Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Minggu, 26 September 2010

Dua Cara Kaya : Ke Luar vs Ke Dalam

Baru saja dapat buku dari seorang kawan. Agak bingung bacanya, soalnya bahasa German, duh *ga maju-maju ni bahasa German saya…*. Judul pesannya itu “Zwei Wege zum Reichtum zu schaffen. Welches ist die richtige für Sie?”
Setelah berpusing-pusing dengan kamus, akhirnya saya suka bukunya ini, yang berjudulkan “dua cara membuat kaya, mana yang tepat bagi anda?”. didalam buku ini menceritakan “cara-cara baru menciptakan kekayaan” , saya suka kata menciptakan daripada mencari , karena denggan menciptakan sepertinya selalu diberi jalan.
Semua orang pastinya diakui atau tidak. mempunyai angan-angan seperti saya atau sembunyi-sembunyi dalam hati,  ingin menjadi orang kaya. Kecuali mereka yang telah mencoba beberapa kali agar kaya dan gagal. Orang ini biasanya diam-diam angkat tangan, menyerah. “Saya tak mungkin kaya,” begitu mungkin katanya membuktikan pikirannya selama ini bahwa memang dia tidak mungkin kaya.
teman-teman pembaca, kita selama ini tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah “kekuatan pikiran” untuk menarik lebih banyak apapun yang kita inginkan, dan mengurangi apa yang kita tidak suka.  Tapi pernah kah kita menyadari bahwa dengan hanya ‘tahu’ apa yang kita inginkan tidak serta merta akan membawa kepada hasil yang kita inginkan. Kita tahu bahwa untuk mendapat Uang kita harus ‘bekerja’. Untuk mendapat uang lebih banyak harus ‘bekerja’ lebih keras. Agar lebih banyak dan cepat harus ‘bekerja’ lebih cerdas.
Tapi apakah cukup dengan hanya sekedar ‘tahu’? Seringkali apa yang kita ‘tahu’ itu dipatahkan oleh sesuatu yang ‘di luar’ kita. Kita tahu untuk mendapat uang kita harus kerja. TAPI,”Saya tak punya ijazah sarjana untuk melamar kerja,” “Saya tak bisa mengerjakan itu, saya belum pernah,”. Atau, “Orang-orang tidak mempercayai saya untuk mengerjakan proyek itu,” “Ibu saya bilang saya tak punya bakat di bidang itu.” “Apa kata orang kalau saya berbisnis di MLM?”
seringkali yang mengatur kita adalah sesuatu yang ‘dari luar’. Contohnya, pegawai kantoran adalah pekerja yang sangat tergantung dengan kondisi luar. Apapun kondisi yang terjadi di luar pasti berpengaruh ke dalam pekerja itu. Krisis lah, atasan dan rekan kerja sentimen lah, apapun itu.
Nah, yang kedua adalah pekerja/pebisnis yang berusaha memantapkan ‘dunia dalam’nya untuk mempengaruhi dunia luar. Maksudnya adalah, memperbaiki mindset, keyakinan, visi, ambisi, action plan, manajemen.  Apapun yang terjadi dengan ‘dunia luar’ tak akan terlalu berpengaruh, karena alurnya adalah dari ‘dalam ke luar’. Dia yang mempengaruhi, bukan dipengaruhi.
Bagian ini mungkin agak tricky: Apapun yang Anda inginkan dapat terwujud. Prasyaratnya: dunia dalam anda sudah mapan dengan keyakinan tersebut. Jika belum, berusahalah terus untuk membangun dunia dalam yang lebih positif. Nah, sekarang silakan pilih yang mana lebih cocok. Tergantung dengan dunia luar agar kaya, atau menciptkan sendiri keinginanan Anda untuk kaya?

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini