Allahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aali Muhammadin wa sallim
Suhbat Syaikh Hisham
Jakarta, 145 Dzul Quidah 1422
Niat awal : nawaitu arba’in, nawaitu uzla, nawaitu khalwat, nawaitu I’tiqaf, nawaitu suluk, nawaitu riyadhoh.
Sebelum kita memulai hendaknya kita menyadari firman Allah dalam al Qur’an :"Ta’ati Allah, ta’ati Rasul Nya, dan ta’ati mereka yang memiliki otoritas atas kamu (ta’ati hukum di negerimu)."
Allah, Allah, Allah, Allah, Allah, Allah, Aziz Allah
Allah, Allah, Allah, Allah, Allah, Allah, Karim Allah
Allah, Allah, Allah, Allah, Allah, Allah, Subhan Allah
Allah, Allah, Allah, Allah, Allah, Allah, Sulthan Allah
Allah I. adalah Raja Di Raja. Tetapi bukan raja dunia. Bukan sulthan alam semesta ini. Jika kita mengatakan bahwa Allah I. adalah Raja Di Raja, dengan pengertian bahwa Dia adalah Raja dari Raja-Raja di dunia, itu adalah buruk, itu adalah syirk. Allah tak dapat dibandingkan dengan ciptaan Nya. Allah I. bebas (tidak tergantung) dari ciptaan Nya. (Sebaliknya) Ciptan Nya tergantung kepada Allah I.
Ada dua macam ilmu pengetahuan. Satu ilmu adalah seperti cahaya lampu ini. Kamu lihat itu adalah buram, tidak (terasa) menyinari. Ilmu jenis lainnya adalah seperti cahaya lampu sorot ini. Di hadapan cahaya lampu sorot ini, cahaya lampu biasa ini tidak ber-arti apa-apa. Kalau kamu padamkan (switch off) lampu sorot ini, kamu tidak melihat apa-apa di ruangan ini. Matikan ! Nah, apa yang terjadi ? Gelap ! Nyalakan ! Apa ada bedanya ? Cahaya lampu biasa itu adalah seperti orang yang belajar huruf (kitab). Ilmu seperti itu adalah untuk mereka yang memberi pelajaran di sekolah, dan kuliah di universitas. Karena mereka memberikan kuliah, namun mereka tidak praktek. Sehingga tidak terdapat cahaya dalam kuliah mereka. Ini adalah ilmu huruf (literatur).
Cahaya lampu sorot ini adalah seperti seseorang yang mengambil ilmunya dari sumber pencerahan (enlightentment) . Sumber energi. Sumber yang selalu memancarkan cahayanya. Seperti halnya matahari, yang tidak (bukan) memantulkan cahaya, tetapi adalah sumber cahaya. Allah I. menggambarkan matahari sebagai sumber cahaya. Dan bulan (rembulan) sebagai pemantul cahaya. Dan Allah menyebut hal ini di dalam al Qur’an. Bahwa rembulan hanya nur (light). Matahari (syam) adalah sumber cahaya. Dan terdapat banyak perbedaan diantara sumber cahaya dengan pantulan cahaya. Allah berfirman :"wa syamsi wa dh-dhuha" Matahari dengan sumber cahayanya, yang dapat menggerakkan manusia.
Bukan hanya dapat menyebabkan manusia melihat, tetapi juga memberi energi. Tanpa energi dari matahari tidak akan ada kehidupan, segala sesuatu akan mati. Allah I.telah memberikan kepada Nabi Nya, Sayyidina Muhammad r, sumber energi. Sebuah sumber cahaya, yang menjadi bersinar di alam semesta ini. Allah membuat Sayyidina Muhammad r mempunyai nama yang terdiri dari empat huruf : mim, ha, mim dal. Dan meletakkan nama Muhammad r berdampingan dengan nama Nya sebagai berikut :"la ilaha illa Allah, Muhammadu r-Rasul Allah".
Jika kita mengatakan bahwa Allah adalah Raja Di Raja, artinya Allah I. di dalam "la ilaha illa Allah" , bahwa itu adalah maqam Allah dalam tauhid : tidak ada Pencipta kecuali Aku. (Catatan Syaikh Hisam : janganlah mendengar saya, dengarlah siapa yang kini sedang bicara melalui mulut saya.) Keterangan ini tidak berasal dari kitab manapun. Ini adalah langsung dari qalbu Syaikh saya. Dan yang di dalam qalbunya berasal dari qalbu Grand Syaikh. Dan seterusnya sehingga unjungnya adalah qalbu Nabi Muhammad r Mereka, Aulia Allah, mengetahui bahwa kita (para murid) ini adalah lemah (spiritnya). Bahwa kita tidak dapat melakukan apa-apa yang mereka instruksikan untuk kita lakukan. Manusia bahagia dengan gula-gula. Kita adalah seperti anak-anak yang riang gembira jika diberi gula-gula. Anak-anak tidak akan bahagia dengan intan berlian.
Mereka tidak mengerti apakah ini berlian atau bukan. (Kalau diberi berlian) Mereka menukarnya dengan gula-gula. Tanpa mempertim bangkan hal itu kita menyukai atau tidak, para Aulia Allah memberi qalbu kita berlian. Tanpa mempertimbangkan apa saja amalan kita, tanpa mempertimbangkan apakah yang dikerjakan, tanpa mempertimbangkan kelemahan kita, tanpa mempertimbangkan apakah dosa-dosa kita, tetapi selama kita berada di dalam majelis seperti ini , mereka (para Aulia Allah) akan tetap membawa tajali Allah kedalam qalbu semua hadirin. Meskipun tidak semua dapat merasakannya.
Majelis seperti yang kita lakukan ini, adalah suatu pertemuan yang dihadiri oleh Aulia Allah. Mereka memperhatikan diri kita dari posisi mereka. Ilmu (yang diwakili sumber cahaya yang buram) tidak akan mengerti jenis pertemuan seperti ini. Ilmu seperti itu tidak akan melihat hadirnya Aulia Allah. Karena itu hanyalah ilmu yang mempelajari kata-kata (literatur), dan tidak mengerti apa yang ada dibalik kata-kata itu. Mereka yang mentalnya hanya melihat hal (issues) materialistik saja, tidak akan mengerti kebenaran yang dibawa oleh cahaya lampu sorot. Lampu sorot menyinari segenap kegelapan dan menjadikannya pantulan cahaya, yang memungkinkan kamu melihat apa saja di sekitarmu. Jadi ulama huruf tidak dapat mengerti adanya penemuan-penemuan (discovery). Ahli ilmu pengetahuan (scientist) tidak akan mengerti ilmu tanpa terjadinya penemuan (discovery). Bila terjadi penemuan, barulah dikatakan : "Nah inilah kebenaran itu !".
Mereka bertanya kepada Abdul Wahab Syahroni, seorang Ulama Besar, seorang Mesir, yang hidup sekitar 500 tahun yang lalu, dia adalah seorang ahli ilmu haqqiqat. Menguasai syariat dan haqqiqat. Mereka menanyakan sebuah pertanyaan :"Terangkan kepada kami apa itu ilmu dzahir dan apa itu ilmu bathin." Dia memandang yang bertanya, dan mengucapkan :"Subhan Allah, saya kira engkau ini adalah seorang ulama. Pertanyaan ini menunjukkan bahwa engkau tidak tahu apa-apa. Bagi kami pertanyaan yang kamu ajukan sebagai seorang ulama itu, tidak berarti apa-apa. Kamu bertanya tentang ilmu dzahir dan ilmu bathin. Itu tidaklah relevan. Bagi kami tidak ada ilmu bathin. Semua adalah nampak nyata. Karena kami memiliki lampu sorot , yang menunjukkan kepada kami kebenaran. Engkau memiliki lampu buram. Yang tidak memungkinkan engkau melihat di dalam kegelapan. Engkau tidak melihat apa yang nyata, tetapi bagi kami bahkan yang berada di belakang dinding ini adalah nyata, karena dapat kami lihat. Maka itu segala sesuatu adalah nyata kebenaran bagi kami, namun bagi engkau semua itu tidak nyata."
Jadi apa yang kamu tidak melihatnya, kamu pikir itu tidak ada. Jika ada seekor semut disini. Dia akan melihat dimana ada remah (sisa-sisa) nasi atau roti, tetapi kamu tidak melihatnya. Nasi dan roti tadi memang ada di sana, tetapi kamu tidak dapat melihatnya. Namun mata seekor semut dapat mengenalinya. Seekor burung elang dapat melihat (calon) mangsanya dari ketinggian di langit sana. Dia dapat mengenali di mana saja terdapat mangsanya itu, memburunya kesana serta menerkam untuk dibawa terbang lagi. Kami (para ulama haqqiqat) memiliki mata elang itu, yang menyebabkan kami dapat melihat apa yang tidak kamu lihat, mendengar apa yang tidak kamu dengar, mencium apa yang tidak kamu cium, merasakan apa yang tidak kamu rasakan. Kami dapat bergerak dimana kamu tidak. Dan itulah hadits Nabi Muhammad r :"Jika abdi Ku mendekat kepada Ku dengan melaksanakan ibadah sunnat, Aku akan mencintainya, maka Aku akan menjadi telinganya untuk dia mendengar, Aku akan menjadi matanya untuk dia melihat, Aku akan menjadi lidahnya untuk dia berbicara, Aku menjadi tangannya untuk dia meraba, dan Aku menjadi kakinya yang dapat digunakannya untuk berjalan."
Jadi ketika ahli ilmu pengetahuan merasa tidak berdaya, dan mereka tidak mampu menjelaskan sesuatu, maka mereka mengatakan bahwa seluruh ciptaan ini terbentuk setelah terjadinya Ledakan Akbar (Big Bang). Mereka mempunyai Teori : awal dari semua ini adalah terjadinya sebuah ledakan besar kosmik, dan segala sesuatu timbul dari satu ledakan besar itu. Katakan bahwa teori itu benar. Terjadi sebuah ledakan besar dan segala sesuatu keluar dari peristiwa itu. Dan kini kita tahu bahwa ruang alam semesta ini adalah dalam keadaan hampa. Dan dalam ruang hampa tidak ada daya graviti, tidak ada daya tolak juga. Sehingga ketika terjadi Ledakan Akbar, segalanya menjadi berkeping-keping. Kalau tidak ada daya yang menghentikan laju kepingan itu, mereka semua akan tetap meluncur tiada hentinya (secara radial).
Saya tidak akan membicarakan hal ini lebih jauh. Cukup sampai disini. Saya hanya ingin mengatakan, bahwa bagi seorang ahli ilmu pengetahuan, bila tidak ada penemuan (discovery), mereka tidak dapat melihat kebenaran. Tetapi bagi Aulia Allah, yang diberi mata oleh Allah yang dapat digunakan untuk melihat jauh lebih banyak dari pada yang dapat dilihat oleh para ahli ilmu pengetahuan. Lalu siapa yang menghentikan berlanjutnya proses itu tadi (berkeping-keping nya segala sesuatu setelah ledakan itu), sehingga kepingan-kepingan itu dapat berada ditempat yang pasti, antara satu dan lainnya seperti kita lihat sekarang ? Tanpa adanya kekuatan yang meredam akibat dari proses ledakan itu, alam semesta ini akan berantakan karena satu sama lain akan bertabrakan. Para ahli ilmu pengetahuan itu mengatakan bahwa terdapat milyaran bintang di semesta ini. Dan kesemua itu tidak saling bertabrakan.
Ini adalah satu galaxi. Kini mereka mendapati melalui Hubble Telescope bahwa di alam semesta ini terdapat milyaran galaxi., yang di dalamnya mengandung milyaran bintang-bintang, dan kesemuanya tidak bertabrakan. Dan semua itu ada di dalam kuasanya "la ilaha illa Allah".
‘La ilaha illa Allah, la syarika lahu’.
‘La ilaha illa Allah, adalah Sang Pencipta, tak diragukan lagi. Ciptaannya adalah di luar Sang Pencipta. Maqam Tauhid berada di luar ciptaannya. Segala sesuatu yang diciptakan berada di luar Sang Pencipta. Lalu siapa yang berada di luar Sang Pencipta ? Siapa yang berada di luar maqam tauhid ?
Muhammad Rasul Allah adalah yang berada di luar maqam tauhid, yaitu la ilah illa Allah. Jadi Muhammad Rasul Allah adalah simbul, adalah representatif dari ciptaan.
Dan segera setelah maqam tauhid ‘la ilah illa Allah’ muncullah Muhammad Rasul Allah, yaitu yang namannya terdiri dari empat huruf tadi itu. ‘La ilaha illa Allah, memiliki arti (maqam tauhid). Tetapi Muhammad (tanpa Rasul Allah) tidak memiliki makna. Tetapi Muhammad Rasul Allah, memiliki makna, yaitu yang berada di luar maqam tauhid tadi, yang merupakan simbul ciptaan. Dan Muhammad adalah Utusan bagi semua ciptaan ini, bukan hanya untuk ummat manusia saja, tetapi untuk alam semesta ini seluruhnya. Ada berapa dunia selain yang ini ? Itulah sebabnya Allah . memberinya nama Muhammad, dia yang selalu diberi shalawat dan selalu memuja Allah. Di tangan siapa (beradanya) kerajaan (mulk) ? Malik al Mulk, Allah. Pemilik Kerajaan adalah Allah, begitulah firman Allah dalam al Qur’an.
Segala sesuatu yang memiliki massa, memiliki struktur, adalah kepunyaan Allah. Segala sesuatu di alam semesta ini memiliki massa dan energi. Bahkan samapi ke benda terkecil pun, atom, juga memiliki massa dan energi. Seluruh elemen yang membentuk alam semesta ini, memiliki atom, yang ada massa dan energinya. Segala sesuatu di luar Sang Pencipta, memiliki massa dan energi (kehidupan). Setiap atom terdiri dari inti dan sesuatu yang mengelilinginya dengan arah berlawanan dengan jarum jam (?). Mereka selalu dalam keadaan tawaf, seperti kita tawaf mengelilingi Kabah dengan arah berlawanan arah jarum jam. Segala sesuatu dalam keadaan tawaf dan membuat dzikir kepada Allah .
Jika atom itu musnah, maka makhluq / ciptaan juga akan musnah. Dan segala sesuatu yang ada dan nampak di alam semesta ini, berada di bawah nama Muhammad r, karena dia adalah rahasia dan kebenaran dari seluruh ciptaan yang diciptakan Allah. Allah berfirman dalam al Qur’an : " Ketahuilah bahwa Muhammad berada dalam dirimu." Dalam bahasa Arab dunya adalah yang memiliki massa dan struktur. (Dalam bahasa Arab) Hayat adalah hidup (kehidupan). Dunya mewakili massa/struktur, dan hayat mewakili hidup (spirit). Dunya dan hayat datang dari rahasia atom Muhammad r
Itulah pula mengapa nama Muhammad terdiri atas empat huruf : mim, ha, mim dal. Bagian pertama mim & ha artinya : Muhammad r adalah Malik Hayat (Raja Kehidupan atau Spirit). Bagian kedua mim & dal artinya : Muhammad r adalah Malik Dunya (Raja Dunia atau Massa/Struktur) . Allah memberikan kepada Muhammad r dua keistimewaan, yaitu : Penguasa Dunia/Materi dan Penguasa Hidup/Spirit. Dan Allah . memiliki Muhammad r, karena Muhammad bergantung kepada Allah sebagaimana disimbulkan dalam penulisan : la ilaha illa Allah, Muhammad Rasul Allah (ditulisnya nama Muhammad mengikuti atau sesudah ditulisnya nama Allah). Kebenaran (tentang hal) ini cukup bagi kita untuk di dunia dan di akhirat. Rahasia ini baru saja datang dari para Syaikh kita saat ini, baru dibuka saat ini sekarang ini, belum pernah sebelum ini.
Setiap saat Allah memberikan ilmu kepada para Aulia Allah. Semoga taufiq Allah melimpah kepada kita semua dengan kehormatan terhadap Surat Faatihah.
Di-post oleh Erawan Yusron
Tidak ada komentar:
Posting Komentar