Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Sabtu, 04 Desember 2010

"Pertarungan" antara LoA dan LoU

LoA, atau Law of Attraction, atau Hukum Ketertarikan, adalah sebuah prinsip yang berlaku di alam semesta. Prinsip ini menyatakan bahwa apapun yang terjadi di sekitar kita adalah akibat dari apapun yang pernah dan sedang kita pikirkan dan kita rasakan. Semakin fokus kita terhadap suatu kejadian atau benda, maka semakin terjadilah apa yang kita fokuskan tersebut.

Namun demikian, tidak semua yang Anda fokuskan akan menjadi milik Anda, kecuali Anda telah memenuhi syarat-syaratnya, alias ada teknik-tekniknya. Tekniknya adalah, apapun yang Anda fokuskan, maka titik berikutnya adalah, Anda harus berhasil terbebas dari keterikatan ego akan “produk” yang Anda fokuskan tersebut, alias Anda berhasil tetap “plong” bahagia walau Anda paham bahwa Anda masih belum memiliki produk tersebut. Jika Anda melakukan hal itu maka Anda akan mendapatkan apa yang Anda fokuskan.

Berikut ini adalah contoh prosedur dari konsep LoA.

Jika Anda menginginkan HP merek X, maka fokuskan pikiran dan perasaan Anda kepada HP merek X tersebut, bayangkanlah Anda sedang menggunakannya, bayangkanlah rasa bahagia yang hadir ketika Anda sedang menggunakan HP merek X tersebut, lalu lepaskanlah kehendak Anda akan keinginan Anda untuk memiliki HP X tersebut. Atau, dengan kata lain hadirkanlah perasaan Plong bahwa Anda tetap merasa bahagia, baik Anda memiliki HP merek X tersebut ataukah Anda tidak memilikinya.

Dan jika Anda berhasil mengeplongkan diri Anda dari keberadaan HP merek X tersebut, maka HP merek X tersebut akan tertarik dalam kehidupan Anda, dan berikutnya ia akan menjadi milik Anda. Hal ini terjadi, karena sesuatu yang terlihat (fisik) berawal dari sesuatu yang tak terlihat (metafisik). Fisiknya adalah HP merek X, sedangkan Metafisiknya adalah “Perasaan bahagia memiliki HP merek X”. Dengan demikian, sebelum secara fisik HP X itu hadir, maka harus dihadirkan terlebih dahulu secara metafisiknya. Begitulah kira-kira prinsip dari LoA, Law of Attraction. Dahsyat bukan?

Nah, so, lalu, apa yang kurang pas dari prinsip LoA ini?

Baik saya akan coba jelaskan sedikit. Secara PROSEDUR tidak ada yang salah, tapi secara PRINSIP bisa sangat salah, dan bisa menjerumuskan pelakunya ke dalam perilaku syirik. Sama dengan jika Anda sakit kepala, lalu Anda makan obat PARATEX misalnya, lalu Anda sembuh. Maka, secara PROSEDUR tidak ada yang salah dengan apa yang Anda lakukan, tapi secara PRINSIP, jika Anda memiliki keyakinan bahwa PARATEX ini telah menyembuhkan sakit kepala Anda, maka hal itu dekat dengan perbuatan syirik.

Itu baru kasus pada Paratex, yang mana Paratex itu adalah benda yang terlihat, sedangkan LoA itu benda yang Ghoib. Maka Anda bisa bayangkan betapa rentannya seorang pelaku LoA untuk menjadi syirik, walaupun tidak selalu demikian. Terlebih lagi pada prakteknya, dikesungguhannya, dalam konsep LoA yang asli, tidak perlu menghadirkan TUHAN agar konsep LoA ini bekerja. Bagi pengonsepnya, LoA adalah hubungan harmonis antara Manusia dengan Alam Semesta, bukan antara Manusia dengan Tuhannya Alam Semesta.

Dan akhirnya, tidak sedikit pelaku LoA, yang padahal Muslim, ia tidak lagi Sholat, ia tidak lagi ta’at terhadap syariat, sebab tanpa Sholat pun ia sudah bisa hidup dengan tenang bahagia, dan mendapatkan keberlimpahan di dunia ini. Begitulah, efek psikologis yang bisa timbul dari menggunakan LoA ini secara istiqomah. Ya, jika Anda SELALU SUKSES menggunakan LoA dalam hidup Anda, maka pikiran bawah sadar Anda akan berpeluang mengatakan “Wah, ternyata tanpa campur tangan Tuhan, saya bisa sukses. Yang penting adalah kekuatan pikiran dan kekuatan perasaan.”

Nah, berikutnya, yang menjadi tidak pas adalah ketika beberapa orang di Indonesia menyamakan konsep LoA ini dengan konsep KEIKHLASAN. Secara prosedur memang mirip, tapi secara prinsip JAUH BERBEDA. Silakan baca tulisan saya tentang “Ikhlas yang Tidak Ikhlas” di http://cahaya-semesta.com .

Akhirnya, berdasarkan keresahan yang saya rasakan, saya coba mencari-cari, apa sih sebenarnya Konsep yang lebih hakiki dari LoA, sebuah konsep kesuksesan yang tidak berpotensi kepada perilaku syirik. Hmm.. akhirnya saya temukan sebuah konsep klasik yang ada di dalam Al-Quran, yang saya rumuskan dengan istilah LoU, yaitu Law of Unpredictable, atau Hukum Tak Terduga.

Sebelumnya, mari kita simak Firman ALLAH dalam Q.S. 65 : 2-3. “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar (solusi), dan memberinya rezki dari arah yang tidak diduganya . Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”

So, bagi orang yang bertaqwa yang dominan berlaku adalah LoU bukan LoA. Walaupun tentu saja LoA pun bisa juga berlaku bagi orang-orang yang bertaqwa, tapi tidak secara terus menerus. Ayat di atas jelas sekali menyampaikan bahwa jika Anda bertaqwa pasti Anda akan diberikan solusi-solusi untuk kehidupan Anda, dan Anda akan diberikanNya rizki dari arah yang tak terduga. Inilah yang saya maksud dengan konsep LoU, Law of Unpredictable, Hukum Tak Terduga.

Misalkan, Anda menginginkan yang itu, eh malah Anda diberikan olehNya yang ini, tapi mungkin juga Anda mendapatkan yang itu sesuai dengan keinginan Anda. Yup, artinya Allah paham betul apa yang terbaik untuk Anda. Bahkan ketika suatu saat Anda tidak menginginkan ABC misalnya, tapi Allah bisa saja secara tiba-tiba menghadirkan ABC itu dalam kehidupan Anda. Padahal Anda tidak pernah memikirkannya dan tidak pernah pula merasakannya. Subhanallah, sungguh tak terduga.

Berikut adalah contoh pemberlakuan prosedur dari LoU.

Jika Anda menginginkan HP merek X, maka ingatlah Allah dimana pun Anda berada, dan yakinilah bahwa segala sesuatu itu bukanlah milik Anda, sebab semua adalah milik Allah semata. Lalu Anda berdoa kepada Allah, “Ya Allah, sekiranya HP X ini baik untukku dan baik pula untuk agamaku, maka berikanlah kemudahan kepadaku untuk mendapatkannya, tapi jika tidak, maka aku berserah penuh kepadaMu agar engkau memberikan yang terbaik untukku dan untuk agamaku”.

Lalu tenangkanlah diri Anda, dan bersikap IKHLASLAH. Tidak peduli apakah Anda memiliki HP itu ataupun tidak, maka Anda tetap berbahagia bersama ALLAH SWT. Lalu jalani hidup Anda seperti biasa, sebaik mungkin, ahsanu amalan, dan tetaplah beribadah dengan khusyu padaNya, tanpa terus membayang-bayangkan HP merek X itu.

Dan jika beberapa saat setelah itu, Allah memberikan apa yang Anda minta, yakni HP X tersebut, maka bersyukurlah, tapi don’t be extreme. Kata anak muda sekarang, “ga perlu lebay” dengan mengatakan , “waw..dahsyat.. akhirnya HP ini kumiliki juga... makasih ya Allah..makasih....”. Coba perhatikan emosi Anda ketika Anda extrim seperti itu, yang mana walaupun Anda mengatakan “terimakasih ya Allah”, tapi Allah sangat paham, hati Anda sesungguhnya sedang bahagia karena HP X itu atau karena kasih sayangNya.... dan itu hanya Anda dan Allah yang mengetahui.

Tapi, jika ternyata Allah menghadirkan HP merek Y yang mutunya dibawah HP X, maka tetaplah berbahagia. Sebab Anda yakin Allah pasti tengah memberikan yang terbaik untuk Anda. Begitupun jika Allah menghadirkan HP merek W yang mana justru kualitasnya jauh di atas HP merek X, maka tetaplah berbahagia sewajarnya, tidak perlu berlebihan. Sebab sekali lagi, kebahagiaan Anda bukanlah karena hadir atau tidak hadirnya HP X itu, tapi karena Hadirnya Allah di dalam hati Anda...

“... Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia sangat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia sangat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Q.S. 2 : 216).

Ya, begitulah kira-kira prinsip dari LoU... yang cukup berbeda dengan LoA. Konsep LoA bisa digunakan oleh siapa saja, sedangkan konsep LoU hanya bisa digunakan oleh orang-orang yang bertuhan kepada Tuhan yang benar...Dan akhirnya, Anda pun boleh memilih mana konsep yang lebih Anda sukai, LoA atau LoU?

“Maka tatkala mereka melupakan PERINGATAN yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun memBUKAkan semua pintu-pintu KESENANGAN untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong. Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (Q.S. Al-An’am 44)”

Wallahu alam bish-showab

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini