Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Kamis, 13 Januari 2011

Mata Hati

Ada sayembara menarik di sebuah kerajaan.
Menarik, karena pemenang akan dinikahkan dengan puteri raja. Tak ada persyaratan khusus. Siapa pun boleh daftar. Kecuali, mereka yang sudah menikah.

Setelah berlalu tenggat akhir pendaftaran, seleksi pun dilakukan. Mulai dari kesehatan jasmani, ruhani, kelayakan usia, wawasan, keterampilan bela diri, dan tentu saja moralitas. Dari sekian kali seleksi, terpilihlah sepuluh pemuda. Seterusnya, mereka akan dipilih langsung oleh tuan puteri. Siapa diantara mereka yang berkenan di hati puteri.

Didampingi raja dan penasihat istana, puteri diperkenankan melihat langsung proses akhir seleksi. Satu per satu mereka diminta memaparkan keadaan diri secara jujur. Mereka pun diminta memperlihatkan wawasan politik, kemasyarakatan, hukum, pertahanan negara, dan ruang lingkup kehidupan rumah tangga.

Saat itulah, tuan puteri tampak bingung. Tak mudah menilai seseorang. Apalagi seorang yang akan menjadi pendampingnya seumur hidup. Dengan berat hati, ia bertanya pada salah seorang penasihat. 'Guru, dengan cara apa saya menilai mereka. Semuanya tampan. Semuanya cerdas. Dan semuanya tampak jujur dan tegar.'

Sosok tua yang berada tak jauh dari tuan puteri itu pun tampak mengangguk pelan. Matanya tetap terpejam. Senyum segar menghias wajahnya. 'Anakku, tataplah mereka dengan mata hatimu. Jangan terpedaya oleh mata di wajahmu. Niscaya, akan kau temui seorang pemuda yang layak untukmu.'

***

Saudaraku, dunia memang senantiasa tampil dengan penuh tipu daya. Jerat-jeratnya begitu halus. Hingga seseorang tak lagi sadar kalau mutu hidupnya dalam bayang-bayang fatamorgana dunia. Saat itulah, ia tak lagi mampu menilai: mana baik dan buruk.

Hidup ini adalah memilih. Akan terbentang luas aneka pilihan. Setiap saat, di hampir semua sisi kehidupan: ideologi, politik, ekonomi, hingga persahabatan dan perjodohan, memilih menjadi sebuah keharusan. Walau, semuanya tampak manis dan menawan.

Mata pada wajah kadang tak mampu menangkap busuk-busuk di antara pilihan itu. Bahkan, pancaran cahaya Allah yang begitu terang pun kadang sedikit pun tak terlihat olehnya. Semuanya samar dan gelap.

Hanya mata hati yang mampu menangkap itu. Hanya mata hati yang mampu memilah dan memilih: mana yang baik dan mana yang buruk; mana jalan lurus dan mana jebakan. Maha Benar Allah dengan Firman-Nya, "...Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada." (QS. 22: 46).

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini