Dari Abu Darda ra berkata, Rasulullah SAW bersabda : Adalah diantara do’a Nabi Daud as yaitu “ Allahumma inni asaluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka wal ‘amala aladzi yubalighuni ilaa hubbika. Allahummaj’al habbaka ahabbu ilayya min nafsii wa ahlii waminal maail baarid “ (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kecintaanMU dan kecintaan orang2 yang mencintaiMU dan amal yang menyampaikanku pada cintaMU. YA allah, jadikanlah kecintaanku kepadaMU lebih aku cintai daripada diriku, keluargaku dan air yang sejuk/dingin (harta). (HR Tirmidzi)
Do’a diatas sangat baik untuk diamalkan sehari-hari. Sehingga kita bisa menyadari hakikat kecintaan pada sesuatu, dan mempunyai tolak ukur sebagai parameter bahwa kecintaan itu tidak akan menandingi cinta kita pada Yang Maha CintaNya, Allah Jalla wa A’laa.
Dalam surat Al Baqoroh ayat 165 disebutkan “Dan di antara manusia ada yang mengambil selain Allah sebagai tandingan-tandingan, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Dan orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” Ayat ini diterangkan dengan ayat lain di surat At-Taubah : 24 bagaimana kita menempatkan cinta.
Kecintaan kita pada Allah akan diuji dengan berbagai macam kesenangan akan diri, keluarga (anak, istri/suami), serta harta. Diantara tanda-tanda cinta yang tidak pada tempatnya adalah bahwa kesenangan tersebut malalaikan kita dari Allah. Sebagai contoh, kecintaan akan diri melupakan perintah untuk berjihad, kecintaan pada keluarga membuat seorang ibu lalai sholat karena sibuk mengurusi anak, kesibukan mencari harta yang melalaikan dari mengingat Allah dan enggan berinfaq dengannya.
Cinta merupakan timbangan akal dan rasa, dimana ruh orang-orang yang memilikinya adalah bagaikan titik-titik embun yang lembut. Cinta merupakan ciptaan yang mulia, sebagaimana kutipan sebuah syair : “Bukan karena dorongan nafsu kubangkitkan cinta, tapi kulihat cinta itu adalah akhlak yang mulia“. Cinta pada Allah adalah cinta yang tidak mungkin untuk tidak terbalaskan, Cinta yang memang paling haq untuk dicintai. Maka atsar dari cinta kita kepada Allah haruslah terlihat pada perilaku kita dengan menghiasinya oleh akhlak yang mulia. Kita bisa ambil pelajaran dari kisah-kisah para Nabi dan Rasul, ataupun kisah para salafus shalih, bagaimana orang-orang yang dicintai Allah mendapat jaminan pertolongan dan belas kasih-Nya. Sungguh suatu hal yang senantiasa menjadi harapan, bahwa kita tergolong pada orang-orang yang mendapat kecintaan Allah SWT.
Bagaimana cara mandapatkan kecintaan Allah adalah dengan mencintai apa-apa yang dicintaiNya yaitu dengan menjalankan ketha’atan pada apa-apa yang telah disyariatkan Allah melalui orang tercinta-Nya, Rasulullah SAW, mencintai orang-orang yang secara dzohir kita ketahui sebagai orang yang mencintai Allah. Dan menjauhi perkara-perkara yang dapat menyebabkan kemurkaan Allah. Maka setiap amal, adalah amal yang akan semakin mendekatkan kita pada Allah.
Rasulullah bersabda, bagaimana untuk dapat merasakan manisnya iman : menjadikan Allah dan Rasul sebagai yang paling dicintai, tidak mencintai sesuatu selain karena Allah, membenci kembali kepada kekufuran sebagaimaan membenci api neraka. (HR Bukhari)
Seorang salafus shalih berkata: Tiada yang lebih kucintai selain amal kebaikan, karena Dia-lah yang akan setia mengikuti bahkan ke liang lahat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar