Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Kamis, 30 September 2010

ILMU MEDIUM PENINGKATAN KETAQWAAN

Pupuk keimanan dan ketaqwaan yang baik di antaranya ialah ilmu./ Dengan ilmu, orang dapat mengenal tentang dirinya, tentang tuhannya, tentang kewajibannya, tentang haknya, tentang keadaannya, tentang kesopanan, tentang tenggang rasa, tentang tata nilai, tentang menghargai orang lain, dan masih banyak lagi. Mengapa demikian?/
Karena ilmu laksana cahaya, Al ilmu nuurun yang dapat menerangi dan membuka tabir kegelapan./
Ilmu menjadi penerang bagi orang. Karena ilmu laksana cahaya, maka pantas Nabi Muhammad menegaskan umatnya untuk mencari ilmu./
Carilah ilmu sejak lahir sampai saat mau masuk kubur./
Hal ini ditiru oleh tokoh pendidikan barat dengan teori long life education, pendidikan seumur hidup./
Betapa keras perintah pencarian ilmu. Perintah keras ini diikuti dengan bonus
mencari ilmu dapat menginval, menghilangkan dosa masa lalu. /
karena dengan mencari ilmu dapat menghapus kekurangan kita masa lalu. /
Pantas, Nabi Sulaiman as memilih ilmu./
Nabi Sulaiman as ketika ditawari pilihan oleh Alloh, "Ya Sulaiman, atas ketaatannu kepadaku (kata Alloh) kau mau apa?, Ilmukah? Istri cantikkah,
Kerajaankah?"
Bagaimana jawab Nabi Sulaiman?/
Option yang dipilih Nabi Sulaiman adalah memilih ilmu. Ilmu bahasa di antaranya./
Oleh karena itu, Nabi Sulaiman termasuk multibahasawan, termasuk yang memiliki kemampuan berbagai bahasa. /
Beliau dapat berbahasa dengan semua binatang./
Beliau dapat berbahasa dengan semua jin, dan tentu Beliau dapat berbahasa dengan semua manusia./
Dengan kepandaian berbahasa, sebagai medium komunikasi, maka Nabi Sulaiman dapat meraih semua alternatif yang ditawarkan Alloh atas ketaatannya itu/
Beliau berilmu, ya. Beliau menjadi raja, ya./
Beliau menjadi orang terkaya di Mesir, ya./
Sampai-sampai Ratu Balqis yang tercantik sekalipun, ya,
beliau persunting/
Luar biasa kebermutuan ilmu ilmu./
Ratu Balqis yang berparas cantik, kaya, menjadi ratu memliki wilayah kekuasaan,/
toh akhirnya takluk dan berserah diri, rela diperistri Nabi Sulaiman as./Itulah nabi Sulaiman as, dapat sukses atas kelincahan berkorespondensi, bekerjasama yang jujur antara Nabi Sulaiman dengan para jin, dengan para stafnya berkat menguasai ilmu dan memanfaatkan kemampuan berbahasa./
Data lain, pada zaman Aristoles dan zaman Sokrates, pelajaran bahasa dan logika (nalar, mantik) dijadikan pelajaran nomer satu sebelum pelajaran yang lain,/
karena segala pelajaran dan pekerjaan tidak lepas dari penggunaan bahasa. Ilulah pandangan Aristoles dan Sokrates. Pandangan orang genius, pandangan filusuf dan ilmu pasti./
Hadirin data berikutnya, Sayidina Ali Karromalloohu Wajhah, sohabat Nabi Muhammad saw. Ia terkenal ahli ilmu (ilmuwan) pada masanya./
Pada suatu waktu kedatangan 10 orang tamu./
Kemudian tamu itu bertanya tentang keuntungan dan kerugian memilki ilmu daripada harta./
Sayidina Ali menjawab dengan tegas keuntungan/kemulyaan memiliki ilmu atas pertanyaan tamu tadi./
1. Tamu pertama bertanya, "Mengapa?"
Ilmu iltu warisan dari para Nabi, sedangkan harta benda itu peningggalan Fir'aun./
Fir'aun itu kafir terkaya pada zaman Nabi Musa as./
2. Tamu kedua penasaran, ia bertanya, "Apalagi?"
Ilmu itu menjaga pemiliknya, menjaga orang yang memiliki ilmu tersebut. Sedangkan harta harus dijaga oleh pemiliknya./
Bukti konkret, mengapa zaman sekarang harus ada satpam, mengapa
mobil, rumah kantor harus dikunci./Ini semua dalam rangka menjaga harta./
3. Tamu ketiga bertanya pula, "Mengapa?"
Karena orang yang banyak ilmunya, banyak sahabatnya./ Orang yang banyak hartanya banyak musuhnya,/ musuh mungkin karena iri, karena tersaingi, karena ingin mencurinya, dsb./
4. Tamu keempat bertanya, "Apalagi?"
Ilmu kalau diberikan atau diterangkan kepada orang lain akan bertambah dan bertambah./Sedangkan harta apabila diberikan akan berkurang./
5. Tamu kelima meminta keterangan lain, "Yang lainnya?"
Ilmu tidak dapat dicuri. Sedangkan harta benda dapat dicuri./
6. Tamu keenam bertanya, diberi pula jawaban
Orang yang berilmu itu mulia, orang yang berharta benda itu akan hina manakala harta bendanya habis./
7. Tamu ketujuh penasaran meminta penjelasan
Ilmu tidak akan berubah karena waktu. Sedangkan harta benda akan berubah karena waktu, seperti nilai jualnya berubah./
8. Tamu kedelapan bertanya, "Mengapa?"
Ilmu tiada batasnya, tidak terhingga, sulit dihitungnya. Sedangkan harta benda tentu hitungannya, dapat dibukukan./
9. Tamu kesembilan menerima jawaban pula
Ilmu memberi sinar kepada jiwa. Sedangkan harta benda kadang-kadang menggelapkan. Artinya/ dapat membunuh orang karena harta, dapat memaki orang karena harta, dsb./
10. Tamu kesepuluh pun membawa jawaban
Dengan diberi ilmu, Nabi Muhammad saw bersabda,/ "Saya akan berserah diri kepada wahyu Illahi" Namun sebaliknya,/ dengan melimpah ruah harta kekayaan, seperti yang dimiliki Fir'aun, Namrud, Qorun yang tersohor kikir cap jahe,/ mereka tidak patuh kepada ajaran Alloh, tidak patuh kepada yang memberinya harta./

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini