Disadari atau tidak, kadang kita memandang judul yang saya tulis tak lebih suatu kalimat hiperbolik untuk menarik pembaca untuk lebih terhanyut ke dalam kata demi kata dan kalimat yang terus dirangkai dan disambung hingga berakhirnya tulisan ini. Memang dari pemilihan frase kalimat untuk judul yang terpampang di atas secara jujur terbersit niat untuk itu. Akan tetapi cobalah dibaca 2 atau 3 kali dengan hati yang bersih dan pikiran yang lebih terfokus untuk memahaminya. Sesungguhnya memang begitulah gambaran hidup itu.
Beberapa minggu sebelum tulisan ini dibuat, 3 kali saya mengalami berita kematian dari rekan kerja dan tetangga di kampung saya. Usia mereka masih muda, meninggalnya mendadak dan tanpa disangka sebelumnya. Dan yang paling membuat saya trenyuh adalah mereka bertiga meninggalkan anak-anak yang masih kecil. Inalillahi wa innailaihi roji’un. Sementara itu manusia-manusia di luar sana masih sibuk dalam sepak terjangnya. Kericuhan dimana-mana, keserakahan merajalela, rasa malu mulai hilang, terang-terangan untuk memaksakan kepentingannya dengan berbagai cara, walaupun itu terekspos media dan dilihat banyak khalayak. Harta dan kekuasaan menjadi kiblat baru. Agama hanya menjadi identitas yang tercetak rapi dalam tanda pengenal dan Al-Quran hanya menjadi pajangan di jaman yang serba digital.
Lalu kenapa kita hidup? Apakah kita akan lalai hingga menunggu panggilan itu? Marilah kita mencoba gali konsep hidup Muslim dari Al-Qur’an
Tujuan Hidup
Sering kali dalam berorganisasi atau dalam pengelolaan manajerial, sangat jarang ada yang melewatkan untuk membuat dan merumuskan visi dan misi. Bahkan tak jarang visi dan misi itu selalu dikenalkan kepada segenap anggota organisasi atau dalam pengkaderan. Visi dan misi tersebut bahkan dicetak ke dalam sebuah pajangan berfigura yang rapi dan besar, atau ke dalam buku saku yang menjadi pegangan anggota organisasinya. Perumusan visi dan misi inipun dilakukan dengan mencurahkan segenap pikiran para perumusnya. Bagaimana dengan perumusan visi dan misi itu organisasi dapat berjalan dan berkembang sampai mencapai tujuannya.
Tapi, bagaimana dengan visi dan misi hidup individu manusia? Apakah manusia sempat untuk memikirkan atau mencurahkan segenap pikiran, apakah sebenarnya tujuan hidupnya (yang hakiki?). Justru dalam mengurus visi dan misi dirinya sendiri, kebanyakan manusia lalai. Seharusnyalah sejak jaman dalam pendidikan, orang tualah yang menanamkan visi dan misi itu. Akan tetapi apakah visi dan misi yang ditanamkan itu adalah visi dan misi yang hakiki diajarkan dalam Agama Islam? Seringkali malah sejak kecil pikiran kita dijejali dengan kalimat-kalimat yang sebenarnya merupakan rasa kasih sayang, namun salah sasaran seperti ini: “Nak, besok kalau sudah besar mudah-mudahan hidupmu enak, tentram, tidak kurang sandang pangan”. Cobalah disimak, kalimat ini akan dicerna menjadi sebuah visi bagi sang manusia kecil. Penafsiran yang salah selanjutnya adalah hidup yang enak dan tentram adalah memiliki banyak harta dan kekuasaan. Akibat selanjutnya adalah ketika ia sudah dewasa, dia akan melaksanakan misi untuk meraih harta dan kekuasaan itu. Seiring dengan tersesatnya manusia, maka dikhawatirkan ketika ajal menjemputnya, sang manusia gagal melaksanakan tujuan/visi hidupnya yang hakiki.
Tujuan hidup manusia sebenarnya sudah sering diucapkan di dalam akhir doa seorang muslim, yakni yang sering disebut doa sapu jagat. Visi hidup manusia dalam doa ini adalah kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sering kali doa ini dijadikan sebagai penutup doa tanpa didalami atau ditelaah apa maksud kandungan doa ini. Doa ini bukan hanya merupakan permohonan, tapi juga suatu tekad yan kuat untuk meraihnya. Lebih tepat lagi, doa ini adalah suatu ikrar bahwa sang manusia yang mengucapkannya akan selalu berusaha keras untuk mencapai tujuan ini.
Jadi, tujuan hidup yang hakiki dalam Islam terdiri dari tujuan hidup vertikal dan horisontal. Tujuan hidup vertikal adalah meraih ridha Allah semata (dicapai dalam kehidupan akhirat). Ridha Allah-lah visi pertama kita hidup. dengan mencari ridha Allah, maka hidupnya akan benar-benar mendapatkan kepuasan. Kepuasan ini sudah tidak dipungkiri lagi adalah sebagai balasan yang telah dijanjikan Allah di akhirat, yakni kenikmatan hidup di surga. Tidak kurang Allah menyebutkan janji-janji-Nya ini di dalam Al-Qur’an secara berulang-ulang. Namun, tidak kurang pula manusia memandang janji-janji dari Dzat Yang Maha Menepati Janji-Nya sebagai hal yang masih bias. Justru kenikmatan di dunia dan nyata di depan mata namun fana ini mampu untuk memudarkan janji Allah yang kekal tersebut (baca tulisan saya mengenai kisahnya di jaman Rasul). Berulang-ulang Allah dalam Al-Qur’an menyebutkan janji-Nya tentang balasan bagi orang-orang yang mempunyai tujuan hidup mencari ridha Allah. Surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya dan kekalnya manusia kelak di dalamnya. Disamping itu, kepuasan karena mencari ridha Allah bagi yang mencapai tingkat makrifat yang tinggi juga sudah didapatkan di dunia karena dengan mengharap ridah Allah, ia mendapatkan ketenangan batin.
Mari kita simak sejenak ayat-ayat yang terkait dengan tujuan hidup verikal manusia ini (mencari ridha Allah):
Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha tinggi. Dan kelak Dia benar-benar mendapat kepuasan. (QS Al-Lail, 92: 17-21)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (QS Al-Bayyinah, 98:7-8)
Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (Al-Baqarah, 2 : 207)
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan). (Al-Baqarah, 2 : 272)
Sedangkan, tujuan hidup yang kedua adalah tujuan horisontal, yakni menjadi rahmat bagi alam. Tujuan horisontal ini sifatnya komprehensif. Dimulai dari tujuan hidup individu yang bertujuan untuk mewujudkan kehidupan yang baik atau hidup berbahagia. Lalu bagi keluarga adalah mewujudkan keluarga sakinah yang hidup dengan tenteram. Bagi masyarakat agar terwujud masyarakat yang hidup dalam suasana damai. Bagi Bangsa dan negara adalah bertujuan untuk mewujudkan negeri yang adil dan makmur, negeri yang baik dalam ampunan Allah SWT. Bagi Dunia internasional, ialah mewujudkan perdamaian antar bangsa. Terakhir adalah bagi dunia akhirat adalah bertujuan agar hidup dalam keadaan hasanah atau dalam kebaikan dan terjauhkan dari azab yang pedih
Marilah kita simak sejenak ayat-ayat yang terkait dengan tujuan hidup horisontal manusia (Menjadi Rahmat bagi Alam)
Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiyaa, 21:107)
Keterangan: “kamu” dalam ayat ini memang ditujukan untuk Rasulullah, namun karena Rasulullah adalah suri tauladan bagi manusia, maka ayat ini terikat untuk yang mukmin.
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik] dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl, 16:97)
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (Ar-Ruum, 30:21)
Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Al-A’raaf, 7: 96)
Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”(As-Saba’, 34:15)
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu d isisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (Al-Hujurat, 49: 13)
Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka”[Al-Baqarah, 2: 201)
Semoga, dari tulisan awal yang bertema tentang hidup ini, sedikit bisa meluruskan apa hakikat hidup itu sebenarnya. Dan semoga dari tulisan ini, kita segera meluruskan apakah sebenarnya tujuan hidup kita ini.
Bersambung…..(Bag. II: Tugas dan Fungsi Hidup)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar