Sesungguhnya “Soal Ujian” bagi seorang muslim yang baik adalah mengucapkan kalimat syahadat. Jadi jelas jawaban yang akan dibawa kelak adalah kalimat “Laa ilaaha illallah”. Oleh karena itulah dianjurkankan bahwa seseorang yang akan wafat dibimbing untuk mengucapkan kalimat tersebut. Masalahnya apakah semudah itu?
Sekarang pernahkah anda pernah melihat sebuah sinetron yang mengisahkan seorang bapak yang merasa ajalnya sudah dekat dan berkata “Bu, nak….ajalku sudah dekat…..bapak titip pesan…laksanakan wasiat bapak …dan jangan lupa untuk mendirikan sholat………”.Kisah di sinetron itu sebenarnya bisa terjadi dalam kajian perspektif Islam. Dan jawabannya terletak pada hubungan antara hati dan ruh semasa hidupnya.
Ruh sebenarnya bersifat tunduk dan patuh pada Allah. Karena sebelum ditiupkan ke dalam janin manusia, di alam ruh Allah meminta kesaksian pada Ruh : Siapakah Tuhanmu?, dan Ruh menjawab dengan kesaksian bahwa Tuhan semesta alam ini adalah Allah , seperti tertuang dalam ayat sebagai berikut:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ (١٧٢)أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ (١٧٣)وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ وَلَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (١٧٤)
(QS:7: 172-174)
172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,
173. Atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua Kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang Kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka Apakah Engkau akan membinasakan Kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?”
174. Dan Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada kebenaran).
Nah sekarang masalahnya setelah masuk ke dalam jasad manusia selama hidup, bukanlah ruh yang berkuasa menjalankan segenap tingkah laku / gerak jasad manusia, akan tetapi adalah hati
berkaitan dengan ini perlu disimak Hadist Rasul berikut:
“Ketahuilah bahwa di dalam tubuh terdapat segumpal daging, yang apabila aia baik, maka baik pula seluruh tubuh. dan apabila ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah, itu adalah hati.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dari situ dapat dilihat bahwa ruh akan menerima segala masukkan. Ruh akan memilah apakah hal itu baik atau buruk. Karena dia akan selalu menerima kebenaran. Ruh akan menyampaikan segala kebenaran kepada Hati. Tapi, apakah hati dengan serta menerima sinyal apa yang diberikan ruh?…disinilah permasalahannya.
Dengan segala proses tersebut semasa hidupnya, maka ketika ajal akan menjemput, hubungan ruh dan hati dapat dianalisa menjadi 3 bagian:
1. Jika semasa hidup hubungan ruh dan hati sering terjadi konflik. Hati sering tidak menuruti ruh dan hati sering menyakiti fitrah ruh dan sering membawa tubuh melakukan dosa secara terus-menerus, apalagi pemilik hati itu adalah seorang yang jahat, maka ketika ajal menjemput ruh akan meninggalkan hati dengan menyakitinya. Terkadang manusia seperti ini akhir hayatnya merasakan sakit yang teramat sangat. Naudzubillahimindalik
2. Jika semasa hidup hubungan ruh dan hati tidak mesra, terkadang baik, terkadang buruk, misal hati menerima melakukan sholat atau 4 rukun Islam yang lain tapi sering menyakiti perasaan orang, ghibah, sombong. Maka ketika ajal akan tiba ruh akan meninggalkan hati dengan tidak pamit. Seperti misalnya ketika tidur tiba-tiba meninggal. Meski tingkatannya lebih baik..tapi tetap aja dianggap “tidak lulus ujian” yakni dengan jawaban yang sudah dibawa yakni kalimat “Laa ilaaha illallah”
3. Kondisi yang ketiga ini baru yang diharapkan. Jika semasa hidup hubungan ruh dan hati sangat mesra. Yakni hati menerima sinyal kebenaran dari ruh, dan semasa hidup membawa tubuh untuk melakukan kebaikan demi kebaikan, maka ketika ajal akan tiba…ruh akan pamit kepada hati dan meninggalkannya dengan lemah lembut. Subhanallah, inilah yang dimaksud bahwa kisah di sinetron itu di alam nyata. Dan, Manusia dengan keadaan inilah yang akan mampu melafalkan kalimat “Laa ilaaha illallah” di akhir hayatnya
Semoga kita adalah orang-orang yang mampu menjaga kemesrahan ruh dan hati kita dalam menerima kebenaran.
Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar