www.nurmuhammad.com
www.rabbani-sufi.blogspot.com
BismillahhirRohmannirRohim
Patuhi Allah, patuhi Rasul saw dan mereka yang mempunyai otoritas [QS 4:59]
Apakah makna sebenarnya dari hijrah atau migrasi? Apakah makna sebenarnya hanyalah pindah dari suatu kota ke kota lain atau antar negara atau mendapatkan kewarganegaraan yang baru? Itu adalah arti secara fisik: meninggalkan suatu tempat menuju tempat lain. Kini dunia telah menjadi sebuah kampung yang global. Pada praktiknya, kalian bisa berada di mana saja pada waktu yang sama. Di mana pun kalian berada -- di bulan, atau di gunung -- kalian bisa berhubungan dengan bagian mana pun dari dunia ini dengan menggunakan teknologi.
Bahkan kalian dapat menjalankan bisnis dari Puncak Himalaya jika kalian mempunyai sebuah komputer dan dapat terhubung lewat satelit. Dunia ini sudah menjadi sedemikian kecilnya sehingga orang berusaha mencari cara untuk memperluas wilayahnya. Itulah sebabnya mereka mencoba agar sampai di Mars karena mereka membayangkan bahwa mereka bisa pergi ke sana – bahkan hidup di sana. Bisa jadi itu adalah migrasi yang sebenarnya, karena siapa yang pergi ke sana, dia tidak pernah kembali. Migrasi berarti kalian meninggalkan suatu tempat tetapi tidak kembali. Jika kalian masih kembali, maka itu bukan migrasi yang sebenarnya.
Migrasi spiritual yang sebenarnya—hijrah- -adalah apa yang diberikan oleh Nabi saw kepada para sahabatnya. Itu adalah ajaran beliau. Ajaran beliau berisi pemahaman tertinggi mengenai migrasi, beliau mengajarkan kita prinsip-prinsip migrasi dalam kesempurnaan. Jika kita melaksanakannya, mematuhinya, mengalaminya dan bertingkah laku berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, kita akan mencapai migrasi yang sebenarnya yang sangat diidam-idamkan oleh setiap orang. Bukannya migrasi dari Bumi ke Mars, atau dari Bumi ke Bulan. Migrasi semacam itu masih dalam batasan dunia ini, karena “dunia ini” termasuk semua bintang yang dapat kalian lihat, planet dan galaksi-galaksi di luar angkasa. Apa yang diberikan Nabi saw kepada kita adalah migrasi karakter, dari korupsi menuju kemurnian, dari keburukan menuju keberkahan, dari kegelapan menuju cahaya. Beliau mengajarkan kita untuk memahami nilai-nilai moral, dan dengan mencapai kesempurnaan dalam karakter, kita dapat meraih ridha-ullah, kepuasan Allah terhadap diri kita.
Ketika kalian melakukan migrasi dari hasrat dan karakteristik yang buruk menuju perilaku dan karakteristik yang baik, ketika kalian meraih nilai-nilai moral terbaik, kalian akan meraih kekuatan dari kenaikan spiritual (mi’raj) dan realisasi diri. Pada saat itu ego kalian berdiri pada batas-batasnya, tidak melewati batas-batas moral dan perilaku. Pada saat itu keajaiban akan dibukakan bagi kalian. Namun ketika kalian telah mencapai level itu, jangan berpura-pura bahwa kekuatan itu atau penglihatan itu adalah milik kalian; pada realitasnya, itu berasal dari Tuhan. Pandanglah segala sesuatu kembali pada sumbernya, yaitu Nama dan Atribut Allah.
Pada saat itu, migrasi yang sebenarnya—level tertinggi dari suatu pemahaman—akan dibukakan bagi kalian melalui meditasi, muraqabah. Orang-orang sangat merindukan level ini dan mereka berusaha mencapainya dengan melakukan meditasi dengan berbagai macam cara yang mungkin. Beberapa orang berpikir bahwa mereka telah mencapai level tertinggi melalui meditasinya, karena mereka telah sampai pada apapun itu, yang mereka coba raih. Tetapi lebih dari itu masih banyak level yang lebih tinggi lagi untuk diraih.
Orang-orang mengatakan, “Kami bermeditasi,” tetapi pada apa mereka bermeditasi? Mereka berkata, “Kami berusaha untuk berhubungan dengan energi universal tertinggi, dengan kosmos. Kami berusaha untuk mencapai Hadirat Ilahi.”
Meditasi (muraqabah) bukanlah sesuatu yang kalian pegang. Dia seperti doa, suatu bentuk permohonan. Pada hakikatnya, meditasi tidak mempunyai struktur, tidak berbentuk. Meditasi adalah universal. Setiap orang berpikir; dan meditasi adalah suatu pemikiran. Dia tidak lebih dari suatu pemikiran. Bisa saja pikiran itu datang pada kalian, untuk menjadi seorang insinyur. Itulah meditasi. Mempelajari ilmu kedokteran adalah meditasi. Mempelajari ilmu tukang kayu adalah meditasi. Mempelajari filosofi adalah meditasi. Mempelajari spiritualitas juga adalah meditasi. Meditasi bukanlah sesuatu yang telah kalian dapatkan, tetapi lebih merupakan suatu jalan untuk memperoleh sesuatu. Ketika kalian telah mendapatkan apa yang kalian pikirkan, maka itu bukan lagi meditasi, itu hal lain. Meditasi hanyalah suatu jalan untuk meraih sesuatu, langkah demi langkah. Dia seperti sebuah tangga. Jika tangga itu hilang ketika kalian sedang naik (ke atap), kalian akan jatuh. Tetapi jika kalian sudah sampai di atap, tangga itu tidak dibutuhkan lagi, karena kalian sudah sampai pada tujuan kalian.
Itulah sebabnya mengapa Nabi saw bersabda, “Tafakarru sa`atin khayrun min `ibadati sabaiin sannah.” “Bermeditasi satu jam adalah lebih baik daripada 70 tahun beribadah.” Dia lebih efektif daripada ibadah yang biasa. Dia lebih cepat daripada ibadah semacam itu sebagaimana sebuah roket yang lebih cepat bila dibandingkan dengan sebuah mobil. Dengan demikian manfaat dari kecepatan satu jam akan sama dengan manfaat selama 70 tahun.
Lihatlah, betapa besar Nabi saw menekankan pentingnya meditasi, tetapi tetap saja itu hanya untuk meraih level tertentu. Ketika level itu telah diraih, tak perlu lagi meditasi semacam itu. Proses meditatif tidak lagi tepat disebut “meditasi” ketika objek dari meditasinya telah diraih. Orang mungkin akan keberatan dengan penggunaan kata itu. Meskipun demikian, itu adalah realitas dan dalam Al Quran dinyatakan, Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi mereka yang berpikir.
[QS 13:3]
Ketika kalian bermeditasi dan memutuskan untuk meninggalkan karakteristik buruk menuju karakteristik yang baik, maka meditasi menjadi seperti tangga yang kalian naiki menuju posisi yang lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Sebagaimana Allah berfirman, Alladziina jaahaduu fiina lanahdiyanahum subula.
Mereka yang telah berjuang (di jalan-jalan) Kami, Kami akan membimbing mereka dalam jalan-jalan Kami. Itu berarti (mereka dibimbing) kepada apa yang mereka rindukan [QS 29:69]
Nabi saw mengatakan kepada para sahabat, “Sekarang kita kembali dari jihad kecil menuju pada jihad yang lebih besar, jihad an-nafs.” Jihad yang lebih besar adalah jihad melawan ego. Mereka yang berjuang melawan ego adalah orang-orang yang terbimbing ke Jalan-Jalan Kami. Jihad ini adalah untuk menentang keinginan dengan jalan yang tidak disukai orang. Berjuang melawan ego artinya bahwa apapun yang diinginkan ego, lakukan sebaliknya.
Meditasi sendiri bukan suatu perjuangan melawan ego; dengan demikian bukan merupakan level tertinggi. Kenyataannya, melakukan meditasi membuat kalian merasa senang dan bisa saja membuat ego kalian bangga. Kalian bisa berkata, “Aku bermeditasi, aku mencapai sesuatu.” Ketika kalian berpikir dan berusaha mencari suatu pencapaian dan pahala, apa yang kalian lakukan bukan suatu bentuk meditasi yang murni terhadap Allah. Kalian masih meminta sesuatu sebagai balasan dari yang telah kalian lakukan. Awliya tidak pernah meminta balasan apapun dari ibadah mereka. Mereka mengerti bahwa Allah menciptakan mereka dan membawanya ke dunia ini dengan Kehendak-Nya. Apapun yang harus mereka lakukan, ke mana pun mereka dibawa, itu adalah atas Kehendak-Nya. Mereka tidak meminta balasan, bahkan meminta surga.
Sebaliknya, beberapa orang mengatakan, “Berikanlah kami Hadirat Ilahi.” Itu seperti bisnis atau dagang. Seolah-olah mereka berkata, “Berikan kami ini, kami akan memberimu itu.” Di level spiritualitas yang lebih tinggi itu tidak diterima. Dalam level spiritual yang lebih tinggi, kalian harus seperti daun kering yang terbang ditiup angin di musim gugur. Daun itu tidak berkata, “Mengapa engkau membawaku ke kanan.” Atau, “Mengapa engkau melemparku ke kiri.“ Daun itu seperti sebuah perahu layar di samudra, pergi ke mana pun angin membawanya. Jangan berpikir bahwa segala sesuatu akan berlangsung seperti apa yang kalian inginkan. Perahu layar di samudra bergerak sesuai dengan tiupan angin. Angin itu tidak berada dalam genggaman kalian, melainkan dalam genggaman Allah.
Jika ada sesuatu yang kalian cari dalam meditasi kalian, itu tidak akan pernah berakhir. Langkah-langkah pada suatu tangga meditasi adalah tidak terbatas. Namun demikian, bila kalian mengatakan, “Ya Allah, aku datang pada-Mu, tidak meminta apa-apa.” Maka meditasi akan berlangsung lebih singkat. Jadi katakan, “Apapun yang Engkau ingin lakukan terhadapku, lakukanlah wahai Tuhanku. Ad-diinu diin al-hubbi. Agamaku adalah agama cinta. Untuk mencintai-Mu, itulah agamaku. Engkau mengutus Rasul-Mu, nabi-Mu, Sayyidina Muhammad saw dan karena aku mencintai-Mu, aku mengikuti-Mu.”
Kini mereka sering mengatakan tentang “cinta tanpa syarat.” Cinta tanpa syarat adalah cinta yang universal. Jika kalian memilikinya, maka setiap orang adalah sama di mata kalian, seluruh umat manusia adalah sama. Allah menciptakan mereka sama. Kalian mempunyai telinga, mereka juga; kalian mempunyai mata, mereka juga; kalian mempunyai mulut, mereka juga. Mereka tidak berbeda. Mereka sama.
Allah memberikan tiga set titik kepada kita semua. Satu set atau kelompok mempunyai tujuh titik fokal yang harus kita kenal dan kita amati. Set yang lain mempunyai empat titik semacam itu. Set yang lain lagi mempunyai 9 titik. Empat, tujuh dan sembilan: angka-angka ini terhubung dengan aritmatika dasar dan komposisi utama dari tubuh kalian. Dengan mempelajari mereka, kalian akan memahami aritmatika itu dan kalian akan memahami komposisi itu. Jika kita menjaga kelompok empat, tujuh dan sembilan tetap bersih, barulah kita mencapai sesuatu.
Kelompok pertama meliputi empat titik yang dinamakan titik “Rahasia”, “Rahasia dari Rahasia”, “Tersembunyi”, dan “Paling Tersembunyi.” Keempat level itu ditemukan dalam misteri hati.
Keempat titik yang lain telah diberikan kepada kita, sebagaimana Nabi saw bersabda, “Hamba-Ku terus mendekati-Ku melalui ibadah-ibadah sunnah sampai Aku mencintainya. Dan ketika Aku mencintainya, Aku akan menjadi telinganya yang dengannya dia dapat mendengar, matanya yang dengannya dia dapat melihat...” Jadi, kedua telinga dan kedua mata itulah yang menjadi keempat titik itu.
Selanjutnya, Dia berkata bahwa, “Aku akan menjadi lidahnya yang dengannya dia dapat bicara, menjadi tangannya yang dengannya dia dapat bertindak dan menjadi kakinya yang dengannya dia dapat berjalan.” [hadis riwayat Bukhari]
Di sini ada tiga titik tambahan dan menjadikan semuanya tujuh. Ketujuh titik ini sangat penting bagi kita. Urutan dari tindakan-tindakan yang disebutkan di atas juga penting. Tindakan terakhir dalam urutan ini adalah berjalan, sementara kalian memulainya dengan telinga, mata, lidah dan tangan. Ketika kalian mengembangkan penglihatan dan pendengaran kalian, ketika kalian mampu mendengar dan melihat apa yang tidak dapat dilihat dan didengar orang, maka kalian akan menerima bimbingan. Barulah kalian dapat berbicara. Barulah kalian akan diberikan kekuatan tangan, mengubah apapun yang kalian inginkan di dunia ini, sebagaimana Nabi saw bersabda,
“Siapa pun yang melihat sesuatu yang salah, sepatutnya berusaha mengubah dengan tangannya.” [diriwayatkan dengan beberapa narasi yang serupa dalam Muslim, Ahmad, Tirmidhi, Abu Dawud dan Ibnu Majah. Hadis itu dilanjutkan dengan kalimat, “dan jika ia tidak sanggup, maka dengan lidahnya, dan jika ia tidak sanggup melakukannya, maka dilakukan dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.”]
Salah satu perbuatan yang dapat kalian lakukan dengan tangan adalah menandatangani sesuatu. Menandatangani selembar kertas mempunyai kepentingan di dunia ini. Ketika kalian menandatangani Perjanjian Ilahiah maka segala sesuatu akan berubah dan kalian akan berjalan di Jalan yang Lurus--sirath al-mustaqiim.
Kesembilan titik diwakili oleh Enneagram. Kita harus mengaktifkan titik-titik ini untuk meraih level meditasi yang lebih tinggi.
Allah memerintahkan kita sebagai Muslim untuk berwudu terlebih dahulu. Dalam wudu, hal pertama yang kita lakukan adalah mengambil air ke dalam tangan kita dan membasuhnya. Kita membasuh tangan dan melewatkan jemari kita di antara satu sama lain. Jika kalian melihat tangan kalian, kalian akan melihat angka 18 tertulis dalam huruf Arab pada tangan kanan dan pada tangan kiri terdapat angka 81. Bila digabung, jumlahnya adalah 99.
Itu merupakan 99 Nama-Nama Allah yang Indah. Dengan membasuh dan menggosok tangan kalian, kalian baru saja mengaktifkan energi di kedua tangan kalian, dengan memasuki Kode Ilahiah. Dalam numerologi, 18 dan 81 masing-masing akan kembali ke angka 9. Sembilan ditambah sembilan adalah 18, dan ini juga akan kembali ke angka 9. Setelah 9, angka 0 baru diperkenalkan. Titik ketiadaan berada pada titik tengah dari
Enneagram, di mana migrasi yang sebenarnya terjadi.
Wa min Allah at-tawfiq bi hurmat al-Fatiha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar