Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Sabtu, 05 November 2011

Rajab tara al-‘ajab (6)

Syaykh Muhammad Hisham Kabbani (q)
Sohbet, 22 September 2001
Dari www.mevlanasufi.blogspot.com


Bismillah hirRohman nirRohim

Kamu merencanakan sesuatu dan Allah merencanakan sesuatu yang lain pula. Hua Muqallib al-qulub, hua Allah, Hati manusia berada dalam genggaman Allah. Dia mengubahnya sesuai keinginan-Nya. Allah adalah al-Mudabbir, Dialah sang Perencana. Apa yang Allah rencanakan akan terjadi. Oleh sebab itu lakukanlah tahmid (alhamdulillah), tahlil (la ilaha illa-Allah) dan istighfar (astaghfirullah) sebanyak-banyaknya.

Apa yang akan terjadi sangat dahsyat sehingga para wali berusaha untuk menyembunyikan diri mereka di belakang (atau di bawah) tirai yang besar dan di tempat perlindungan. Naungan surgawi. Mereka bertanya-tanya hukuman macam apa yang akan dijatuh kan kepada dunia ini, disebabkan oleh ketidakpatuhan dan dosa-dosa serta tindakan dan prilaku yang buruk dari umat manusia. Tidak ada lagi adab, hormat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Korupsi di mana-mana. Muslim tidak mengetahui jati dirinya.

Muslim berusaha untuk mengikuti jejak menirukan apa yang disebut dengan peradaban. Dengan dalih peradaban itu muslim kehilangan identitasnya. Mereka menjadi (tenggelam) dalam dunia materialisme, tidak ada lagi cinta terhadap Tuhan mereka kecuali hanya di lidah saja. Tidak ada lagi hati nurani. Tidak ada cinta di hati mereka. Beberapa di antara mereka bertindak dengan perilaku yang buruk menjadi liar, membunuh orang-orang tak berdosa, di mana-mana.

Yang lainnya begitu kebingungan dengan pemahaman mereka akan Islam dan tiada lagi yang tersisa dari Islam bagi mereka kecuali dasi dan jaket atau janggut kecil seperti Iblis di bagian tengah dagu mereka, atau janggut tipis di seputar dagu naik dan turun dari tiap sisinya. Mereka lebih suka memakai topi lusuh di kepala dari pada meletakkan mahkota Islam, yang merupakan tanda keislaman, yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah saw, yaitu turban. Seolah-olah mereka tidak mewakili Islam.

Ketika kalian melihat mereka duduk di samping para pendeta Yahudi dan Kristen, yaitu rabbi dan pendeta, kalian lihat mereka mengenakan jubah yang lengkap. Tetapi Muslim tampak seperti yang kehilangan cahaya di raut mukanya, dari cara mereka berpakaian, dari cara mereka mewakili Islam di mata masyarakat. Jika Islam berada di tangan mereka maka Islam tidak berdosa.

Para wali menghindari pembalasan Allah sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Para wali berada di dalam kubahku.” Hadits ini merujuk kepada hari kiamat, ketika para wali berlari menuju kubah spiritual untuk melindungi diri mereka dan para pengikutnya. Bulan ini adalah Rajab dan para wali tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mereka hanya mengisi waktunya dengan shalat dan berdo’a memohon kepada Allah agar dimudahkan dan hukuman-Nya diringankan bagi umat manusia. Ramadhan, bulan yang penuh rahmat dan ibadah akan datang.

Cahaya yang timbul dari pembacaan (kalimat-kalimat dzikir) malam ini, terutama bila kita menyebut Rasulullah saw, berasal dari Haqiqat an-Nabi saw, hakikat dari Nabi Muhammad saw dalam Hadirat Ilahi, dari hati Nabi Muhammad saw yang dilukiskan sebagai Yaa Siin yang pada hakikatnya adalah Yaa dan Siin, yang merupakan jantungnya Al-Quran. Dari realitas itu maka terbukalah hati orang-orang yang berdzikir yang semuanya merupakan pengikut setia dari Sayyidina Muhammad saw.

Semoga Allah mengampuni kita dan menjaga kita tetap berada dalam rambu-rambu Islam dan Sunnah dan semoga Allah melindungi kita dan orang-orang yang tulus dari apa yang akan datang. Sebagaimana yang telah dilukiskan bahwa seorang anak berusia 7 tahun akan menjadi putih dari apa yang akan datang ke hadapan kita. Semoga Allah melindungi kita. Demi Rasulullah saw yang tercinta. Bihurmatil habib. Al- Fatiha

Wa min Allah at Tawfiq
wassalam, arief hamdani

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini