Perantaraan Wali Uways Qarani
Mawlana Shaykh Hisham Kabbani ar-Rabbani
Mercy Oceans, Secrets of the Heart
Dikutip dari www.mevlanasufi.blogspot.com
BismillahhirRohmannirRohim
Kita harus bergembira. Tak perlu bersedih. Allah telah menciptakan kamu. Jika Dia tidak menciptakanmu, kamu tidak akan pernah ada. Selalu bergembira dan puas terhadap kondisi yang Allah gariskan kepadamu. Jangan pernah berkeberatan, apapun yang kamu lihat dalam hidup ini. Jika kamu melihatnya dengan perspektif yang baik, kamu akan merasakan kebaikannya. Sebaliknya, jika kamu melihatnya dengan perspektif yang buruk,
kamu juga akan mendapatkan keburukan dalam dirimu.
Hari ini adalah hari kedua di bulan Rajab. Rasulullah saw bersabda, “Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku.” Beliau mengatakan, “Sya’ban adalah bulanku,” berarti Allah telah memberinya, salahiyya, kontrol terhadap seluruh umat manusia di bulan itu. Tidak ada malaikat yang dapat menulis sesuatu tentang kamu, tanpa bertanya kepada Rasulullah saw.
Sebagaimana Allah mencintai umat manusia dan menciptakan mereka dengan sempurna, begitu juga Rasulullah saw diciptakan oleh Allah swt dan diberikan kekuasaan itu terhadap seluruh umat ini untuk menjaga mereka agar tetap murni dan bersih. Oleh sebab itu Rasulullah saw memerintahkan seluruh wali di seluruh dunia selama 24 jam untuk membantu menolongnya dalam membersihkan dan menyeimbangkan kebaikan dan keburukan pada setiap orang.
Rahasia sufi bukanlah rahasia. Mereka hanya tampak rahasia bagi orang yang belum pernah mendengar sebelumnya. Kepada yang lainnya mereka sangat familiar sebab mereka selalu bersama Rasulullah saw, dan selalu mendapat pengetahuan tingkat tinggi dari hatinya.
Untuk setiap huruf dalam al-Qur’an, Allah swt telah memberi Rasulullah saw 12.000 Samudra Pengetahuan. Jangan berpikir bahwa, “alif” yang merupakan salah satu huruf dalam al-Qur’an hanya sebagai huruf tunggal, jika diulang maka itu dianggap sebagai huruf baru. Oleh sebab itu, setiap munculnya satu huruf alfabet dalam al-Qur’an terdapat 12.000 Samudra Pengetahuan bersamanya. Semua yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah saw kepada kita, yaitu berupa pengetahuan yang mengikuti perintah Allah swt bagaikan tetesan dalam samudra.
Allah menjaga apa yang tertinggal agar nanti hati manusia dapat menemukannya, dengan tubuh fisik ini kita tidak dapat mengetahuinya. Itulah sebabnya mengapa Sayyidina Abu Huraira ra tidak dapat menerangkan semua yang diberikan oleh Rasulullah saw kepada hatinya. Mengapa mereka akan memotong lehernya? Karena mereka cemburu.
Cendikiawan muslim, kristen, yahudi—cemburu terhadap surga. Mereka tidak ingin seluruh umat manusia memasukinya, hanya orang-orang dari golongan mereka saja yang berhak memasukinya. Allah berkata, tidak ada diskriminasi, seluruh umat manusia adalah hamba-Nya dan dengan demikian sama derajatnya—muslim, hindu, yahudi, kristen dan semua orang. Kita sebagai pengikut Rasulullah saw setuju dengan sabdanya, bahwa seluruh umat manusia adalah sama. Untuk mengilustrasikannnya, berikut ini ada cerita yang berasal dari Grandshaykh ‘Abdullah Faiz ad Daghestani q dan Shaykh Nazim al Haqqani q. Cerita ini termasuk salah satu rahasia yang tersembunyi, yang akan dibuka pada saat datangnya Imam Mahdi as dan Nabi ‘Isa as, Insya Allah.
Rasulullah saw memerintahkan Sayyidina ‘Umar ra dan Sayyidina ‘Ali ra, bahwa segera setelah beliau wafat, sebelum pemakaman dan setelah dishalatkan, jubahnya harus diserahkan kepada Sayyidina Uwais al-Qarani ra sebab dia harus memegang dan menjaga jubah tersebut. Rasulullah saw juga berkata kepada mereka untuk menyerahkan diri mereka sebagai amanat darinya. Mereka berdua keheranan, bagaimana mereka sebagai sahabat terbaik Rasulullah saw menyerahkan diri mereka kepada Uwais, dan siapa pula Uwais yang tidak pernah bertemu Rasulullah saw? Mengapa dia tidak pernah muncul? Karena ibunya berkata kepadanya, “Jangan tinggalkan aku sendiri, jangan pergi.” Jadi dia tidak pergi.
Setelah Rasulullah saw meninggal dunia, beliau sangat banyak mengeluarkan keringat. Jika kamu melihat orang meninggal kamu akan menyaksikan orang itu mengeluarkan banyak keringat, lebih banyak air keluar dari tubuhnya. Rasulullah saw paling banyak mengeluarkan keringat daripada seluruh orang di dunia ini. Siapa saja dapat dengan mudah memeras keringat dari jubah beliau, karena benar-benar basah dengan air.
Kemudian Sayyidina ‘Umar ra dan Sayyidina ‘Ali ra melepaskan jubah Rasulullah saw dan pergi ke kampung Uwais, tempat yang telah disebutkan oleh Rasulullah saw. Di sana mereka bertanya di mana Uwais al-Qarani ra, tetapi tidak ada seorang pun yang tahu di mana Uwais al-Qarani ra berada. Sayyidina ‘Umar ra mulai jengkel—bagaimana Rasulullah saw memerintahkan mereka untuk menemukan seorang yang tidak mungkin ditemukan? Sayyidina ‘Ali ra berkata, “Wahai ‘Umar, jangan ada keraguan di hatimu, tetapi tunggu dan bersabarlah. Mari kita lihat masalahnya dengan cermat. Jika Rasulullah saw berkata sesuatu itu ada, pastilah bakal ada dan kita akan menemukan Uwais, insya Allah.”
Setelah mereka bertanya lebih banyak lagi, mereka akhirnya menemukan Sayyidina Uwais al-Qarani ra sedang duduk di batu dengan tongkat di tangannya. Ibunya berada di sampingnya. Rupanya Uwais adalah seorang pengembala ternak. Sayyidina Umar ra bertanya, “Siapa namamu?” Dia menjawab, “’Abdullah (hamba Allah)” “Siapa nama keluargamu?” “’Abdullah”—“Aku juga ‘Abdullah” kata Sayyidina ‘Umar yang mulai bingung. “Siapa nama aslimu?” “’Abdullah adalah nama asliku.” Lalu Sayyidina ‘Umar ra menengok pada Sayyidina ‘Ali ra dan berkata, “Kita tidak menemukan orang yang cocok. Namanya ‘Abdullah, bagaimana Rasulullah saw berkata kepada kita bahwa kita dapat menemukan Uwais al-Qarani?” Sayyidina ‘Ali ra berkata kepada orang itu, “Wahai ‘Abdullah, aku menerima kenyataan kalau namamu adalah ‘Abdullah, tetapi bagaimana orang biasa memanggilmu?” Dia menjawab, “Uwais al-Qarani.”
Nama asli setiap orang adalah ‘Abdullah, hamba Allah. Kemana pun kamu pergi, setiap orang memiliki 7 nama dalam pelat-pelat yang dijaga keutuhannya, salah satunya adalah nama itu. Ini adalah nikmat Allah yang telah dijamin bagi semua orang, yaitu bahwa mereka adalah hamba Allah.
Sayyidina ‘Umar ra bergembira. Beberapa saat kemudian Sayyidina Uwais ra berkata, “Berikan amanat yang diberikan oleh Rasulullah saw kepadaku.” Bagaimana dia mengetahui bahwa Rasulullah saw mengirim jubahnya untuknya, padahal dia tidak pernah bertemu dengannya? Dia mengambil jubah itu dan meletakkan di atas kepalanya. Dia lalu melihat Sayyidina ‘Umar ra dan bertanya, “Apakah kamu tahu apa yang ada di jubah ini?” Sayyidina ‘Umar ra menjawab, “Tidak ada apa-apa.” Sayyidina Uwais al-Qarani ra menjawab, “Ini berisi rahasia seluruh umat manusia, dan Rasulullah memberikan tanggung jawab itu di pundakku.”
Allah swt telah menciptakan dunia ini dan tidak akan meninggalkannya. Dia mengirimkan utusan dan wali ke dunia ini untuk menjaga agar manusia tetap bersih dari dosa dan kesalahan. Allah tidak menciptakan kita untuk dibuang ke neraka. Dia menciptakan kita untuk ditempatkan di surga. Dia menciptakan kita karena Dia mencintai kita. Jangan berpikir bahwa Dia ingin menghukum manusia. Dia menciptakan kita dengan cinta dan kasih sayang yang lengkap. Bagaimana seorang ibu mencintai anaknya? Ini adalah sebuah tetesan dalam Samudra Cinta Allah. Dia akan membersihkan setiap orang dan menghukumnya sebelum dia meninggalkan dunia ini. Hal ini berjalan dengan mekanisme yang tidak kita ketahui.
Sayyidina ‘Umar ra bertanya, “Bagaimana rahmat bagi seluruh umat manusia berada di jubah ini?” Sayyidina Uwais ra menjawab, “Wahai ‘Umar pernahkah kamu melihat Rasulullah saw?” Dia menjawab, “Pertanyaan bodoh macam apa ini? Aku selalu bersamanya setiap hari.” “Lukiskan beliau kepadaku!”, kata Sayyidina Uwais ra. Lalu Sayyidina ‘Umar ra mulai menyebutkan ciri-ciri Rasulullah saw, mulai dari raut mukanya, warna matanya, dan seterusnya. “Orang lugu juga mengenal beliau seperti itu. Kamu tidak melihat Rasulullah saw yang sesungguhnya.
Bagaimana denganmu ‘Ali? Pernahkah kamu melihat Rasulullah saw?” tanya Sayyidina Uwais ra. “Aku melihatnya sekali. Beliau memanggilku dan berkata, Wahai ‘Ali lihatlah dari perutku ke atas, aku melihatnya dan menemukan bahwa segalanya sampai ke lehernya berada di bawah singgasana Allah, tetapi aku tidak dapat melihat lehernya. Dan beliau menyuruhku untuk melihat dari perut ke bawah, aku melihat dan menemukan bahwa lututnya mencapai bumi ketujuh, tetapi aku tidak dapat melihat kakinya. Lalu beliau menyuruhku untuk melihat seluruhnya, dan aku melihat segalanya telah lenyap kecuali Rasulullah saw. Beliau adalah segalanya.”
Ini berarti jika Sayyidina ‘Ali ra dapat melihat di mana leher Rasulullah saw, dia akan seperti Rasulullah saw. Tidak ada yang bisa menyamainya, karena itu adalah batas baginya. Sayyidina ‘Ali juga tidak bisa melihat lututnya, dan itu telah mencapai bumi ketujuh. Tidak ada yang tahu apa dan di mana bumi ketujuh itu. Ini adalah suatu rahasia. “Beliau adalah segalanya,” merujuk pada apa yang kita bicarakan [pada pertemuan] sebelumnya, sehubungan dengan peciptaan kita oleh Allah swt dengan 3 macam cahaya, yaitu: Cahaya Ilahi, Cahaya Rasulullah saw, dan Cahaya Adam as, dan berimplikasi dengan ayat al Qur’an yang menyebutkan penghormatan Allah terhadap umat manusia, (al Isra’ 70). Bagaimana Allah memuliakan umat manusia adalah suatu rahasia, tetapi dari rahasia itu kita dapat mengerti bahwa Allah telah memuliakan kita dengan
menciptakan kita dari ketiga cahaya tersebut.
Sayyidina Uwais ra berkata kepada Sayyidina ‘Ali ra, “Wahai ‘Ali, kamu melihat Rasulullah sekali.” Sayyidina ‘Ali membalas, “Pernahkah kamu melihat beliau?” “Secara fisik belum pernah, tetapi secara spiritual aku selalu bersamanya selama 24 jam.,” jawabnya. Sayyidina ‘Umar bertanya, “Lalu apa yang ada dalam jubah itu?” Dia berkata, “Dengarkan baik-baik! Jika aku harus duduk denganmu dan umatmu, mereka akan memotong leherku. Itulah sebabnya Rasulullah saw memerintahkan aku untuk menjauhimu dan bersembunyi. Jika aku bersamamu dan aku menceritakan semua rahasia ini, tak seorang pun akan menerima dan memahaminya. Tetapi suatu waktu nanti, pada saat akhir zaman seluruh rahasia ini akan dibongkar, yaitu pada saat kedatangan Imam Mahdi as dan Nabi ‘Isa as.”
Masa tersebut adalah sekarang, sebab seluruh tanda dan indikasi yang disebutkan oleh Rasulullah saw telah ada. Seluruh wali juga menyatakan hal yang sama, bahwa di abad ini Imam Mahdi as akan datang, begitu pula dengan Nabi ‘Isa as. Kita semua berada di akhir dunia ini. Tidak banyak waktu tersisa. Setiap orang akan lebih suka hidup dengan cara yang mereka suka, tetapi pada kenyataannya mereka akan menjalani hidup yang telah ditentukan oleh Allah swt.
Sayyidina Uwais ra berkata kepada Sayyidina Umar, “Wahai ‘Umar sebelum Rasulullah saw lahir, beliau sudah menyebut ‘umatku, umatku’ dalam rahim ibunya, ketika beliau lahir juga disebutkan ‘umatku, umatku’ dan demikian pula ketika beliau meninggal.” Rasulullah saw memohon kepada Allah, “Aku ingin menjadi perantara bagi umatku, Aku ingin menolong umat manusia, Aku ingin menjaga cahaya yang Engkau berikan kepada umat manusia tetap bersih dan murni. Aku membutuhkan kontrol dan kekuatan ini.” Ketika beliau wafat, Rasulullah saw menolak untuk wafat kecuali dengan 1 syarat, yaitu beliau harus bisa membawa seluruh dosa dan beban seluruh umat manusia tanpa kecuali. Dengan syarat tersebut beliau memohon kepada Allah, “Aku akan datang ke Kehadirat-Mu, kalau tidak aku akan tetap tinggal di sini.” Allah menjawab, Terserah padamu!”
Kemudian Rasulullah saw memanggil semua makhluk hidup, setiap orang dengan namanya masing-masing, baik yang masih hidup atau sudah meninggal atau bahkan yang belum lahir sampai Hari Pembalasan. Beliau memanggil setiap roh secara perorangan. Mereka datang ke kehadiratnya dan menerima beliau sebagai rasul dan mengucapkan syahadat di hadapannya, lalu bertaubat atas dosa-dosanya dan menyesali kesalahan mereka. Rasulullah saw tidak membiarkan seorang pun pergi tanpa mendapat pengampunan dari Allah swt. Dengan pengampunan dari Allah tersebut, beliau berkeringat dan setiap tetes keringatnya melambangkan satu roh manusia.
“Jubah itu berisi tetesan keringat, atau simbol, atau roh dari umat manusia yang menjadi beban di pundak Rasulullah saw. Beliau menyerahkannya kepadaku sebagai amanat untuk dijaga sampai waktunya nanti, di mana beliau akan ditanya tentang mereka. “ Jubah ini akan diteruskan lewat mata rantai emas dari satu wali ke wali berikutnya sampai masa kita, dan selanjutkan akan diserahkan kepada Imam Mahdi as ketika beliau muncul dan kemudian diserahkan kepada Nabi ‘Isa as pada saat
kemunculannya.
Sayyidina ‘Umar ra menangis dan berkata, “Orang lugu macam apa aku ini yang tidak mengetahui segala macam rahasia ketika beliau masih hidup? Apakah aku mempelajari sesuatu sekarang, setelah beliau wafat? Mengapa, Yaa ‘Ali, mengapa kamu tidak mengatakan kepadaku bahwa kamu melihat beliau dengan cara seperti itu? Aku akan mendatanginya dan menanyakan kepadanya ibadah seperti apa yang harus kulakukan agar aku bisa melihatnya seperti yang kamu lakukan.” Setelah kejadian itu Sayyidina ‘Umar ra menangis terus selama hidupnya.
Bulan Rajab ini tidak akan berakhir sampai setiap orang di dunia ini dibersihkan dari dosa-dosanya dan cahaya ditempatkan dalam hatinya. Kekuatan yang diberikan Allah swt kepada Rasulullah saw untuk membersihkan hati umat manusia juga diberikan kepada para wali. Wali-wali tersebut adalah pembantu bagi Rasulullah saw di bulan ini. Itulah sebabnya mereka sibuk di bulan Rajab. Mereka tidak berbicara kepada orang-orang. Mereka menutup pintu mereka dan duduk di ruangannya, tidak keluar, terus-menerus hanya memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan umat manusia.
Wa min Allah at taufiq
Tidak ada komentar:
Posting Komentar