Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Senin, 07 November 2011

Mengapa Depresi?

Maulana Syaikh Nazim Al- Haqqani

"In The Mystic Footsteps of Saints", Vol. 1.


Mengapa orang-orang menderita depresi? Bukan, hubungan seksual bukanlah sebab utama depresi, tapi ada beberapa faktor penyebabnya, dan ketika faktor-faktor ini timbul segalanya dalam hidup ini menjadi seperti hukuman dan menyebabkan seseorang tidak bisa berfungsi normal, bahkan dalam hubungan seks yang normalnya merupakan aktivitas paling menyenangkan dalam kehidupan. Ketika hubungan (interaksi manusiawi) yang normal dikacaukan oleh kehadiran akar permasalahan penyebab depresi, pasangan seksual hanya menjadi hukuman bagi satu dan lainnya: setiap orang hanya "mengambil", lalu lari dari yang lainnya dan untuk selanjutnya menuju depresi.

Penyebab utama depresi adalah efek dari ingatan (memory) akan orang lain. Kebanyakan orang terdampar dalam keterpurukan penyesalan yang mendalam akan tindakan-tindakan mereka di masa lalu atau akan apa-apa yang dirasa sebagai keputusan yang salah atau berbagai kekeliruan yang dibuat semasa hidup. Ketika kita mengingat kejadian-kejadian yang menyakitkan, lidah api akan menyala-nyala tak terkendali di hati kita. Akhirnya akan menyebabkan lubang menganga dalam hati kita yang tidak bisa ditutup lagi, betapapun kita berusaha keras mengisi lubang itu dengan penyesalan mendalam.

Kehidupan kita sekarang menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan, diantara dua visi yang sangat mengerikan : kenangan-kenangan yang sering timbul dalam ingatan dan kecemasan yang mendalam akan antisipasi masa depan. Kekhawatiran akan masa depan membuat kita menjadi gila, dan semua yang bisa diupayakan ilmu kesehatan modern adalah memberi obat-obatan yang berbahaya yang dirancang khusus untuk meredupkan baik daya ingat maupun antisipasi. Ini merupakan metoda yang mengerikan dan berbahaya, karena ketika seseorang kembali menjadi waras, rasa putus asa yang timbul menjadi lebih parah. Allah dalam kebijaksanaanNya meciptakan sel-sel otak tidak bisa diperbarui. Obat-obatan yang berbahaya itu membunuh sel-sel otak, dan sekali sel-sel otak kita mati mereka tidak akan pernah bisa tergantikan.

Karena tidak mungkin untuk mengubah masa lalu, maka kita harus sabar dalam menghadapi kenangan-kenangan menyakitkan dan tak seorangpun mampu mencapai tingkat kesabaran seperti itu tanpa menjadi orang yang beriman , dan bukan sekedar beriman di lidah saja tetapi menjadi seseorang yang berkeimanan mendalam. Kenangan-kenangan itu tetap akan menjadi kenangan (tidak bisa hilang), tapi keimanan bisa secara efektif menetralkan efek-efek menyakitkan yang ditimbulkannya . Seseorang yang telah larut dalam cinta Ilahi bisa merasakan dirinya membuat awal kehidupan yang baru dan meninggalkan kenangan pahit jauh dibelakang.

Ada sunah Nabi SAW: "tentang perbuatan (amal) seseorang, hanya yang dilakukan yang terakhir yang akan dihitung". Kita harus mengetahui bahwa langkah yang sungguh-sungguh penting dalam hidup kita hanyalah langkah terakhir yang kita ambil, apakah langkah itu di jalan yang benar atau jalan yang salah? Begitu banyak Auliya yang dahulunya adalah pendosa besar, dan setiap kesalahan yang kita buat adalah kesempatan kita untuk menjadikannya sesuatu yang berharga bagi diri kita, dan untuk menyadarkan kita akan kebutuhan untuk memperbaiki diri. Masa lalu telah kita tinggalkan. Hal itu sudah tutup buku, dan tidak perlu dibicarakan lagi. Yang penting adalah kemana arah tujuan kita. Walaupun kau merasa sudah di akhir hayatmu, jangan patah semangat dengan merasa apa yang telah kau lalui selama ini hanyalah kumpulan dari kesembronoan tindakanmu, tapi berusahalah agar langkah terakhirmu bernilai.

Penyebab lain depresi adalah keputusasaan. Kita, sebagai hamba dari Tuhan Yang Maha Agung, tidak punya hak untuk putus asa, tidak. Allah bisa mengubah segalanya dalam sekejap saja. Orang yang punya keimanan yang kuat tidak akan pernah ragu bahwa Tuhannya menghendaki kebaikan untuknya dalam kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang, dan dia akan bersabar dalam menjalani kemalangan/kesulita n, sambil mencari kemudahan sebagaimana yang dijanjikan Tuhan nya. Bagi orang yang tidak beriman, keputusasaan yang bukan kepalang akan menyertai ambisinya yang luar biasa besar, karena harapan mereka musnah dihantam waktu. Tetapi hati kaum beriman adalah seperti kapal yang berlayar selamat dalam mengarungi bahaya semacam itu, dengan Tuhan sebagai pembimbingnya, dan keyakinannya membimbing hatinya dalam mengarungi badai, hingga akhirnya mencapai tujuan – Samudra Rahmat yang tak bertepi.

Aku tahu bahwa perbuatan-perbuatan burukku merupakan tabir antara aku dan Tuhan ku, tapi aku percaya bahwa Samudra Rahmat Nya akan meliputi hatiku dan bahwa aku akan terbebas dari sifat-sifat burukku, dan akan dikaruniai kepribadian yang baru, yang sesuai untuk Samudra Rahmat Ilahi.


Di-post oleh Suntan Hidayat

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini