Saya sedang sedikit terkesima pada sesuatu. Lalu merenungi sesuatu itu sejenak di sudut ruangan saya, sekarang kawan. Ini soal ruang dan waktu yang terasa melompat-lompat menghampiri saya. Ruang dan waktu yang kadang datang dan pergi seperti menampar wajah saya, anda, kita semua.
Coba anda sedikit telisik keberadaan ruang dan waktu milik anda. Bukankah ia kadang melompat-lompat. Kadang dengan irama lembut menggoda. Kadang dengan irama menghentak yang riang. Kadang pula iramanya keras mengagetkan. Hal yang kadang membuat kita terkesima.
Kemarin, esok atau lusa kita berada di suatu tempat. Bahkan dalam sehari kita berada di tiga tempat berbeda. Terbangun di tempat tidur, mandi, lalu terbang ke suatu tempat. sarapan disana. Makan siang di tempat lain lagi, dan malam hari yang larut tiba lagi di tempat asal kita. Begitulah lompatan ruang dan waktu yang kadang menyapa kita.
Dan, lebih dari itu, kadang rasanya jauh melintasi ruang dan waktu yang sebenarnya. Seperti gejala dejavu. He, ada saat dimana saya tiba-tiba merasa sedang berada di kastil tua mengenakan gaun indah dan anggun, dengan sedikit kerut di kening. Menjelma menjadi Marrie Antoinnete nan jelita dan penuh gelora, atau menjadi si Atuzah di gubuk reotnya. Kadang berdejavu sedang mengenakaan jubah tua Madam Teresa bersama-sama anak-anak miskin di Calcuta. Kadang rasanya sedang di podium berbicara dengan berapi-api penuh semangat, menjadi Winnie Nelson Mandela.
Tidak saya pahami penjelasan ilmiahnya. Meski teori tentang ini seabrek, saya lebih suka merenunginya dengan versi saya sendiri. Barangkali energi yang terkirim dari semangat perempuan-perempuan itu, yang tertuang dalam buku-buku tentang mereka, tidak sengaja menghampiri saya. Pikiran seperti gelombang energi yang dikirimkan kepada semesta, dan akan memantul kembali ke alam ini, menghampiri kita. Ya, ruang dan waktu milik kita berputar dan berpendar mengirimkan energinya.
Apapun itu, mari lanjutkan aktivitas kita. Kita dengan lompatan ruang dan waktu milik kita. Mari pendarkan energi positif kita, meski hanya sedikit saja. Mudah-mudahan energi positif itu akan memantul kembali pada kita, memberi sedikit warna pada semesta ini, dan bermanfaat pada dunia. Mari, menyambut pelantikan SBY-Budiono, lanjutkan pikiran dan prilaku posisitf kita. Kita adalah apa yang kita pikirkan. Mari sambut dunia kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar