Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Selasa, 12 April 2011

Niat



Sayidina Ali ra
Sesungguhnya Allah SWT memasukkan ke dalam surga disebabkan oleh ketulusan niat dan hati yang saleh siapa saja yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.


Barangsiapa yang tidak memujimu atas niat yang baik, maka dia tidak berterima kasih kepadamu atas pemberian yang baik.
Barangsiapa membaikkan niatnya, maka Allah akan menjadikan baik lahiriahnya.

Jika perkataan keluar dari hati, maka ia akan berpengaruh terhadap hati; dan jika ia keluar dari lidah, maka ia tidak akan mencapai telinga.
Janganlah engkau merendahkan seseorang karena kejelekan rupanya dan pakaiannya yang usang, karena sesungguhnya Allah Ta‘ala & hanya memandang apa yang ada dalam hati dan membalas segala perbuatan.

Mengenal Kemampuan Diri
Barangsiapa yang telah mengetahui dirinya, maka dia telah mengetahui Tuhannya.
Semoga Allah merahmati seseorang yang mengetahui kemampuan dirinya, dan dia tidak melampaui batasnya itu.
Tidaklah akan binasa seseorang yang mengetahui batas kemampuannya.
Jika engkau mengangkat seseorang melebihi kemampuannya, maka bisa jadi dia akan menurunkan kedudukannya darimu seukuran dengan yang engkau angkat darinya.

Menutupi Aib
Beruntunglah orang yang lebih disibukkan oleh aibnya sendiri daripada mengurusi aib-aib orang lain. Beruntunglah orang yang tidak mengenal orang-orang dan orang-orang pun tidak mengenalnya. Dan beruntunglah orang yang hidup, tetapi dia seperti orang yang mati; dan dia ada, tetapi dia seperti orang yang tidak ada. Dia telah menjadikan tetangganya terbebas dari kebaikan dan keburukannya. Dia tidak pernah bertanya tentang orang-orang, dan orang-orang pun tidak pernah bertanya tentang dirinya.
Maka hendaklah seseorang di antara kalian menjauhkan diri dari aib orang lain yang diketahuinya karena dia mengetahui aib dirinya sendiri. Dan hendaklah dia menyibukkan diri dengan bersyukur karena kesehatan yang diberikan Allah kepadanya, sementara orang lain mendapatkan cobaan dengannya (ditimpa penyakit).

Maka bagaimana seorang pencela, yaitu yang mencela saudaranya dan mencemooh dengan musibah yang menimpa saudaranya itu? Apakah dia tidak ingat bahwasanya Allah telah menutupi dosa-dosanya, padahal dosanya itu lebih besar daripada dosa saudaranya yang dicela itu?
Janganlah engkau tergesa-gesa mencela seseorang karena dosanya. Sebab, barangkali dosanya telah diampuni. Dan janganlah engkau merasa aman akan dirimu karena suatu dosa kecil. Sebab, barangkali engkau akan diazab karena dosa kecil itu.

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini