran ke pusat mata dan menghubungkannya cahaya, di dalam, hanya dapat diberikan oleh sorang suci / Guru Murshid.
Karena begitulah rancangan Tuhan yaitu walaupun harta itu terdapat di dalam diri kita, ia hanya dapat di peroleh dengan bantuan para Suci, seorang Guru Murshid, yang telah menempuh sendiri jalan Rohani itu.
Sang Pencipta telah menyerahkan kunci harta itu kepada para para Guru sejati, dan merekalah yang dapat mengungkapkan rahasia itu kepada kita, dan merekalah yang dapat mengungkapkan rahasiah itu kepada kita.
Hanya guru Murshidlah yang memegang kuncinya: tidak ada orang lain yang dapat membuka pintu itu.
Tanpa Guru Murshid, tidak ada yang dapat memperoleh Nam, Begitulah hokum yang telah digariskan oleh tuhan.
Jangan sampai ada yang tertipu : tanpa Guru Murshid, tidak ada yang dapat menyeberangi lautan eksistensi.
Guru Murshid
Apapun yang kita pelajari di dunia, kita telah mempelajari dari seorang guru. Seorang anak kecilpun harus belajar duduk, makan, berjalan dan berbicara melalui bimbingan ibunya.
Ia kemudian pergi ke sekolah dan belajar membaca dan menulis dari gurunya di sekolah, dan setalah itu, untuk menjadi seorang insinyur, dokter atau teknisi yang ahli, harus berlatih untuk waktu yang lama di bawah bimbingan seorang ahli dalam bidangnya.
Kerohanian adalah suatu hal yang paling sulit dan rumit, dimana seorang Guru Murshid mutlak diperlukan, kita tidak dapat mencapai apa-apa di dunia ini tanpa seorang guru atau bimbingan bagai mana kita dapat memperoleh. Penghayatan akan hakikat Tuhan tanpa seorang Guru kerohanian.?
Guru Murshid sendiri telah menjelajahi semua alam rohani dan telah menghayati tuhan, dan ia sajalah yang dapat memberitahu bagaimana kita harus menempuh jalan itu dan bagai mana kita dapat berhasil mengatasi semua rintangan dan godaan dalam perjalanan rohani. Maulana Rum berkata :
Carilah seorang Guru Murshid, karena tanpa Guru Murshid Perjalanan ini penuh dengan bahaya dan bencana. Barang siapa menempuh jalan ini tanpa seorang Guru ia akan tersesat oleh pasukan jahat dan jatuh kedalam jurang ilusi,. Jika engkau tidak berlindung kepada Guru Murshid,Wahai orang bodoh, Maka panggilan Iblis akan menyesatkanmu.
Sesungguhnya, seorang Guru Murshid berarti Guru yang hidup. Kita memerlukan seorang guru Murshid karena kita tidak setingkat dengan tuhan.
Hanya seseorang yang berada di tingkat itulah yang dapat menunjukan jalan untuk pulang ke Tuhan, dapat menempatkan kita pada jalan, dapat membingbing kita untuk pulang ke Tuhan. Kita perlu pergi ke seorang Guru Murshid karena kita tidak berada di tingkat Tuhan, dan tuhan dalam bentuknya yang asli tidak dapat datang ke tingkat kita.
Denga perkaan lain, hanya melalui seorang guru Murshid hiduplah maka kita dapat pulang ke Tuhan.
Di sinilah letak pentingnya seorang Guru Hidup Yang Sempurna, seperti kita tidak dapat menempuh perjalanan dengan sekedar membaca jadwal perjalanan, atau tidak dapat membangun rumah dengan sekedar mempelajari buku buku arsitektur, begitu pula kita tidak dapat mencicipi kesucian Illahi dengan sekedar membacanya.
Kita harus mempelajari cara untuk masuk ke dalam dari seorang Guru Sejati, melaksanakan semua intuksi-Nya dengan kasih dan kebaktian, dan bersama-sama dengan Dia menempuh jalan pulang itu.
Kita selalu terpengaruh oleh pergaulan kita. Pergaulan dengan orang orang yang baik akan memberikan pengaruh yang menguntugkan kerena kita berusaha untuk menjadi seperti mereka, namun jika kita bergaul dengan orang-orang jahat, kita akan terpengaruh oleh pikiran buruk mereka, sehingga kita ikut tersesat bersama mereka.
Kita memerlukan seorang Guru Murshid (Guru Sejati) untuk membangun suasana kebaktian di sekeliling kita, guna mendorong kita agar menempuh jalan masuk ke dalam.
Firman Menjadi Manusia Terpilih
Guru sejati kita adalah Firman, Dalil, Sabda, Nada Illahi atau nama apapun yang kita pilih untuk itu, guru sejati adalah kekuatan itu yang mewujudkan diri-Nya sebagai Manusia.
Kita memerlukan seorang manusia yang telah menyatukan diri-Nya dengan Sabda, Firman, Dalil, nyaitu Firman yang menjadi manusia.”
Dan seseorang yang dapat menghubungkan kita kapada kekuatan itu di dalam, dan itu adalah Guru murshid Hidup.
Hubungan antara GuruMurshid dan Tuhan adalah seperti gelombang dengan lautannya, gelombag gelombang muncul dari lautan dan bersatu kembali ke dalam lautan.
Melalui inisiasi (Ma’rifat). Guru Murshid menghubungkan jiwa sang siswa (murid) kapada Nada di dalam, dan menempatkannya pada jalan menuju Tuhan. Inisiasi (Ma’rifat) bukanlah suatu ritual maupun upacara, itu berarti kelahiran jiwa di dalam (Dalil)
Hari Inisiasi (Ma’rifat) kita merupakan hari kelahiran rohani kita, setelah itu melalui latihan rohani, kita tumbuh dan tumbuh untuk menjadi satu dengan tuhan (Innalilahi Wainna illaihi roji’un)
Itulah sebabnya Inisiasi (Ma’rifat) di sebut sebagai kelahiran ( di sahkannya Islam) dan selama kita tidak dilahirkan kembali, nyaitu memperoleh (Ma’rifat) dari seorang guru Hidup maka kita tidak dapat kembali kepada Alloh.
Guru Murshid tidak meninggalkan atau melupakan sang siswa setelah Inisiasi (Ma’rifat) Ia selalu menyertainya, membingbing dan menuntunnya. Dalam bentuk nurani-Nya Ia menolong sang Siswa pada setiap langkah sambil menemaninya selama perjalan Rohani.
Guru Sejati tidak saja membimbing dan menolong sang Siswa masih hidup namun akan tetap menyertainya di saat kematian dan setelah itu.
Mati Selagi Hidup
Hadist Nabi berbunyi :
Qoblal mautu anta mautu, yang artinya : matikan dirimu sebelum mati yang sesungguhnya.
Pada saat Inisiasi (Ma’rifat) Guru Murshid mengajarkan cara untuk menarik kesadaran sang siswa dari seluruh tubuh, naik ke pusat mata dimana ia dapat berhubungan dengan Nada Illahi, dan panarikan kesadaran ke pusat mata itu sebagai : mati selagi hidup”.
Bila saat kematian tiba, jiwa kita menarik diri ke atas, mulai dari telapak kaki sampai ke pusat mata. Setelah itu, barulah ia meninggalkan tubuh .
Bila jiwa sudah dapat menarik diri ke pusat mata, berulah tubuh tidak mempunyai jiwa lagi dan ia mati, melalui proses yang sama, kita harus menarik kesadaran kita ke pusat mata, selagi hidup kita harus mati selagi hidup, kita harus menghampakan tubuh dan membawa aliran jiwa ke suatu titik, nyaitu diantara dan di belakang ke dua mata. Begitulah “mati selagi hidup”.
Selama kita belum dapat menarik kesadaran kita ke pusat mata dan melekatkannya kepada Roh di dalam, maka kita tidak dapat mati selagi hidup, dan selama kita tidak dapat mati selagi hidup, maka kita tidak dapat memperoleh hidup yang kekal.
Perbedaan paling penting antara kematian biasa dan mati selagi hidup adalah bahwa hubungan jiwa dengan tubuh tidak terputus. Semua organ berfungsi dan jiwa dapat kembali ke dalam tubuh setelah meditasi (Ma’rifat) selesai.
“Alangkah bahagianya, seandainya engkau pada suatu malam dapat membawa jiwamu keluar dari tubuh, dan setelah meninggalkan tubuh ini, naik ke alam – alam luhur jika jiwamu telah meninggalkan tubuh engkau akan selamat dari pedang kematian engkau akan memasuki taman yang tidak mengenal musim gugur”.
Bila perhatian bekerja di bawah mata, kita mati terhadap tuhan, namun bila ia menarik diri dan berkumpul di pusat mata, kita akan hidup terhadap tuhan dan mati terhadap dunia.
Bila mereka melihat Cahaya itu, bila mereka mendengar Nada itu di dalam. Kita ini semua buta, tuli dan lumpuh, secara rohaniah kita ini seperti mati, bila mata rohani terbuka, kita akan sungguh sungguh melihat, mendengar, hidup dan langsung menempuh jalan pulang ke Tuhan.
Sebelum kita memperoleh penghayatan itu, kita tidak melihat Tuhan. Siapakah yang buta.
Orang yang tidak dapat melihat sesuatu yang ada di hadapannya. Kita semua tahu bahwa Tuhan bersemayam di dalam diri kita semua, Ia ada di dalam setiap partikel ciptaan, namun kita tidak melihat Dia – di dalam maupun di luar.
Itulah sebabnya para guru menyebut kita buta, bila mata rohani dan telinga rohani terbuka, kita akan melihat Cahaya dan mendengar Nada, nyaitu musik surgawi yang dapat membangkitkan orang mati. Guru berkata :
Lihatlah tampa mata, dengarlah tampa telinga, berjalanlah tampa kaki, bekerjalah tampa tangan, berbicaralah tampa lidah. Dengan demikian matilah selagi hidup dan hayatilah sabda Nabi “ Qoblal mautu anta mautu” Setelah itu, barulah Engkau akan bertemu dengan sang Kekasih.
Bila bimbingan seorang Guru, kita ahirnya mencapai tujuan akhir di alam terluhur melalui konsentrasi dengan penuh kasih dan kebaktian dan bersatu dengan tuhan. Kemudian kita akan mati untuk hidup selama - lamanya.
Semua orang Suci menekankan pentingnya untuk menarik kesadaran ke pusat mata dan masuk ke dalam. Mereka semua mengerjakan bahwa meditasi (Ma’rifat) adalah sekedar latihan untuk mati, agar dapat hidup selama-lamanya. Ajaran mereka mengungkapkan hal itu sejalas jelasnya , seperti yang dinyatakan oleh kutipan kutipan berikut ini :
Di dalam Al-Quran dikatakan, “Matilah sebelum saat kematian “
Atau perkatan Bapak ( A. Hada)
“Hari ini Kunjungilah tempat yang akan datang, Rumah setalah kematian”
Atau, dengan perkataan lain :
“Rumah yang ingin kau kunjungi setelah kematian, dapatkan itu dengan jalan mati selagi hidup Selama engkau tidak mati selagi hidup bagai mana engkau dapat memperolah manfa’at yang sejati ? karena itu matilah, tinggalkanlah tubuh.
Wahai manusia engkau telah mati berulang kali
Mengapa engkau ingkar kapada Alloh padahal dulunya kamu mati lalu Alloh menghidupkan kamu kemudian Dia mematikan kamu kemudian menghidupkan kamu kembali, lalu kepadanya kamu di kembalikan.(Al-Baqarah surat 2 Ayat 28)
Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi sesudah matinya, dan seperti demikianlah kamu akan di keluarkan. (Al-Ruum Surat 30 Ayat 19)
Alloh yang menciptakan kamu, kemudian memberi Rezeki kapada kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu. Adakah dari sesembahan kamu ada yang dapat berbuat sesuatupun dari demikian ? Maha suci Dia dan Maha Tinggi dari apa saja yang mereka sekutukan. (Al-Ruum Surat 30 Ayat 40)
Namun engkau tetap tinggal di belakang tirai Karena cara untuk mati sejati tidak kau pelajari.
Para Suci (Nabi) datang ke dunia ini dengan Rakhmat dan karunia tuhan, mereka tidak datang untuk menjadikannya tempat yang lebih baik maupun memperbaiki nasibnya, melainkan untuk membebaskan kita dari belengu kemelekatan dan memalingkan perhatian kita kepada Tuhan.
Mereka datang untuk membutakan kita terhadap dunia dan memberikan penglihatan untuk menghayati Tuhan.
Jika bukan kerunia-Nya, kita tidak mungkin akan memikirkan tentang perpisahan kita dari Tuhan, dan kita pun tidak akan rindu untuk pulang. Tampa karunia-Nya, kita tidak akan bertemu dengan Guru Murshid dan mengikuti jalan.
Dengan karunia-Nya, kita memperkembangkan kepercayaan kita kepada Guru Murshid. Dengan karunia-Nya kita berusaha untuk berlatih untuk melakukan meditasi (Ma’rifat). Karunia bimbingannya selalu menyertai kita.
Dengan karunia-Nya, kitya dapat memahami identitas Guru Murshid yang sesungguhny, nyaitu firman yang menjadi manusia. Dan dengan karunia-Nya kita dapat pulang ke tingkat Tuhan dan bersatu denganya. Kita benar-benar telah menggenapi tujuan hidup manusia ini.
Kita tidak lagi terpisah dari sumber kita dan pulang ke rumah abadi kita yang penuh dengan ketenangan dan kebahagiaan dan menjadi satu dengan Tuhakita, untuk selama-lamanya. (Innalilahi Wainna ilaihi roji’un)
HIJAB (TABIR)
Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi'lib Al-Yamani,
"Apakah Anda pernah melihat Tuhan?"
Beliau menjawab, "Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?"
"Bagaimana Anda melihat-Nya?" tanyanya kembali. Imam Ali menjawab,
"Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangannya yang kasat,
tetapi bisa dilihat oleh hati dengan hakikat keimanan ...".
Kisah diatas telah menggambarkan bahwa tidaklah mustahil seorang yang telah beriman untuk dapat ‘melihat’
Allah azza wazala, Dia Tuhan yang menciptakannya, Tuhan yang kita sembah, yang memberi kita hidup.
Lalu pertanyaannya kemudian Mungkinkah kita dapat ‘melihat’Nya ? ..., Dimanakah Allah ...?..
Hati merupakan pusat dari segala kemunafikan, kemusyrikan, dan merupakan pusat dari apa yang membuat seorang manusia menjadi manusiawi. Dan pusat ini merupakan tempat dimana mereka bertemu dengan Tuhannya. Merupakan janji Allah saat fitrah manusia menanyakan dimanakah Allah ? Lalu, Allah menyatakan diri-Nya berada "sangat dekat", sebagaimana tercantum dalam Al Qur'an :
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang "Aku" maka (jawablah) Bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila berdo'a kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka itu beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran " (QS 2:186)
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya" (QS 50:16)
Didalam ayat-ayat di atas, mengungkapkan keberadaan Allah sebagai "wujud" yang sangat dekat. Dan kita diajak untuk memahami pernyataan tersebut secara utuh. Maka dari itu jawaban atas pertanyaan "dimanakah Allah?". Al Qur'an mengungkapkan jawaban secara dimensional. Jawaban-jawaban tersebut tidak sebatas itu, akan tetapi dilihat dari perspektif seluruh sisi pandangan manusia seutuhnya. Saat pertanyaan itu terlontar "dimanakah Allah ", Allah menjawab "….Aku ini dekat ", kemudian jawaban meningkat sampai kepada "Aku lebih dekat dari urat leher kalian…atau dimana saja kalian menghadap disitu wujud wajah-Ku ….dan Aku ini maha meliputi segala sesuatu."
Keempat jawaban tersebut menunjukkan bahwa Allah tidak bisa dilihat hanya dari satu dimensi saja, akan tetapi Allah merupakan kesempurnaan wujud-Nya, seperti didalam firman Allah :
"Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keragu-raguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. ingatlah bahwa sesungguhnya Dia maha meliputi segala sesuatu. (QS 41:54)
"Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah maha luas lagi maha mengetahui" (QS 2:115)
Sangat jelas sekali bahwa Allah menyebut dirinya "Aku" berada meliputi segala sesuatu, dilanjutkan surat Al Baqarah ayat 115 ..dimana saja engkau menghadap disitu wajah-Ku berada!!! Kalau kita perhatikan jawaban Allah, begitu lugas dan tidak merahasiakan sama sekali akan wujud-Nya.
Namun demikian Allah mengingatkan kepada kita bahwa untuk memahami atas ilmu Allah ini tidak semudah yang kita kira. Karena kesederhanaan Allah ini sudah dirusak oleh anggapan bahwa Allah sangat jauh. Dan kita hanya bisa membicarakan Allah nanti di alam surga. Untuk mengembalikan dzan kita kepada pemahaman seperti yang diungkap oleh Al Qur'an tadi, kita hendaknya memperhatikan peringatan Allah, bahwa Allah tidak bisa ditasybihkan (diserupakan) dengan makhluq-Nya.
Didalam kitab tafsir Jalalain ataupun didalam tafsir fi dzilalil qur'an, membahas masalah surat Fushilat ayat 54, … Allah meliputi segala sesuatu … adalah ilmu atau kekuasaan-Nya yang meliputi segala sesuatu, bukan dzat-Nya.
Pendapat ini merupakan tafsiran ulama, untuk mencoba menghindari kemungkinan masyarakat awam mentasybihkan (menyerupakan) wujud Allah dengan apa yang terlintas didalam fikirannya ataupun perasaannya. Sehingga "Allah" sebagai wujud sejati ditafsirkan dengan sifat-sifat Nya yang meliputi segala sesuatu. Untuk itu, saya huznudzan memahami pemikiran para mufassirin sebagai pendekatan ilmu dan membatasi pemikiran para awam.
Akan tetapi kalau "Allah" ditafsirkan dengan sifat-sifat-Nya, yang meliputi segala sesuatu. Akan timbul pertanyaan, kepada apanya kita menyembah? Apakah kepada ilmunya, kepada kekuasaan-Nya atau kepada wujud-Nya? Kalau dijawab dengan kekuasan-Nya atau dengan ilmu-Nya maka akan bertentangan dengan firman Allah :
"Sesungguhnya Aku ini Allah , tidak ada tuhan kecuali "Aku", maka sembahlah "Aku" (QS 20:14)
Ayat ini menyebutkan "pribadinya" atau dzat Allah, kalimat … sembahlah "Aku". Ayat ini menunjukkan bahwa manusia diperintahkan menghadapkan wajahnya kepada wajah Dzat yang Maha Mutlak. Sekaligus menghapus pernyataan selama ini yang justru menjauhkan "pengetahuan kita " tentang dzat, kita menjadi takut kalau membicarakan dzat, padahal kita akan menuju kepada pribadi.Allah, bukan nama, bukan sifat dan bukan perbuatan Allah. Kita akan bersimpuh dihadapan sosok-Nya yang sangat dekat.
Ungkapan tentang Tuhan, juga disebut sebagai dalil pertama yang menyinggung hubungan antara dzat, sifat, dan af'al (perbuatan) Allah. Diterangkan bahwa dzat meliputi sifat … sifat menyertai nama … nama menandai af'al. Hubungan-hubungan ini bisa diumpamakan seperti madu dengan rasa manisnya, pasti tidak dapat dipisahkan. Sifat menyertai nama, ibarat matahari dengan sinarnya, pasti tidak bisa dipisahkan. Nama menandai perbuatan, seumpama cermin, orang yang bercermin dengan bayangannya, pasti segala tingkah laku yang bercermin, bayangannya pasti mengikutinya. Perbuatan menjadi wahana dzat, seperti samudra dengan ombaknya, keadaan ombak pasti mengikuti perintah samudra.
Uraian di atas menjelaskan, betapa eratnya hubungan antara dzat, sifat, asma, dan af'al Tuhan. Hubungan antara dzat, dan sifat ditamsilkan laksana hubungan antara madu dan rasa manisnya. Meskipun pengertian sifat bisa dibedakan dengan dzat..namun keduanya tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Kalimat …. Allah meliputi segala sesuatu (QS 41:54) adalah kesempurnaan ..dzat , sifat, asma, dan af'al. Sebab kalau hanya disebut sifatnya saja yang meliputi segala sesuatu, lantas ada pertanyan, "sifat" itu bergantung kepada apa atau siapa ? Jelas akan bergantung kepada pribadi (Aku) yang memiliki sifat. Kemudian kalau sifat yang meliputi segala sesuatu, kepada siapakah kita menghadap? Kepada Dzat atau sifat Allah. Kalau sifat Allah sebagai obyek ibadah kita, maka kita telah tersesat, sebab sifat, asma dan perbuatan Allah bukanlah sosok dzat yang Maha Mutlak itu sendiri.
Semua selain Allah adalah hudust (baru),.karena "adanya" sebagai akibat adanya sang Dzat. seperti adanya alam, adanya malaikat, adanya jin dan manusia. Semua ada karena adanya dzat yang maha qadim. Seperti perumpamaan madu dan manisnya, sifat manis tidak akan ada kalau madu itu tidak ada. Dan sifat manis itu bukanlah madu. Sebaliknya madu bukanlah sifat manis. Artinya sifat manis tergantung kepada adanya "madu". Apakah Dzat itu, … seperti apa? Apakah ada orang yang mampu menjabarkan keadaannya ?
Singkat kata, dualitas berkaitan dengan sifat diskursus manusia tentang Tuhan. Untuk bisa memahami Tuhan, kita harus mengerti keterbatasan-keterbatasan konsepsi kita sendiri, karena menurut perspektif ketakperbandingan tak ada yang bisa mengenal Allah kecuali Allah sendiri!!! Karena itu kita punya pengertian tentang Tuhan, "Tuhan" konsepsi saya dan "Tuhan" konsepsi hakiki, yang berada jauh diluar konsepsi saya. Tuhan yang dibicarakan berkaitan dengan "konsepsi saya". Konsepsi Dzat yang hakiki tidak bisa kita fahami, baik oleh saya maupun anda. Karena itu kita tidak bisa berbicara tentangnya secara bermakna. bagaimana kita bisa memahami tentang Dia, sedang kata-kata yang ada hanya melemparkan kita keluar dari seluruh konsepsi manusia. Seperti, Al awwalu wal akhiru (Dia yang Awal dan yang akhir), Dia yang tampak dan yang tersembunyi (Al dhahiru wal bathinu), cahaya-Nya tidak di timur dan tidak di barat (la syarkiya wa la gharbiya), tidak laki-laki dan tidak tidak perempuan, tidak serupa dengan ciptaan-Nya dst….
Kenyataan Tuhan tidak bisa dikenal dan diketahui berasal dari penegasan dasar tauhid `laa ilaha illallah atau laisa ka mistlihi syai'un' (tidak sama dengan sesuatu). Karena tuhan secara mutlak dan tak terbatas benar-benar dzat maha tinggi, sementara kosmos berikut segala isinya hanya secara relatif bersifat hakiki, maka realitas Ilahi berada jauh diluar pemahaman realitas makhluq. Dzat yang maha mutlak tidak bisa dijangkau oleh yang relatif.
Kita dan kosmos (alam) berhubungan dengan tuhan melalui sifat-sifat Ilahi yang menampakkan jejak-jejak dan tanda-tandanya dalam eksistensi kosmos. Kita tidak bisa mengenal dan mengetahui Tuhan dalam dirinya sendiri, tetapi hanya sejauh Tuhan mengungkapkan diri-Nya melalui kosmos (sifat, nama, af'al). Firman Allah:
"Dialah Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Dia mempunyai nama-nama yang yang indah "(QS 20:8)
Sifat, nama, dan af'al, secara relatif bisa dirasakan dan difahami "maknanya". Akan tetapi "Dzat", adalah realitas mutlak. Dan untuk memahami secara hakiki harus mampu memfanakan diri, ... yaitu dengan memahami bahwa keberadaan makhluq adalah tiada….
Firman Allah :
"(yang memiliki sifat-sifat yang..) Demikian itu ialah Tuhan kamu. Tidak ada Tuhan selain Dia. pencipta segala sesuatu maka sembahlah Dia, dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan. Dan Dialah yang maha halus lagi maha mengetahui" ( QS 6:102-103)
Realitas bahwa Dzat tuhan tidak bisa dibandingkan dengan sesuatu (QS 26:11) ... berlaku sampai diakhirat kelak. Walaupun Tuhan sendiri mengatakan bahwa manusia di alam surga akan melihat realitas Tuhan secara nyata atas eksistensi Allah, bukan berarti kita melihat dengan perbandingan pikiran manusia … yang dimaksud melihat secara hak disini adalah kesadaran jiwa muthmainnah yang telah lepas dari ikatan alam atau kosmos.
Atau biasa disebut "fana", keadaan ini manusia dan alam seperti keadaan sebelum diciptakan yaitu keadaan masih kosong 'awang uwung' (jawa), kecuali Allah sendiri yang ada. Tidak ada yang mengetahui keadaan ini kecuali Allah sendiri.
Keadaan awal (Al Awwalu) tidak ada yang wujud selain Allah, tidak ada ruang, tidak ada waktu, tidak ada alam apapun yang tercipta. Untuk mengetahui keadaan seperti ini marilah kita ikuti kisah nabi Musa As. Firman Allah :
"Dan tatkala Musa datang (untuk munajat) dengan Kami, pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya. Berkatalah Musa : ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku. Agar aku dapat melihat kepada Engkau. Tuhan berfirman: kamu sekali-sekali tidak sanggup melihat-Ku, tetapi melihat-lah ke bukit itu, maka jika ia tetap ditempatnya (sebagaimana sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku. Tatkala Tuhannya nampak bagi gunung itu, kejadian itu menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan, maka setelah Musa sadar kembali dia berkata. Maha Suci Engkau, dan aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman …" (QS 7:143)
Ada yang menarik dalam peristiwa "pertemuan" nabi Musa ... dan saya hubungkan dengan pembahasan mengenai keadaan "kefanaan" manusia dan alam. Yakni keadaan hancur luluh lantak keadaan gunung Thursina dan keadaan Musa jatuh pingsan!!! Setelah gunung itu hancur dan Musa-pun jatuh pingsan, tidak satupun yang terlintas realitas apapun didalam perasan Musa dan fikirannya, kecuali ia tidak tahu apa-apa. Yaitu realitas konsepsi manusia dan alam tidak ada (fana). Dalam keadaan inilah Musa melihat realita Tuhan, bahwa benar Tuhan tidak bisa dibandingkan oleh sesuatu apapun. Kemudian Musa kembali sadar memasuki realitas dirinya sebagai manusia dan alam. Musa berkata :aku orang yang pertama-tama beriman..dan percaya bahwa Allah tidak seperti konsepsi "saya".
Setelah kita mengetahui dan faham akan Dzat, sifat, dan af'al Allah, teranglah fikiran dan batin kita, sehingga secara gamblang kedudukan kita dan Allah menjadi jelas, yaitu yang hakiki dan yang bukan hakiki. Terbukalah mata kita dari ketidaktahuan akan Dzat. Ketidaktahuan inilah yang dimaksudkan dengan tertutupnya hijab, sehingga perlu disadarkan oleh kita sendiri atau seorang guru yang mursyid agar kemudian dapat meningkat kepada mengenal-Nya (ma'rifat).
Hijab atau tirai itu berkenaan dengan mereka yang terdinding / terhalang dengan Zat Yang Agung itu...Nur / Cahaya Allah. Ada sebuah hadis yang menyebutkan ;
"Allah mempunyai 70 000 hijab cahaya dan gelap; sekiranya Dia membuka hijab itu, maka Keagungan wajahNya nescaya akan menelan tiap-tiap orang yang menelannya dengan pandangannya"
(Setengah mengatakan "70 000" hijab, dan ada pula yang mengatakan "700" hijab). Imam Gozhali menerangkan bahwa angka bukanlah menunjuk pada “jumlah”, hal tersebut lebih menekankan kepada makna bahwa hijab itu “tidaklah sedikit”.
Ada tiga jenis hijab yang ada pada manusia iaitu;
Gelap sebenarnya,
Campuran gelap dengan cahaya,
Cahaya sebenarnya.
Tugas Manusia di Dunia
Untuk apakah manusia diciptakan Tuhan di dunia ini ?
Menurut Al-Qur’an Tuhan berfirman :
Adz-Dzaariyaat (51 ayat 56) :
dan tidak aku jadikan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku.
Awal ibadah ialah tafakur dan berdiam diri, selain untuk mengingat Alloh. Sebenarnya bertafakur satu jam lamanya adalah lebih baik dari pada beribadah selama satu tahun
Sebaik-baiknya Ibadah adalah bertafakur tentang Alloh dan kekuasaan-Nya. Tafakur merupakan kunci untuk membuka pintu Ma’rifat dan mempelajari Rohani yang tersembunyi.
Arti ibadah :
Ketahuilah bahwa bebas dari kesibukan lain demi tenggelamnya dalam ibadah dapat terjadi bila memiliki waktu yang luang dan hati yang masih kosong . dan ini merupakan salah satu hal amat penting dalam ibadah, yang tampa hal ini kehadiran hati tidak mungkin terjadi, dan ibadah yang dilakukan tampa kehadiran hati tidak ada nilainya.
Yang membuat hati hadir itu ada dua. Yang pertama adalah memiliki waktu yang luang dan hati yang masih belum disibukan oleh apapun. Sedangkan yang ke dua adalah membuat hati memahami penting ibadah, yang dimaksud waktu luang’ adalah kita harus menyisihkan waktu kita khusus untuk Ibadah di mana kita harus mencurahkan diri semata-mata untuk ibadah tanpa di ganggu pemikiran atau kesibukan lain.
Berikut ini kami mencoba menjelaskan pokok persoalan ini.
Orang yang saleh tentu akan memperhatikan waktu waktu ibadahnya dalam keadaan apapun. Tentu saja dia akan memperhatikan waktu-waktu shalat, yang merupakan tindakan ibadah yang penting, dan melaksanakannya, dengan sebaik-baiknya, tidak memikirkan pekerjaan lain selama waktu-waktu itu.
Dan bila beribadah, itu dilakukan dengan tak bersungguh-sungguh atau asal-asalan saja, karena menganggap ibadah sebagai menghalangi apa yang dibayangkannya sebagai tugas penting.
Namun ibadah semacam itu bukan saja tidak memiliki kecemerlangan spiritual, namun juga patut mendapat murka Alloh, dan orang seperti itu adalah orang yang meremehkan shalat dan mengabaikannya.
Aku berlindung kapada Alloh dari meremehkan Shalat dan dari tidak memberikan makna yang sepatutnya kepada shalat.
Ada caranya untuk mengabdi dan beribadah kepada tuhan yang benar, beribadah kepada tuhan dapat dibagi dalam tiga tahap :
Tahap I. BEKERJALAH UNTUKKU.
Engkau harus mengerti bahwa pekerjaan apapun yang kau lakukan di dunia ini hal itu telah terkait dengan tuhan (Alloh) karena Dia adalah penguasa tertinggi di Dunia.
Al-Insaan (76 Ayat 30 ):
“Dan tiadalah kamu berkehendak kecuali yang di kendaki Alloh. Sesungguhnya Alloh adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Tahap II. SEMATA-MATA DEMI AKU.
Apapun yang kau kerjakan tidak kau lakukan untuk kebaikan untuk dirimu sendiri. Siapakah engkau sebenarnya ?
Tuhan berkata : “Akulah yang bersinar dalam dirimu” kata Aku ini timbul dari yang Esa, dari ROH itu sendiri.
“Apapun yang kau lakukan, lakukanlah bagi kepuasan-Ku, demi Aku.
Kerjakanlah semua atas nama-KU.
Bertindaklah sebagai alat-Ku, sadarlah bahwa aemua yang kau lakukan hanyalah demi Aku. Disini kata “Milik-Ku atau “Aku” menunjukan ROH, bukan badan Jasmani.
Tahap III. BERBAKTILAH HANYA KEPADA-KU
Engkau harus mengerti petunjuk ini.
Bakti adalah pernyataan taqwa.
Emosi yang dinamakan taqwa memancar dari ROH.
Taqwa yang sebenarnya berarti bakti, adalah sebutan untuk ROH.
Prinsip taqwa yang memancar dari lubuk hati ini harus menjiwai setiap perbuatan, perkataan dan pikiran.
Hal ini akan terjadi bila engkau beranggapan bahwa segala sesuatu yang kau lakukan, katakana dan pikirkan, hanya kau perbuat untuk menyenangkan Tuhan saja.
Tidur, makan dan berbagai kegiatan dalam kehidupan sahari-hari kau lakukan karena cintakapada Aku dan Aku timbul dari ROH.
Al-An’aam (6 ayat 162)
Katakanlah, “Sesungguhnya Shalatku, ibadahku, hidup dan matiku (hanyalah) untuk Alloh, Tuhan semesta alam”.
Takwa, Tawakal dan Istiqomah
Takwa. Orang yang bertakwa kepada Alloh ialah orang-orang yang mematuhi semua perintah Alloh dan menjauhi semua larangan – larangan Alloh serta memelihara diri dari kejahatan.
Al-maa-Idah (Surat Ke 5 Ayat 35):
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah (mendekatkan diri kapada Alloh dengan ketaatan dan Amal yang diridhoi- Nya) kapada-Nya dan berjihatlah pada Jalan-Nya supaya kamu mendapat kebe runtungan.
Tawakal. seseorang bisa dikatakan bilamana ia ridho (Iklas) dengan AllohSWT sebagai pemeliharaannya. Tawakal juga bisa diartikan : Orang yang selalu bergantung kepada Alloh. Melakukan kewajiban – kewajiban seolah-olah karena ilham dan seperti di perintah olah Alloh, dan mengakui (menerima) hasilnya bagaimanapun adanya, sebagai kehendak Alloh.
1. Tawakal ialah hati selalu merasa tentram terhadap apa yang telah dijanjikan
Alloh. Dan tawakal yang seperti ini merupakan maqam bidayah, sifat bagi orang mukmin yang awam. Iman gazali memberikan contoh tawakal ini sebagai tawakalnya seseorang kepada wakil, karena ia telah meyakini bahwa wakilnya memang dapat membimbing dan mengurus urusannya. Karena keyakinan inilah yang menyebabkan ia menyerahkan urusannya kepada wakil tadi.
2.Taslim ialah merasa cukup menyerahkan urusan kepada Alloh karena Alloh telah mengetahui tentang kaadaan dirinya. Sikap seperti ini adalah merupakan maqam mutawasith, yang menjadi sifat orang yang khawas, mereka itu adalah para aulia Alloh.
Abu Ya’kub Nahjuri berkata : “Tawakal yang seperti ini menunjukan kesempurnaan mental seseorang seperti yang pernah terjadi pada diri Nabi Ibrahim di kala beliau sudah diikat dan siap dilemparkan ke api yang sudah dinyalakan dihadapannya.
Pada saat itu jibril berkata : “Wahai Ibrahim, apa yang akan kau lakukan untukmu ? “Ibrahim menjawab, Adapun kepadamu aku tidak mengharapkan apa-apa, namun aku hanya menyerahkan urusanku kepada tuhanku.
3. Tafwidh ialah orang yang telah ridho atau merasa lapang menerima ketentuan Alloh sikap yang seperti ini adalah sikap orang yang sudah sampai ke maqam nihayah, orang muwahidin dan khowasul khowas, seperti Nabi Muhammad Saw
Tawakal seperti ini laksana mayat yang berada di hadapan orang yang memandikannya, ia menyerah bulat tidak berdaya, dan tidak berkendak apa-apa.
Ath-Thalaaq (surat 65 ayat 3):
Dan Dia akan memberikan rezeki kepadanya dengan tiada terkira. Dan barang siapa bertawakal kapada Alloh, niscaya Dia mencukupkannya. Sungguh Alloh menjadikan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Istiqomah. Istiqomah ialah tetap dan kekalnya hati mengingat Alloh dengan tidak berpaling sedikit juapun kepada yang lain-Nya. Istiqomah adalah suatu tingkatan atau derajat, dengan Istiqomah itu akan tercapai kesempurnaan segala perkara, ialah kebaikan.
Maka barang siapa yang tidak tetap pendiriannya dalam mengingat Alloh, hilang lenyeplah usahanya dan sia-sialah kesungguhannya.
Istiqamah itu terdiri dari tiga tingkatan :
1. tingkan Taqwin : Artinya masih dalam tahap usaha membersihkan dan memperbaiki diri dengan memperbaiki Jiwanya.
2. Tingkat Iqomah : Artinya bagi orang yang masih dalam tahap membersihkan mentalnya.
3. Tingkat Istiqomah : Artinya bagi orang yang sudah berada dalam usaha mendekatkan dirinya kepada Alloh.
Al-Ahqaaf (surat 46 Ayat 13)
Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami ialah Alloh”, kemudian mereka Istiqomah (berketetapan Hati), maka tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula berduka cita.
Pengertian Shalat dan Mi’raj
Shalat adalah istilah yang di dalamnya para pemula menemukan keseluruhan jalan menuju Tuhan, dari awal sampai akhir, dan yang didalamnya maqam-maqam mereka ditimpakan.
Jadi, para pemula, penyucian menggantikan tobat, dan keberuntungan pada pembimbing rohani menggantikan penentuan kiblat, dan berdiri dalam Shalat menggantikan perjuangan melawan hawa nafsu (mujahadat)
Dan membaca Al’Quran menggantikan zikir, dan ruku, menggantikan kerendahan hati, bersujud menggantikan pengenalan diri, dan mengucap syahadat menggantikan keakraban, dan salam menggantikan pengunduran diri dari dunia dan bebas dari belenggu maqam.
Karena itu, ketika Rasulullah kehilangan semua perasaan gembira (musyarib) dalam kekacauan yang memuncak, beliau biasa mengatakan : “Wahai Bilal, senangkanlah kami dengan Azan”
Sebagian beranggapan bahwa shalat adalah sarana untuk memperoleh “kehadiran” bersama Tuhan, dan yang lain menganggapnya sebagai sarana untuk memperoleh “ketidakhadiran”. Sebagian orang yang telah berada dalam “ketikhadiran” menjadi “hadir” dalam shalat, sementara yang lain berada dalam “kehadiran” menjadi “tidak hadir”.
Demikian pula, di akhirat nanti dimana Tuhan terlihat, sebagian yang tidak hadir, ketika mereka melihat Tuhan, akan menjadi “hadir”, dan sebaliknya.
Aku Ali bin Utsman, menyatakan bahwa shalat adalah suatu perintah Illahi dan bukan sarana untuk memperoleh baik “kehadiran” maupun “ke tidak hadiran”, karena perintah tuhan bukanlah sarana untuk mencapai sesuatu.
Tatapi, karena ia harus dilakukan oleh semua orang, apakah “hadir” ataupun “tidak hadir “, shalat adalah berdaulat esensinya dan kemandiriannya.
Shalat harus dilakukan dengan keteguhan hati (Istiqamat) sehingga badan-badan kita terbiasa dengan Ibadah, dan orang-orang Istiqomah juga melakukan banyak shalat sebagai rasa syukur atas nikmat yang Alloh limpahkan kepada mereka.
Sehingga malalui shalat-shalat itu mereka menjadi satu, dan ketika sudah tidak dalam keadaan shalat dengan demikian mereka menjadi terpisah.
Yang pertama, orang-orang yang bersatu dalam shalat-shalat mereka, melakukan shalat wajib siang dan malam, dan juga melakukan shalat-shalat sunnah, tetapi yang ke dua, orang-orang yang terpisah, melaksanakan shalat tidak lebih dari pada yang mereka butuhkan. Rasululloh bersabda : “dalam shalat terletak kegembiraanku” karena shalat adalah sumber kebahagiaan begi orang yang Istiqomah.
Ketika Rasululloh dibawa mendekat kepada Tuhan pada malam Mi’raj, dan jiwanya terlepas dari rantai-rantai wujud, dan Ruhnya kehilangan kesadaran akan semua derajat dan maqam, dan kekuatan alamiahnya sirna, beliau mengatakan, bukan kerena kehendaknya sendiri, tapi diilhami oleh kerinduan “Wahai Tuhan, janganlah bawa aku ke dunia penderitaan sana !! Jangan campakan aku di bawah kuasa tabiat alamiah dan hawa nafsu”.
Tuhan menjawab : “Inilah keputusan-Ku bahwa engkau harus kembali ke dunia untuk menegakkan hukum Agama (syari’at) supaya Aku bisa memberimu di situ apa yang Aku telah berikan kepadamu di sini”.
Ketika kembali ke dunia ini, beliau biasa mengatakan keadaan saat beliau merasakan kerinduan kapada maqam yang tinggi itu : wahai Bilal, senangkanlah kami dengan Azan !! Maka baginya setiap kali shalat merupakan Mi’raj dan kedekatan baru kepada Tuhan (Alloh)
Dan Rasul bersabda :
“Aku mendengar jibril mengatakan bahwa Alloh berfirman : “Barang siapa menghina wali-wali-Ku, maka ia menyatakan perang kepada-Ku.
Aku tidak ragu-ragu dalam apapun, namun Aku segan mencabut jiwa hamba-Ku yang beriman yang membenci kematian dan yang kepadanya Aku tidak suka menyiksa, tetapi ia tidak bisa terlepas darinya. Dan tidak ada cara bagi hamba-Ku dalam mencari ridho-Ku yang lebih menyenangkan bagi-Ku dari pada pelaksanaan kewajiban-kewajiban yang aku letakan padanya.
Dan hamba-hamba-Ku yang terus menerus mencari ridho-Ku dengan amal-amal sunnah hingga Aku mencintainya, dan bila mana Aku mencintainya, Aku menjadi pendengarannya, penglihatannya, tangannya, dan penolongnya.
Dan Rasul juga bersabda :
“Tuhan suka menjumpai orang-orang yang suka menjumpai-Nya, dan tidak suka menjumpai orang-orang yang tidak suka menjumpai-Nya”, dan lagi “Apabila Tuhan mencintai seseorang, Dia mengatakan kepada Jibril “Wahai Jibril, Aku mencintai si fulan, maka begitu pula engkau hendaknya.
Kemudian Jibril mencintainya dan mengatakan kepada para penghuni langit, Tuhan mencintai si fulan, dan mereka juga mencintainya. Kemudian Dia melimpahkan kepadanya ridho-Nya di bumi, sebagai dia dicintai, begitu pun hal itu terjadi pada benci”.
Dapatkah kita menyaksikan/menemui Alloh ?
Banyak pendapat di kalangan umat beragama mengatakan bahwa menusia tidak akan bertemu / menyaksikan tuhan terkecuali Nabi. Kata menyaksikan pasti ada hubungannya dengan pandangan mata.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa ada dua macam pandangan mata, nyaitu mata lahiriah dan bathiniah.
Mata lahiriah dari alam indrawi dan alam kasat mata dan mata bathiniah dari alam lain, nyaitu alam malaikat atau alam malakul.
Mamang manusia tak akan mampu melihat-Nya dengan mata lahiriah. Kalaupun seandainya Alloh menampakan dirinya, pasti kita tak akan kuat manatap wujudnya dengan indra mata kita. Dan akal kita tak akan mampu menjangkau pamahaman tentang Alloh, kecuali melalui Ma’rifat atau tingkat keyakinan yang tinggi.
Di karenakan Tuhan itu tersembunyi, maka inilah yang menyebabkan tak terjangkaunya Dia oleh pemahaman.
Akan tetapi bagi orang yang kuat dan tajam mata batinnya, penuh ketekunan, maka hal itu bagi mereka dalam keadaan bagaimanapun, di manapun berada yang di lihat hanya Alloh, mereka dapat melihat wajud-Nya dengan mata batinnya yang tajam dan kuat itu.
Sedangkan ciptaan-Nya yang ada di alam semesta ini hanyalah kodrat-Nya saja, sesuatu yang ia lihat, disebut orang yang bertauhid dalam arti yang sebenarnya, bahkan dirinya tidak di pandang sebagai makluk yang berdiri sendiri melainkan dirinya adalah merupakan sesuatu kesatuan dengan semesta alam.
Untuk memperkuat pemahaman tersebut di atas dalam rangka mencari kebenaran maka sebaiknya perhatikanlah bunyi ayat-ayat sebagai berikut:
Al-Ankabut (29 ayat 5) :
Barang siapa yang mengharapkan untuk menemui Alloh, maka janji Alloh akan datang, Dia maha mendengar dan Maha Mengetahui.
Apabila kita menyimak ayat tersebut di atas dengan akal yang sehat, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kita dapat bertemu dan menyaksikan Tuhan apabila Tuhan mengizinkan dan menghendaki-Nya. Demikian pula perhatyikan bunyi Kalimat Syahadat sebagai berikut :
“Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Alloh”.
Dari kalimat tersebut dapat di tegaskan bahwa kita dapat menyaksikan Tuhan, bila dikehendaki-Nya dan atas seizing-Nya. Dan shalat kita benar benar seperti apa yang di ucapkan oleh mulut kita.
Bagaimana cara untuk bertemu dan menyaksikan Tuhan ? sebagai suatu contoh yang nyata dapat kita pelajari pengalaman Nabi Muhammad Saw. Waktu beliau mengadakan Isro Mi’raaj, untuk menemui Alloh. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa Tuhan adalah Maha Roh dan untuk menyembah Alloh haruslah dengan Roh kita.
Dengan perkataan lain apabila kita menghadap Alloh haruslah dengan badan rohani kita dan tidak dengan badan jasmani kita. Seperti di kemukakan di depan bahwa enkau bahkan harus mati selagi hidup (mati sajroning urip) dan sesudah itu barulah engkau dapat bertemu dengan Dia. Maka untuk menemui Alloh kita harus mematikan bada jasmani dan kita menumuinya dengan Roh (badan Rohaniah) kita.
Pada dasarnya seorang Ahli Ma’rifat tidak bersedia menjelaskan cara berma’rifat kepada umum secara terbuka, kecuali orang-orang yang benar-benar ingin menemui Alloh dengan cara pembuktian, setelah memenuhi beberapa pers yaratan.
Untuk memperoleh penjelasan yang lebih terperinci para pembaca kami persilahkan untuk menanyakan kapada seorang ahli Ma’rifat.
Perjalanan Miraaj untuk menumui Tuhan adalah suatu pengalaman ghaib serta rahasia serta laku laku dengan tanpa melakukan hal-hal yang sukar dan pula tidak menimbulkan dampak negatif terhadap jasmani dan mental. Apabila Tuhan menghendaki dan mengizinkan-Nya maka secara amat ajaib Tuhan menampakan cahaya-Nya (Nur).
Untuk melaksanakan Ma’rifat bagi seseorang yang belum pernah melaksanakannya, haruslah di bimbing oleh seorang Guru Murshid yang telah kenal dan tahu kepada Tuhannya. Seperti firman Alloh sebagai berikut :
Al-Israa (17 ayat 1) :
“Maha Suci Alloh yang memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aghso (Maitul Magdis) yang kami berkahi sekelilingnya agar kami memperlihatkan sebagian tanda tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
Al-Naml (27 ayat 40) :
“Dia berkata : Saya bisa membawamu kapada-Nya dalam sekejap mata” Dan tatkala ia melihat singasana berada pada dirinya, ia berkata “Inilah karunia Tuhanku, supaya Dia mencobaku, apa aku berterimakasih, maka ia berterimasih pada Rohnya sendiri, dan siapa yang tidak berterimakasih maka sesungguhnya bagi dirinya Alloh adalah berkecukupan lagi terhormat”.
Al-Israa (17 ayat 72) :
“Dan barang siapa yang di dunia ini buta maka di Akhirat pun lebih buta dan sesat jalan”.
Apabila seseorang bermaksud hendak berma’rifat, maka terlebih dahulu yang bersangkutan harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut. :
1. Harus memiliki niat dan tekad serta keyakinan ingin bertemu dengan Alloh. 2. Harus memiliki kemerdekaan berfikir dengan menggunakan akal dan ratio, untuk menemui Alloh. 3. Harus memiliki kemerdekaan kemauan / kehendak, yaitu kemauan untuk menemui Alloh itu benar-benar kemauan / kehendak dari hati sanubarinya, bukan karena terpaksa, ikut-ikutan atau sekedar ingin tahu saja. 4. Menggunakan Ayat-ayat kitab Suci sebagai referensi untuk dapat menemui Alloh. 5. Mencari dan mendapatkan seorang Guru Murshid yang benar-benar sudah Ma’rifat, nyaitu yang sudah tahu dan kenal kepada Tuhannya sesuai dengan bunyi ayat-ayat sebagai berikut :
Al-Ankabut (29 ayat 5,23) :
Barang siapa yang mengharap / bertekad ingin menemui Alloh oleh Alloh pada saat yang tertentu pasti akan tiba, dan Dia adalah Maha mendengar lagi Mengetahui.
Dan orang-orang yang kafir kepada pekabaran (kabar) Alloh dan menolak serta tidak percaya untuk menemui Tuhannya, mereka itu berputus harapan dari rakhmat-Ku, dan untuk mereka siksaan yang amat pedih.
Al-Mujjaadilah (58 ayat 12-13) :
Hai orang-orang yang beriman apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah sebelum pembicaraan itu, yang demikian itu adalah lebih baik bagimu dan lebih bersih, jika kamu tiada sanggup maka sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Apakah kamu takut (miskin) karena bersedekah sebelum pertemuan itu. Maka jika kamu tidak memperbuatnya dan Alloh telah memberi taubat kapada kamu, maka dirikanlah shalat, tunaikan Zakat, dan taatlah kapada Alloh dan Rasul-Nya. Dan Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
Perlukah Manusia Menumui Alloh (Ma’rifat)
Banyak orang berpendapat bahwa untuk beriman kapada Alloh kita cukup percaya dan yakin terhadap keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Di samping itu bagi umat islam cukupcukup malaksakan Rukun Islam dan Rukun Iman dengan sempurna, maka manusia telah marasa puas dan telah cukup beriman terhadap Alloh Swt, tanpa berusaha untuk menemui dan mengenal Alloh.
Benarkah demikian ?
Untuk mengkaji kebenaran pendapat tersebut di atas, kami persilahkan para pembaca memahami dan meneliti serta mencari jawabannya dengan mampelajari bunyi ayat-ayat kitab Suci sebagai berikut :
Al-Kahfi (18 ayat 103-104-105 ) :
“Katakanlah : Apakah akan kami berituhukan kapadamu tentang orang-orang amat rugi perbuatannya ?”
“Yaitu orang-orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia sedang mereka mengira bahwa mereka mengerjakan pekerjaan yang baik”.
“Meraka itu ialah orang-orang yang kufur (ingkar) terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur) terhadap perjumpaan denga-Nya. Maka hapuslah amalan- amalan mereka. Dan kami tidak adakan timbangan bagi mereka pada hatri kiamat.
Yunus (10 ayat 7 dan 8) :
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tentram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat kami”.
“Meraka itulah tempatnya neraka, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat”.
Adapun manfaatnya atau keuntungannya bagi orang-orang yang yang sudah Ma’rifat (tahu dan kenal Tuhannya) serta taqwa dan taat kepada Alloh itu semuanya dapat dipelajari dari Ayat-ayat berikut :
Al-Maidah (5 ayat 3) :
“Pada hari ini telah kesempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Aku ridhoi ISLAM sebagai Agama bagi kamu”.
Al-Waaqiah (56 ayat 88-89) :
“Maka adapun jika dia termasuk orang dekat (dengan Alloh). Maka dia mendapat kalapangan , Rezeki dan kenikmatan”.
An-Nahl (16 ayat 97) :
“Barang siapa yang berbuat kebaikan dari laki-laki atau perempuan dan dia mukmin, niscaya kami menghidupkannya dengan kehidupan yang baik, dan kami memberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”.
Ash-Shaafaat (37 ayat 148) :
“Maka mereka beriman, lalu kami beri nikmat sampai suatu masa”.
Yaa-Siin (36 ayat 25-27) :
“Sesungguhnya aku telah beriman kapada Tuhan, maka dengarkanlah kesaksianku”.
“Dikatakannya : Masuklah ke dalam surga, dia berkata “ Wahai sekiranya kaumku mengetahui “
“Apa yang menyebabkan Tuhanku mengampuniku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimulyakan.
Al-fath (48 ayat 1-2) :
“Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.
“Supaya Alloh memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta meyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan pemimpin kamu kepada jalan yang lurus.
Menyatu dengan Alloh
Dunia telah mengalami kamajuan segala hal, tetapi di bidang kerohanian, manusia tetap bodoh. Mereka menjelajahi sungai, gunung dan lautan, tetapi dirinya tidak. Apakah gunanya ilmu pengetahuan bila menusia tidak mengenal dirinya. ?
“Tujuan dari semua ilmu pengetahuan adalah satu dan hanya sat. Engkau harus tahu siapa dirimu pada hari pengadilan Engkau boleh mengetahui segala sesuatu, tetapi bila engkau tidak mengenal dirimu sendiri, engkau bodoh”.
Manusia itu bodoh karena ia tidak mengenal dirinya sendiri. Manusia boleh menguasai segala sesuatu yang ada di dunia, tetapi bila ia tidak tahu menahu tentang jiwanya, maka seluruh hidupnya sia-sia belaka.
Tujuan hidup manusia adalah untuk bersatu dengan Tuhan dengan jalan mengingat Tuhan, merasa bahagia dengan keadaan itu dan mengasihi Dia beserta ciptaan-Nya.
Tetapi, dengan memalingkan mukanya dari Tuhan, manusia menjadi hampa-kasih dan menjadi musuh sesamanya.
Manusia yang sayoganya menjadi pecinta atau bakti Tuhan kemudian menjadi pengayom dari kepercayaan palsu dan bersifat keduniawian. Bahkan keduniawian berarti memalingkan diri dari Tuhan dan mencintai serta mendengarkan yang lain ?
“ketahuilah apa artinya keduniawian” yaitu memutuskan hubungan dengan Tuhan, memikirkan tentang segala sesuatu kecuali kasih akan Dia dan mendengarkan akan hal- hal lain kecuali pujian bagi Dia”
semua agama mengkhotbahkan kebenaran etika dan kerohanian yang sama untuk umat manusia. Ajaran pokoknya adalah bahwa manusia harus berkelakuan baik, percaya kepada Tuhan dan berhubungan denga Dia.
Tetapi mereka tidak memberi tahu bagaimana para guru Agama itu telah mencapai puncak kerohanian dan bagaimana kita dapat mencapainya, Mereka menekankan pentingnya untuk mancapai kitab-kitab suci, tetapi mereka tidak menerangkan bagaimana kita juga dapat mengalami semua hal yang diuraikan dalam kitab suci itu serta mereka tidak membawa kita ke kapal itu.
Dalam dunia seperti itu, para suci menunjukan Rahasianya dan memberitahukan jalan yang mudah untuk mencapai kenyataan yang terdapat dalam diri setiap umat manusia.
Mereka mengatakan, jalan itu telah diciptakan oleh Tuhan dan telah ada sejak permulaan ciptaan. Itu bukan buatan manusia
Para suci mengatakan bahwa Tuhan memang ada dan bahwa semua agama berusaha untuk menyatukan diri dengan Dia. Jalan penyatuan diri dengan Tuhan itu di sebut Agama “Religion” (Agama) berasal dari kata `religare` yang berarti ‘menyatukan’ atau ‘mengikat’. Tujuannya yang sejati sudah terkandung dalam makna kata itu sendiri.
Tuhan merupakan lautan kehampaan yang tak terbatas, tak terhingga dan maha tembus. Selama pikiran kita tidak sama sekali diam, jiwa tidak dapat menghayati kesunyian yang memancarkan Suara sunyi atau sabda. Dan dengan menghubungi sabda itu, jiwa kita akan menyatu dengan kesunyian itu. Begitulah rahasiah kesunyian.
Namun demikian akal budi tidak dapat memahami hal-hal yang kekal abadi. Itu hanya dapat di pahami oleh jiwa dan hanya dapat dilihat dengan cara masuk ke dalam. Kita tidak dapat membayangkan Tuhan, kerena Ia berada di luar jangkauan pikiran dan akal budi..
Bagaimanakah kita dapat menyatu dengan Tuhan (Alloh) ? Tuhan yang tidak terbatas, yang melampaui semua ini, yang terbesar dari segala yang besar, mengambil wujud yang terkecil diantara segala yang terkecil, dan menempatkan dirinya dalam hati manusia. Kebenaran ini menakjubkan karena Tuhan yang Maha Besar tak terhingga dan Maha Kuasa, membiarkan Dirinya terkurung dalam hati manusia.
Jika kekuasaanmu sebagai manusia disatukan dengan kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas, engkau jadi maha besar dan maha kuasa, engkau menunggal dengan Tuhan.
Proses yang menyatukan Tuhan dengan dirimu di sebut Bakti, jalan pengabdian .
Bila engkau dekat dengan Tuhan dan bila engkau disayang Tuhan , engkau akan memperoleh kasih-Nya, dan segera semua sifat burukmu akan lenyap dan diganti dengan sikap sifat-sifat yang baik yang merupakan
Kembangkanlah kasihmu sehingga engkau selalu makin dekat dengan Tuhan dan makin di cintai Tuhan.
Cara termudah untuk mendekatkan diri pada Tuhan ialah dengan mengingat Dia pada waktu melihat, mengatakan, dan malakukan apapun saja.
Hanya melalui pengabdian sepenuh hati, engkau dapat memahami Aku, engkau dapat melihat Aku yang sesungguhnya, dan engkau dapat masuk ke dalam Aku serta manunggal dengan Aku (Tuhan).
Menurut Al-Quran : dan kami (Alloh) lebih dekat kepadanya dari pada Urat leher nya : Q.S Qaat (50 ayat 16)
Dan dialah (Alloh) bersama kamu di mana saja kamu berada. (Q.S Al-Hadiid (57 ayat 4)
barang siapa yang menharapkan untuk menemui Alloh, maka janji Alloh akan datang, Dia Maha mendengar dan Maha Mengetahui. Al-Ankabut (29 ayat 5)
hai manusia, sesungguhnya kamu harus mengusahakan diri dengan ketekunan yang setekun- tekunya sehingga sampai kepada Tuhanmu lalu kamu menemui-Nya. (Q.S Al-Insyiqaaq (84 ayat 6).
Mencintai dan Dicintai Alloh.
Pelajaran bagi kita bahwa setelah kita berhasil menemui dan menyaksikan Alloah, maka langkah kita selanjutnya ialah kita harus mencintai dan dicintai Alloh.
Mencintai Alloh saja tidaklah cukup, kita juga yakin bahwa kita dicintai oleh tuhan agar tidak bertepuk sebelah tangan. Bila engkau dekat dengan tuhan dan bila engkau di sayang oleh tuhan, engkau akan memperoleh kasih-Nya dan segera sifat burukmu akan lenyap dan di ganti dengan sikap sifat-sifat yang baik yang merupakan …….. illahi.
Kembangkanlah kasihmu sehingga engkau selalu makin dekat dengan Tuhan dan makin di cintai tuhan. Cara termudah untuk mendekatkan diri pada tuhan ialah dengan mengingat Dia pada waktu melihat mengatakan, dan melakukan apapun saja.
Engkau harus dapat mengendalikan perasaanmu. Jangan merasa terlalu senang apabila sedang dalam keadaan suka atau mendapatkan pujian ataupun mendapatkan keuntungan. Demikian pula apabila sedang dalam keadaan duka atau dicela, dicaci maki di rendahkan orang janganlah terlalu bersedih.
Engkau akan menjadi abdi tuhan, penuh dengan kasih serta bakti, jika engkau menyerahkan dirimu sepenuhnya dan siap malaksanakan setiap perintah tuhan.
Hanya apabila engkau mengamalkannya dalam kehidupanmu sehari-hari dan benar-benar mengerti maknanya, segala keresahanmu akan hilang dan kesedihanmu akan lenyap.
Alloh mengatakan bahwa “Orang yang berbakti dengan mantap dan tidak tergoyahkan kepada-Ku dialah yang amat Kucintai.
Di samping itu engkau dapat pula meraih kehormatan, kedudukan dan kewibawaan.tetapi tuhan mengatakan bahwa semuanya itu hanya bersifat sementara, nilainya tidak kekal.
Satu-satunya hal yang permanent dan mempunyai nilai sejati yang dapat kau peroleh di dunia ini hanyalah kasih Tuhan.
Sekarang engkau membayangkan bahwa engkau mencintai Tuhan, tetapi sekedar memiliki pikiran macam ini tidak akan memberikan hasil yang berguna bagimu.
Yang terpenting ialah engkau harus mengatakan apakah Tuhan mencintaimu ? Walaupun mencintai Tuhan, namun jika Tuhan tidak mencintaimu, pengabdianmu tidak akan berarti dan tidak ada gunanya. Jadi apakah yang harus kita lakukan untuk mandapatkan cinta kasih Tuhan ? Jawabnya engkau harus selalu : menyatu dengan Tuhan.
Jika engkau ingi di cintai dan mengabdi Tuhan, engkau harus mengembangkan kadamaian bathin dan keteguhan hati, engkau harus selalu merasa puas. Engkau tidak boleh memberi kesempatan pada rasa susah atau khawatir, dan membiarkan rasa sakit masuk mengganggu ketentraman batinmu.
Pengabdian Tuhan yang sejati tidak mengenal sifat buruk seperti : kebencian , iri hati, amarah dan ketagihan. Engkau jangan hanya mencintai Tuhan, tetapi juga semua makluk lain. Dan memperlakukan setiap orang sebagai bagian dari Tuhan. Sebab itu janganlah membenci sesama makhluk. Tapi ingat jangan lah memberikan suatu nasihat akan tetapi nasehat itu akan menjadikan orang itu sakit hati.
Adapun orang-orang yang di cintai dan di kasihi Alloh, menurut
Al-Qur’an adalah sebagai berikut :
1. Orang sabar Ali-Imron (3 ayat 146) Alloh benar-benar mengasihi Orang- orang yang sabar.
2. Orang yang bersatu padu berperang di jalan Alloh (As-Shaf (61 ayat 4)
3. Orang Adil Al-Hujurat (49 ayat 9)
4. Orang yang berbuat baik Al-Baqarah (2 ayat 195)
5. Orang yang bertawakal Al-Imran ( 3 ayat 159)
6. Orang yang takwa Al-Imran (3 ayat 76)
Di dalam Hadist :
1. Orang yang teliti dan tekun.
2. Orang Yang selalu memberi bantuan kapada orang yang kemalangan.
3. Orang yang lemah lembut.
4. Peramah.
5. Baik Akhlaknya, Beramah tamah dan di ramahi orang.
6. orang ta’at kepada-Nya.
7. Orang yang rendah Hati.
8. Orang yang mensyukuri nikmat.
9. Orang penyantun.
10. Orang yang mengutamakan hal-hal penting .
11. Orang yang mencintai Anaknya.
12. Orang yang kuat Imannya.
13. Orang yang Pema’af.
14. dan lain-lain yang bersifat kebaikan.
Orang yang paling di benci Alloh :
Orang yang besar Cakap (yang suka ngobrol yang di dalam obrolannya banyak mengupat dan mencerca orang lain ) yang suka pongah dan sombong) “itu biasanya tanpa sadar.
Ujian Alloh
Alloh berfirman kapada Malaikat-Nya “Pergilah kepada Hamba-Ku. Lalu timpakanlah bermacam-macam ujian kepadanya karena Aku mau mendengar suaranya.
Hidup ini penuh dengan ujian dan cobaan. Segala sesuatu apabila tidak diuji dan dicoba, tidak nampak ke asliannya, sehingga orang tidak tau mana emas murni, dan mana loyang. Demikian pula pada manusia dan khususnya terhadap orang yang mengaku dirinya beriman, sudah tentu harus melalui ujian dan cobaan.
Firman Alloh dalam
Al-Ankabut : (29 ayat 2-3):
Apakah menusia mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan : “kami telah beriman” sedang mereka tidak diuji lagi ?
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka dan benar- benar Alloh mangetahui orang-orang yang benar dan mengetahui pula orang- orang yang dusta.
Al-Kahfi (18 ayat 7-8):
Dan sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi itu sebagai perhiasan, agar kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik amal perbuatannya.
Dan sesungguhnya kami akan menjadikan (pula) apa yang ada di atasnya menjadi tanah rata dan tandus
Ujian dan cobaan itu tidak hanya berupa kesusahan, kesulitan dan kesakitan saja, tetapi dapat juga berbentuk kesenangan, kesukaran dan kedukaan, sebagaimana Firman Alloh :
Al-Anbiya (21 ayat 35):
Dan kami akan uji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan dan kepada kamilah kalian kembali.
Ujian Alloh dengan nikmat harta kekayaan dan berbagai kesenangan, pada hakikatnya lebih berat dari pada ujian dengan bencana, siksaan dan lain-lain. Hal ini di peringatkan oleh Alloh Swt: dengan firman-Nya :
Al-Alaq (96 ayat 6-8):
Ketahuilah ! Sesungguhnya manusia benar-benar malampui batas di kala menganggap dirinya serba cukup. Sesungguhnya hanya kepada Rab-mulah kembali.
Rasululloh SAW pernah berkata :
Demi Alloh, bukanlah kakafiran atau kemiskinan yang aku kuatirkan atas kalian, akan tetapi justru aku kuatir (kalau-kalau) kemewahan dunia yang kalian dapatkan sebagaimana telah di berikan kapada orang-orang sebelum kalian, lalu kalian bergelimang dalam kemewahan itu sehingga binasa, sebagaimana mereka bergelimang dan binasa pula.
Di atas telah telah kita terangkan bahwa ujian yang terberat ialah nikmat kesenangan, sedang yang teringan ialah ujian pada tubuh, seperti terkena penyakit atau kecalakaan, ujian pada tubuh ini dimaksudkan untuk menguji kesabarannya, kerelaannya dalam menerima Qodlo dan Qodar Alloh.
Kalau ternyata ia sabar, ditetapkanNyalah pahala atau dihapus-kan sebagian dari dosa atau diangkat derajatnya, hingga ujian itu menjadi satu nikmat baginya. Sebagaimana Hadist Rasullulloh saw. :
Tidak ada seorang Muslimpun yang ditimpa gangguan semacam tusukan duri atau lebih berat dari padanya melainkan dengan ujian itu dihapuskan Alloh perbuatan buruknya serta di gugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.
Ujian yang tiada henti-hentinya menimpa kaum mukminin pria atau wanita, yang mengenai dirinya, penyakitnya, hartanya, anaknya, tetapi ia tetap bersabar, ia akan menemui Alloh dalam keadaan tiada berdosa. Tidak ada musibah yang menimpa seperti keletihan, kelesuan, sakit, duka, susah atau gangguan sekedar tusukan duri sekalipun, melainkan dihapuskan Alloh sebagian dari dosanya.
Berkenaan dengan ujian Ujian yang terbesar kepada umat Nabi Muhammad saw. Berupa harta benda dan kekayaan :
Hadist Nabi :
Sesungguhnya setiap umat ada ujian dan ujian bagi umatku ialah umatku ialah harta kekayaan.
Wahai anak Adam ! padamu telah ada kecukupan, namun engkau masih saja mencar-cari apayang nantinya akan menjadikan engkau melampui batas.
Wahai anak Adam ! apabila pagi-pagi jasadmu telah diberi sehat dan afiat, merasa aman dalam lingkungannya dan memiliki makanan untuk hari ini, tak perlu kau perdulikan lagi apa yang terjadi terhadap dunia.
Adapun ujian yang menyebabkan menusia mudah tergelincir ialah mengenai Aqidah dan Agama. Banyak orang yang mengaku Muslim, beriman, termasuk Alim Ulama setelah di uji Iman dan Agamanya oleh Alloh Swt. Dengan berbagai cobaan, ternyata lemah dan terjurumas ke dalam lembah syahwat keinginannya, sehingga menjadi sesat.
“dan diantara menusia ada yang berkata : kami beriman kepada Alloh Swt. Tetapi tetapi apabila mendapat gangguan dan rintangan dalam melaksakan perintah Alloh, dia menganggap gangguan (fitnah) itu seakan akan siksaan dari Alloh. Dan jika datang pertolongan dari Alloh mereka pasti akan berkata “ Sesungguhnya kami beserta kalian (kaum mukmin)” buklankah Alloh lebih mengetahui apa yang ada dalam dada manusia, dan sesungguhnya Alloh mengetahui orang-orang yang munafik.
Pengertian Islam
Islam berasal dari kata “asalama” (menyerah) dan kata “salima” (selamat). Islam berarti tunduk kapada Alloh SWT dan berserah diri serta menyerahkan segala urusan kapada-Nya, yakni menegakan hubungan antara manusia denganTuhan-Nya atas dasar prinsip “taat dan patuh.:
Luqman (31 ayat 22):
Dan barang siapa yang berserah diri kapada Alloh, dan ia berbuat baik, sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang kukuh (Agama Alloh). Dan hanya kepada Alloh sajalah kesudahan segala sesuatu.
Definisi dari kata Islam sebagai berikut :
“Menyerahkan diri kepada Alloh secara mutlak (tauhid) untuk mencapai
keselamatan dunia dan akhirat.
Adalah wajar sekali jika menusia mengenal Tuhan yang Maha Besar itu, merasa terikat oleh perintah dan larangan-Nya dan hidup menurut pengarahan dan hidayah-Nya. Itulah makna Islam, nyaitu makna yang telah di tetapkan oleh para Nabi dan Rusul.
Adalah keliru, orang yang mengira bahwa “Islam” itu nama khusus bagi agama yang dibawa Muhammad Rasululloh SAW liama belas abad yang silam “Islam” adalah nama semua risalah Illahi yang memberikan tuntunan kepada umat menusia sejak awal penciptaannya. Hingga zaman sekarang.
Namun nama “Islam” digunakan oleh Al-Qur’an Al-Karim untuk menyebut semua Risalah Illahi yang di bawa oleh para Nabi dan Rasul tanpa pengecualian.
Nabi Ibrahim beserta putranya Ismail yaitu gelar kehormatan Nabi Yaqub As, adalah para Nabi yang mendakwahkan Islam kepada umatnya..
Hingga akhir hidupnya beliau tetap berpegang pada Islam. Bahkan mewasiatkannya kepada putra-putranya.
Al-Baqarah (2 ayat 124):
Alloh berfirman “Sesungguhnya Aku akan menjadukan engkau pemimpin bagi manusia” Ibrahim berkata (berdoa) “Dan beri keturunanku (juga) Alloh berfiman “Janjiku (ini) tidak diperoleh orang-orang yang zalim.
Al-Baqarah (2 ayat 128):
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang-orang muslim kepada-Mu dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang mulimin kepada-Mu, dan tunjukanlah kepada kami cara-cara ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Al-Baqarah (2 ayat 131):
(Ingatlah) ketika Tuhannya berfirman kapadanya “Islamlah” Ibrahim menjawab, “Saya telah Islam kepada Tuhan semesta alam”
Al -Baqorah (2 ayat 130):
Dan tidak ada orang yang benci kepada Agama Ibrahim melainkan orang yang memperbodoh dirinya, dan sungguh kami telah memilihnya didunia dan sesungguhnya dia di akherat termasuk orang-orang yang saleh.
Al –Baqarah (2ayat 132):
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ke Islaman itu kapada anaknya, dan demikian pula Yaqup. (Ibrahim berkata ) hai anak-anakku, sesungguhnya Alloh telah memilih agama Islam untuk kamu, maka janganlah kamu mati malainkan dalam keadaan muslim.
Al- Baqarah (2 ayat 133):
Adakah kalian hadir ketika Yaqup menjelang ajalnya, yaitu ketika ia bertanya kepada anak-anaknya “Apakah yang hendak kalian sembah sepeninggalku” ?. mereka menjawab “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan para sesepuhmu, Ibrahim, Ismail dan Isaq, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan kami berserah diri (muslimin) kepada-Nya.
Al-Baqarah (2 ayat 136):
Katakanlah “kami beriman kapada Alloh dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kapada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqup dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kapada Musa dan isa, dan kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka, dan kami hanya berserah diri kepada-Nya”
Ali Imraan (3 ayat 67):
Tiadalah Ibrahim itu orang Yahudi dan tidak (pula) orang Nasrani, tetapi dia seorang yang lurus lagi muslim, dan dia tidak termasuk orang-orang musrik.
An-Nahl (16 ayat 123):
Kumudian kami wahyukan kepadanya agar mengikuti agama Ibrahim yang lurus, dan dia tidak termasuk golongan orang yang musrik.
Al-An’aam (6 ayat 161):
Katakanlah, “Sesungguhnya aku telah diberi petunjuk oleh Tuhanku ke jalan yang lurus, yaitu Agama yang benar, Agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musrik.
Sebutan “Islam” mencakup semua Nabi dan Rasul yang melaksanakan Hukum Illahi semenjak zaman Taurat hingga zaman sekarang, yaitu semenjak Nabi Nuh a.s, Nabi Ibrahim a.s, Nabi Yaqup a.s, Nabi Sulaiman a.s, Nabi Musa a.s, Nabi Isa a.s, serta yang terakhir Nabi Muhammad s.a.w.
Semua Agama mengajarkan Islam kepada Alloh, sehingga menjadi orang Muslim, yaitu berserah diri kepada Alloh.
Oleh karena itu asal usul agama tidak lain ialah Islam, yaitu berserah diri kepada Tuhan atau Agama Tauhid.
Mengenai hal itu Alloh SWT telah berfirman di dalam Al-Qur’an
Asy-Suuraa (42 ayat 13):
Alloh telah mensyariatkan (memerintahkan) agama sebagaimana telah di wasiatkan-Nya kepada Nuh, dan yang kami wahyukan kepadamu dan yang kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa (yaitu) “Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah padanya” Berat bagi orang-orang musrik, agama yang kamu serukan mereka kepadanya. Alloh memilih kepada agama itu kapada siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada agama itu orang yang kembali kepada-Nya.
(Al-Maidah ) (5 ayat 44):
sesungguhnya bahwa kami telah menurunkan Taurat, di dalamnya terdapat petunjuk dan Cahaya terang, dengan Taurat itulah diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh para Nabi yang berserah diri (Aslamu)=Islam. Kapada Alloh, oleh orang-orang alim dan para pendeta mereka ; karena mereka memang diperintahkan memelihara kitab suci Alloh dan mereka menjadi saksi akan hal itu.
Inti dakwah para rasul dan permata risalah-risalah samawi adalah dakwah menuju ibadah kapada Alloh Swt. Yang Esa, yang tiada sekutu bagi-Nya, dan meninggalkan segala sifat ibadat kepada selain Dia. Al-Qur’an telah menjelaskan tentang masalah ini dan menetapkan dalam beberapa ayatnya. Di satu tempat dikatakan bahwa Nuh a.s, berkata kepada kaumnya :
Al-A’raf (7 ayat 59):
“Wahai kaumku, sembahlah Alloh, sakali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.
Sejak awalnya Alloh mengutus seorang rasul semuanya untuk satu tugas, yang dijelaskan dalam Al-Qur’an :
Al-Anbiya (21 ayat 25) :
Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya, “Bahwasannya tidak ada tuhan melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".
Seorang Muslim harus mengenal Alloh secara benar, setelah itu barulah ia wajib taat kepada Alloh dan melaksanakan perintah-Nya.
Setelah menetapkan hakikat kebenaran Makrifat (pengenalan) kapada Alloh yang demikian itu, barulah menyusul hakikat kebenaran yang lain, yaitu prinsip wajib patuh sepenuhnya kapada Alloh dan wajib taat kepada-Nya.
Ma’rifat adalah salah satu cara bagi manusia untuk menyerahkan diri secara mutlak kepada Alloh (TAUHID).
Agama Alloh
Agama itu akal. Rasululloh bersabda :
Agama itu akal, tidak ada Agamanya untuk orang tidak berakal.
Akal berasal dari bahasa Arab, yaitu “Al-Aqlu”.
Akal merupakan perpaduan atau rangkaian dari unsur-unsur sebagai berikut :
1. Pikiran (Cipta)
2. Perasaan (Rasa)
3. Kemauan (Karsa)
Agama Nabi berpijak pada 2 (dua) landasan, yaitu :
1. Kemerdekaan berpikir.
2. Kemerdekaan kehendak.
Rasululloh Saw. Telah menyatakan bahwa Agama itu Akal, artinya kita harus selalu menggunakan akal kita dalam menuntut serta mempelajari Ilmu pengetahuan dalam bidang kerohanian. Dalam pelajaran Agama yang menjurus kapada ketuhanan Ynag Maha Esa, akal kita harus dipakai sebagai alat yang paling utama (trpenting) untuk menuntut dan mempelajari Ilmu yang Sejati.
Semua Ilmu pengetahuan dalam bidang kerohanian harus dapat dibuktikan dan dipahami oleh akal kita dengan jelas dan nyata. Kita tidak boleh hanya percaya begitu saja dalam menerima palajaran dibidang Ilmu kerohanian, sebelum kita mengadakan penelitian dan pembuktian yang nyata dengan menggunakan akal pikiran yang objektif.
Akhirnya Ilmu pengetahuan dapat dikatakan bermanfaat apabila telah diamalkan, yaitu dikerjakan dan dilaksanakan serta disebarkan luaskan untuk masyarakat.
Alloh berfirman tentang akal :
Az-Zumar (39 ayat 18):
Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Alloh petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.
Yunus (10 ayat 1000):
Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Alloh, dan Alloh menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
Dan Surah Aal-Imraan (3 ayat 7):
Dia yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu : diantara ada ayat-ayat yang muhkamat (terang maknanya), itulah ibu (pokok) kitab, dan yang lain mutasyabihat (tidak terang maknanya). Maka adapun orang-orang yang hatinya cenderung pada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya (menurut kemauannya0, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Alloh.
Dan orang-orang yang mendalam Ilmunya berkata : Kami beriman dengannya (kepada ayat-ayat yang mutasabihat) semuanya itu dari sisi Tuhan kami” dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang-orang yang mempunyai pikiran (akal)
Agama Alloh adalah satu. Risalah-risalah yang dibawa para Nabi semua turun dari Alloh SWT. Yang Maha Tahu, Maha Mengerti, dan Maha Bijaksana. Karenanya semua merupakan satu jalan, yang ditempuh oleh orang-orang dahulu dan sekarang. Dari sisi penerimaan kita terhadap dakwah para rasul yang diisaratkan oleh Al-Qur’an tiu, kita dapati bahwa agama yang disebarkan oleh semua rasul itu adalah satu, nyaitu Islam.
2 komentar:
IJIN SHARE YA ... JAZAKALLAH
silahkan moga manfaat :)
Posting Komentar