Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Senin, 04 April 2011

Pelajaran dan Mengambil Pelajaran

Pelajaran adalah pemberi peringatan dan penasihat.
Bukanlah tawakal yang baik bahwa seseorang memohon ampun (akan kesalahannya), kemudian dia melakukan kesalahan itu untuk yang kedua kalinya.
Mengambil pelajaran membawa kepada kesadaran.
Alangkah banyaknya contoh (peringatan), tetapi sedikit sekali yang menjadikannya sebagai pelajaran.
Di dalam pelajaran terdapat kecukupan yang tidak memerlukan lagi ikhtiar.

Pertimbangan dan Kelurusan Pendapat
Buah dari kelalaian adalah penyesalan, dan buah dari pertimbangan adalah keselamatan.
Pertimbangan adalah kecerdasan, dan adab adalah kepemimpinan.
Pertimbangan adalah kewaspadaan.
Orang yang paling bijaksana adalah orang yang kesungguhannya dapat menguasai sendaguraunya, pikirannya mengalahkan hawa nafsunya, perbuatannya menyuarakan hati nuraninya, keridhaannya tidak memperdayakan keberuntungannya, dan tidak pula kemarahannya dari tipu dayanya.
Ada kalanya perkataan lebih dituruti daripada kekerasan. Sesungguhnya bagi kebaikan dan keburukan ada pemiliknya (pelakunya). Maka, bagaimanapun kalian meninggalkan di antara keduanya, ada orang lain yang akan mengerjakannya.
Persiapan sebelum memulai perbuatan akan menyelamatkanmu dari penyesalan.
Tidak ada akal yang seperti pertimbangan.
Tidak ada harta bagi orang yang tidak ada manajemen baginya.

Alasan
Jauhilah olehmu banyaknya mengemukakan alasan karena sesungguhnya dusta sering bercampur dengan alasan.
Orang yang berdalih tanpa suatu dosa mengharuskan pada dirinya dosa.
Orang yang berdalih menginginkan kemenangan.
Jauhilah apa yang engkau berdalih darinya. Janganlah engkau sombong ketika engkau berada dalam kenikmatan (kaya), dan janganlah pula engkau hilang semangat ketika dalam kemiskinan.
Tidak butuh pada alasan Iebih mulia daripada benar dalam alasannya itu.
Jauhilah olehmu untuk mengemukakan alasan akan suatu dosa, sementara engkau menemukanjalan untuk meninggalkannya. Sebab, sebaik-baik keadaanmu dalam mengemukakan alasan adalah engkau mencapai kedudukan selamat dan dosa-dosa.
Mengulangi mengemukakan alasan adalah pengingatan akan suatu dosa.
Jauhilah olehmu posisi mengemukakan alasan. Sebab, ada kalanya alasan justru menetapkan kesalahan terhadap orang yang berdalih itu, meskipun dia bersih dari dosa itu

--Sayidina Ali Ra

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini