Allah SWT berfirman: “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: Bersyukurlah kepada Allah” (Luqman: 12).
Ayat yang mulia di atas mengajarkan hidup zuhud (tak rakus terhadap duniawi) dan mensyukuri apa yang telah Allah karuniakan baik itu berupa rezeki materi maupun berupa kenikmatan iman, Islam, kesehatan, kecerdasan berfikir, dsb. Semua itu berasal dari Allah dan dianugerahkan kepada manusia agar mereka mensyukurinya.
Luqman (semoga Allah meridhainya) adalah hamba yang telah diberikan hikmah oleh Rabbnya agar ia menjadi hamba yang pandai bersyukur atas rezeki Allah apapun bentuknya. Hendaknya kita meniru jejak hidupnya, namun bukan berarti kita hidup malas dan tak mau berusaha untuk mengais rezeki. Rezeki Allah itu mesti dicari dan bertebaran di muka bumi ini. Luqman sendiripun adalah seseorang yang memiliki pekerjaan untuk menafkahi hidupnya dan keluarganya. Siapakah Luqman itu???
Para salaf telah mensifati Luqman sebagai tukang kayu. Yang mendasari hal ini adalah atsar yang diriwayatkan oleh Sufyan Ats Tsauri dari Al Asy’ats, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata: ”Luqman adalah seorang hamba sahaya berkebangsaan Habasyi (Etiopia) dan berprofesi sebagai tukang kayu” (Ath Thabari, 20/135). Ternyata Ibnu Abbas mengatakan Luqman sebagai tukang kayu berkebangsaan Etiopia. Meskipun dia hanya sekedar bekerja menjadi tukang kayu, namun ia adalah hamba yang bijak. Simaklah betapa agungnya pelajaran yang telah dicontohkan Luqman melalui kisah berikut:
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Khalid Ar Rabi, ia berkata: ”Luqman adalah seorang hamba sahaya berkebangsaan Habasyi (Etiopia) dan berprofesi sebagai tukang kayu. Suatu saat tuannya berkata, ’Sembelihlah seekor kambing untuk kami.’ Ia pun menyembelih kambing untuknya. Selanjutnya tuannya berkata lagi, ’Keluarkan dari kambing itu dua macam daging yang paling baik.’ Maka ia pun mengeluarkan lidah dan hati. Kemudian waktu pun berlalu beberapa lama. Selanjutnya tuannya berkata, ’Sembelihlah untukku kambing ini.’ Ia pun menyembelihnya. Lalu ia berkata, ’Keluarkanlah dua macam daging yang paling buruk dari dalam tubuh kambing itu.’ Maka ia pun mengeluarkan lidah dan hati. Tuannya bertanya kepadanya, ’Aku memerintahkan kepadamu untuk mengeluarkan dua buah daging yang paling baik, lalu engkau mengeluarkan lidah dan hati. Saat kuperintahkan engkau untuk mengeluarkan dua buah daging yang paling buruk, engkau mengeluarkan hal yang sama. Mengapa engkau lakukan itu?’ Luqman menjawab, ’Sungguh, tidak ada sesuatupun yang lebih baik dari hati dan lidah bila keduanya baik, dan tidak ada sesuatupun yang lebih buruk dari lidah dan hati bila keduanya buruk’” (Ath Thabari, 20/135).
Sungguh menakjubkan!!! Subhanallah…
Luqman mengisyaratkan bahwa lidah jika dipakai untuk berkata yang tidak baik, maka niscaya lidah itu akan menyebabkan pemiliknya tidak disukai orang dan kelak ia akan dicampakan ke neraka dan ditimpakan azab baginya dikarenakan perkataan-perkataan yang keluar dari lidahnya itu semasa hidup. Sebaliknya, jika lidah digunakan hanya untuk mengatakan hal yang bermanfaat semata karena Allah, maka hal itu menyebabkan ia disukai orang lain; mungkin karena kelemah-lembutannya dalam berbicara atau kebenaran yang terucap dari mulutnya itu. Ditambah lagi kebaikan-kebaikan yang ia lontarkan dari lisannya akan mengantarkan dia kepada pahala yang kelak sebagai penyebab datangnya keridhaan Allah terhadapnya.
Bagaimana dengan hati? Jika hati tak disucikan dari penyakit dengki, iri, dan keinginan untuk memfitnah orang lain, maka pemilik hati tersebut takkan hidup tentram. Dadanya niscaya akan diliputi ketidak-puasan terhadap nikmat Allah. Sebaliknya jika hati tersebut bersih dari penyakit hati, maka yang demikian insha Allah akan mendapatkan ketenangan spiritual. Wallahu’alam…
Sepetik atsar meriwayatkan bahwa Luqman adalah benar-benar orang yang shalih meskipun dia bukanlah seorang Nabi. Mujahid berkata: ”Luqman adalah seorang hamba yang shalih, namun ia bukan Nabi” (Ath Thabari, 20/134). Keshalihan beliau terlihat dari pelajaran berharga yang kita dapatkan dari kisah pemilahan dua daging terbaik dan terburuk di atas. Pun, ketakwaannya terlihat manakala ia menasihati anaknya agar mentauhidkan Allah dan tak menyambah yang lain, ”Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah” (Luqman: 13), dan juga menasehati untuk beribadah dan berbuat kebaikan, ”Hai anakku, dirikanlah salat dan serulah manusia untuk mengerjakan hal yang baik dan mencegah mereka dari hal yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa dirimu” (Luqman: 17). Di tempat yang lain, Luqman memberi nasehat kepada anaknya di mana sebuah hikmah atau pelajaran dapat memuliakan derajat seseorang, hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ats Tsuri bin Yahya, ia berkata: ”Luqman berkata kepada anaknya: Wahai anakku! Sesungguhnya hikmah dapat menjadikan orang miskin duduk di singgasana raja” (Ad Durrul Mantsuur, 5/316). Semoga kita mengambil pelajaran dari kisah ini!!!
Selanjutnya mengenai karakterisitk Luqman, Abdullah bin Az Zubair bertanya kepada Jabir bin Abdillah: ”Apa yang kamu ketahui tentang Luqman?” Ia menjawab: ”Luqman seorang lelaki pendek yang pesek hidungnya karena sebuah kecelakaan” (Ad Durrul Mantsuur, 5/310). Ibnu Katsir mengkomentari hal ini dengan menyebutkan: ”Luqman adalah putra Anqa bin Sadun. Sedangkan menurut satu pendapat yang dikemukakan As Suhaili, putra Luqman itu bernama Tsaran” (Tafsir Ibnu Katsir, 7/151).
Yahya bin Sa’id Al Anshari meriwayatkan dari Sa’id bin Al Musayyab, ia berkata: ”Luqman berasal dari negeri Sudan yang memiliki fisik cukup kuat. Allah menganugerahkan hikmah kepadanya, namun ia bukan seorang Nabi” (Ath Thabari, 10/135). Abdurrahman bin Harmalah berkata: ”Seorang lelaki berkulit hitam mendatangi Al Musayyab. Ia berkata kepada laki-laki berkulit hitam itu: Janganlah bersedih hanya karena kamu lelaki berkulit hitam. Karena ada tiga orang manusia terbaik dari Sudan yaitu Bilal, Mahja yang merupakan hamba sahaya yang dibebaskan Umar bin Khathab dan Luqman Al Hakim, seorang laki-laki yang fisiknya kuat” (Ath Thabari, 20/135).
Begitulah sebagian dari penjelasannya tentang siapa sosok seorang Luqman itu. Namun penjabaran di atas bukan menjadi patokan baku tentang profil Luqman. Sebagai hamba-Nya yang dhai’if, kami tak bisa memastikan kebenaran mutlak dari hal itu karen kita hanyalah manusia yang sedikit sekali diberi pengetahuan. Hanya Allah saja yang lebih mengetahui segala sesuatu. Wallahu’alam bis showab…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar