Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Senin, 03 Januari 2011

Filosofi Pendidikan Plato

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم

Pembicaraan mengenai pendidikan tidak pernah ada habisnya, pun proses pendidikan itu sendiri, mulai dari lahir hingga menjumpai Sang Pencipta; Pendidikan terkait dengan tujuan penciptaan, yaitu  menjadi seorang insan kamil.
Proses menjadi seorang insan kamil tidak gampang, dan tidak instant. Sungguh memerlukan doa dan usaha yang bersandarkan kepada-Nya, tanpa henti.
Pendidikan, seyogyanya memiliki tujuan untuk menjadi insan kamil, dan seyogyanya pula konsep, metoda, dan media pendidikan itu dirumuskan oleh seorang insan kamil; karena bagaimana bisa yang belum menjadi insan kamil merumuskan hal tersebut sementara ia belum sepenuhnya mendapatkan dan merasakan proses pendidikan untuk menjadi insan kamil. Namun, seorang insan kamil bukan belum pernah tercipta; walau kehadirannya teramat jarang, tetapi Allah menjaga, memelihara dan merawat ajaran-ajarannya. Kita, sebagai orang yang sedang berusaha (atau minimal berkeinginan) menjadi insan kamil (insya Allah, amin), bisa berusaha mempelajari ajaran-ajarannya mengenai pendidikan untuk kita buat konsep, metoda, dan medianya.  Selanjutnya kita jalankan. Semoga Allah bimbing dan ridhoi. Amin.
Filosofi pendidikan Plato didasarkan atas pernyataan bahwa manusia memiliki free will untuk memilih, namun hendaknya setiap orang harus dapat membebaskan diri dari kehendak liar syahwat hawa nafsunya, dan hal ini hanya dapat dilakukan dengan usaha keras. Setiap orang harus mulai bekerja dari apa yang paling dimudahkan untuknya, dan menumbuhkembangkan kebajikan-kebajikan yang berguna bagi dirinya. Freewill manusia ditentukan oleh kecenderungan herediter, konstitusi fisik, pendidikan awal, dan peristiwa-peristiwa yang dialami seseorang selama kehidupannya. Pemilihan tersebut akan menentukan posisinya dalam sebuah masyarakat, dan menunjukkan amal shaleh (kebajikan tertentu) yang harus dilakukan agar ia dapat meraih gelar seorang philosopher-king atau insan kamil, dan itu menjadi tujuan dari sistem pendidikan Plato.
Philosopher-kings, adalah mereka yang berhasil menyelesaikan pendidikan akhir  (level maximum); memiliki pikiran-pikiran tinggi yang begitu berkembang sehingga mampu memberikan keputusan-keputusan yang bijaksana. Nasihat-nasihat diberikan oleh philosopher-kings, didukung oleh para ´alat´ negara, dan masyarakat menjalankan  nasihat dan hukum yang berlaku tersebut. Philosopher-kings memiliki kemampuan memimpin masyarakat sesuai dengan perannya masing-masing, dengan kebajikan yang diperoleh dari kebijaksanaan dan pemahaman pendidikan yang selama ini diperolehnya. Kepemimpinannya akan menjamin kestabilan masyarakat tempat ia berada sehingga masyarakat mengalami kesejahteraan. Philosopher-kings membentuk sebuah masyarakat yang sempurna; masyarakat yang memiliki semangat patriotisme dalam menjalani kehidupannya. Philosopher-kings, mereka adalah orang-orang yang selalu bahagia dalam menjalankan kehidupannya karena telah mengetahui Tujuan penciptaannya oleh Tuhan, sehingga selalu berpikir, merasa, bersikap, dan bertingkah laku sesuai dengan Kehendak Tuhan.
SIFAT-SIFAT MANUSIA

Pendidikan harus dirancang bertahap, sesuai dengan tingkatan sifat-sifat yang ada pada manusia. Adapun sifat-sifat tersebut dibagi Plato menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1. Sensasi
Orang-orang dalam tingkatan ini mudah terpengaruh, peka terhadap objek-objek fisik. Pendidikan untuk mereka bertujuan untuk lebih menstabilkan emosi dan pikiran mereka.
2. Passional
Orang-orang dalam tingkatan ini sering beralih memiliki perasaan kesengaraan dan kesenangan, harapan dan ketakutan, dalam waktu berdekatan. Pendidikan untuk mereka harus bertujuan untuk mengembangkan keberanian, ketabahan, dan keuletan, serta kebajikan-kebajikan yang akan membawa mereka kepada kemampuan untuk menghadapi segala perubahan-perubahan peristiwa dalam kehidupan dengan keseimbangan pikiran.
3. Wisdom
Orang-orang dalam tingkatan ini adalah mereka yang telah berhasil memperoleh kemampuan untuk mengendalikan keinginan-keinginan liar mereka atas berbagai kesenangan, dan mereka hidup apa adanya dalam pikiran-pikiran yang tinggi. Mereka memiliki kebijaksanaan, atau pengetahuan spiritual.
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini