Seketika aku didatangi Jalaluddin Al-Rumi.. Dalam batin ku jugalah Ia-nya bersembunyi Diri.. Sosoknya ibarat seorang pemuda yang tampan tidak terperi.. Tuturnya lembut membelai ke dalam jiwa ku yang kasat mata maknawi..
AL-RUMI :-
“Wahai ‘Ali As-Satir, perdengarkanlah dengan telinga batin mu.. Dan leburkanlah nyanyian ku ini sehingga ke dalam jiwa rohani mu.. Ketahuilah, bahawa inilah mara bahaya yang sedang membelenggu para seniman dan pemikir di zaman mu..”
‘ALI :-
“Aku sedang mendengarnya, wahai Sang Air Hidup (Al-Rumi).. khabarkanlah..”
AL-RUMI :-
“Sesungguhnya bagi seorang seniman atau pemikir, kehalusan puisi, kelembutan dalam bait kata-kata, keindahan dalam irama melodi, dan kesempurnaan dalam menggambarkan sesuatu, adalah merupakan sebuah sarana penyampaian filsafat-nya yang dalam dan penuh dengan makna tersembunyi.. Melalui sarana itu, maka mereka akan lebih mudah meresapkan sesuatu masuk ke dalam jiwa manusia sekitarnya.. Bah kan, ianya sangat berpengaruh dalam segenap lapisan masyarakat..”
‘ALI :-
“Lalu di mana kesalahannya, wahai Sang Air Hidup (Al-Rumi)..? Khabarkanlah pada ku yang fakir ini..”
AL-RUMI :-
“Wahai ‘Ali As-Satir, perhatikanlah kata-kata ku ini.. Sesungguhnya seluruh ilmu ciptaan manusia dan hikmah yang berkiblatkan kepada Yunani dan barat, hanya akan membuatkan seseorang menjadi semakin jauh dari kebenaran Allah, serta hanya akan mengakibatkan manusia menjadi semakin bodoh, tertipu, terbelenggu, dan hanya mengagumi dirinya sendiri.. Ketahuilah bahawa itu semua hanyalah kulit yang kosong dan hampa.. Barangsiapa yang sangat mendambakan kebahagiaan hakiki, maka hendaklah dia menjauhi filsafat Yunani dan barat, walau kebanyakkan orang justeru menganggapnya sebagai hikmah.. Ini adalah kerana semua filsafat Yunani dan barat hanyalah sebuah hasil dari khayalan dan gambaran akal mereka, serta tidak memperolehi sinar cahaya DZAT MAULANA YANG MAHA AGUNG.. Hasil filsafat dari khayalan dan gambaran itu hanyalah terbit dari prasangka dan rasa keraguan, yang merupakan satu dari halangan terbesar menghalangi kedekatan manusia dengan Tuhan.. Inilah mara bahaya besar yang sedang berulang kembali menyelubungi dan membelenggu zaman mu..”
‘ALI :-
“Sangat benar perkataan mu, wahai Sang Air Hidup (Al-Rumi).. Lalu apakah saran mu pada ku dalam menjalani zaman ku ini, wahai Sang Air Hidup.. Apakah aku harus menukarkan air yang menghilangkan dahaga, dengan cahaya yang menyuluh kegelapan..?”
AL-RUMI :-
“Itulah sebabnya kenapa para Nabi diturunkan.. Kemudian disambung oleh para Waliullah.. Sehinggalah sampai ke zaman mu, dan engkaulah yang sedang memikulnya.. Iaitu menukarkan air yang menghilangkan dahaga, dengan cahaya yang menyuluh kegelapan.. Ada pun hikmah yang diajarkan para Nabi dan para Waliullah, adalah merupakan sebuah hikmah yang hakiki.. Kerana hikmah yang diajarkan itu memperolehi sinar dari DZAT MAULANA YANG MAHA AGUNG.. Siapa saja yang mendapatkannya, maka dia benar-benar memperolehi banyak kebajikan dan kesejahteraan.. Inilah yang tidak diperolehi oleh ajaran filsafat Yunani dan barat yang mendahulukan kepentingan duniawi semata-mata, serta dengan leluasa membelakangkan Tuhan.. Mereka melebarkan teori dan filsafat melalui urutan dalil pendahuluan, dan mengambil kesimpulan dengan rekaan aqli yang tidak akan pernah mencapai maksud yang diinginkan.. Maka semua filsafat mereka penuh dengan kesempitan dan keterbatasan.. Barangsiapa yang meyakininya, maka terpasunglah dia kepadanya.. Orang yang hidup dengan keyakinan seperti itu akan nampak seperti sempurna, namun hakikatnya mereka berjalan tempang, penuh kesempitan dan keterbatasan.. Bagaimana engkau melihat air yang menghilangkan dahaga itu, wahai ‘Ali As-Satir..?”
‘ALI :-
“Hakikatnya air itu bukanlah yang sebenar-benar matlamat Hidup.. Melainkan sebab lahiriah dari pencorakan kehidupan semata.. Itu masihlah termasuk zahir, yang batinnya adalah Dzat Wajibul Wujud.. Sesungguhnya orang yang terbelenggu dengan sebab lahiriah, maka dia sebenarnya telah mencampakkan dirinya sendiri kepada hal yang memperdayakan dan membinasakan..”
AL-RUMI :-
“Lihatlah cahaya yang menegak dari atas dan merata ke seluruh hamparan bumi.. Hidup yang menghidupi dalam tarian jiwa rohani.. Yang diiringi gendang dzikir kerinduan alam semesta.. Tabuhlah gendang mu dan kayuhlah sampan mu ke samudera hijau.. Lihatlah ikan-ikan yang beraneka warna dan ragam, namun janganlah engkau terpedaya dengannya.. Di tengah samudera hijau itu, engkau akan melihat cahaya permata tiram yang menyilau terang.. Gapailah, dan bawalah ke zaman mu..”
‘ALI :-
“Tunjukkanlah aku jalan ke sana, wahai Sang Air Hidup..”
Al-Rumi menarik tangan ku melintasi seluruh samudera hijau yang menyilau.. Memperlihatkan gedung Ilmu Allah yang terpasak di tengah samudera dalam.. Mengimbangi.. Al-Rumi terus memberikan palajaran..
“Renangilah ke seluruh samudera hijau
Dalam damai sejahtera tarian asyik
Diiringi gendang irama syahdu
Yang menggunung pun akan rebah
Saat terpanggil panggilan Kaabah..”
~ Sayyid Hidayatullah ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar