Sudahkah Engkau menikah? Kataku, MeNikAh itu “Me mang Nik mat Ah !” Ya, menikah itu pun memilih. Pria siap ditolak dengan "Tidak" atau "Tindak". Wanita siap berkata tidak atau tetap tunduk pada Tindakan pria atau apa kata Papa dan Mama. Bagaimana pun prosesnya, yang telah lalu biarlah berlalu. Tapi kuhargai pilihanmu; yang dulu, yang kini, yang akan. Walau mungkin, kau dulu menikahinya bersama ragu, dan bahkan bagi sebagianmu yang sampai saat ini masih ragu, maka coba tanamkan keyakinanmu. Tanamkan saja dengan senyum terbaikmu. Mudah. Alhamdulillah.
Jangan menunggu bahagia baru engkau tersenyum, tapi tersenyumlah sebaik upaya, maka insya Allah kebahagiaan akan segera bersamamu. Bahagia itu bukan dari sana, tapi dari sini. Bukan dari harta, tapi dari hati. Bukan dari mata, tapi dari penglihatan nurani.
Sugestikan dirimu, setiap kenikmatan bangun pagi dianugerahkan kepadamu. “Ya Allah terimakasih, dia adalah pasangan terbaik yang Engkau hadirkan untukku!” Bersyukurlah dengan pilihanmu, maka kenikmatan hidupmu akan menjulang. Tak usah mengeluh, kalaulah bersyukur itu jauh lebih ampuh.
Begitu pun, jangan menunggu sukses baru engkau bersyukur, tapi bersyukurlah sebaik upaya, maka insya Allah kesuksesan akan segera bersamamu. Sukses itu bukan dari sana, tapi dari sini. Bukan dari harta, tapi dari hati. Bukan dari mata, tapi dari penglihatan nurani. La insyakartum La aziidannakum. Kalau engkau bersyukur maka Allah berjanji akan menambahkan nikmat-Nya untukmu. Bilakah Allah tak menepati janji-janji-Nya? Bersyuklurlah.
Jadi, mulai hari ini, pilihlah jangan meragu. Pilihlah jangan terus menunggu. Menunggu keyakinan yang enggan hadir dikarenakan engkau pun belum siap menyambutnya. Sambutlah keyakinanmu dengan ceria, dan pilihlah segera, sekarang juga. Cukup satu detik untuk yakin, bisa pula sepuluh tahun untuk menjadi yakin. Itu terserahmu. Keberanianmu. Yang jelas, Memilih pun harus yakin. Setidaknya engkau YAKIN bahwa memilih jauh lebih meyakinkan dari pada berdiam diri, meragu.
Kemudian, ingatlah – sekali lagi dan selalu - bahwa memilih pun harus diiringi kekuatan syukur. Tiada lebihnya jika kau memilih lalu mengeluh semisal : “Benar dugaanku, ini adalah pilihan yang salah!”. Sebab jika kau meyakini pilihanmu sebuah kesalahan, maka kau akan mendapatkan berbagai kesalahan lainnya dalam hidupmu, sebab di fana ini, kita digerakkan oleh apa yang kita yakini adanya.
Taruhlah, walaupun di kasat mata pilihan itu ternyata salah, tapi jiwamu tetap saja boleh tersenyum, sebab kau telah banyak belajar dari kesalahanmu, dan kau tetap bersyukur dengan pilihanmu. Mari berumpama : Mungkin saja kalau pilihanmu saat itu “tepat” dalam pandanganmu, maka boleh jadi sekarang kau sudah terjerumus dalam jiwa jumawa, super istidroj – dosa-dosa yang tak terasa dosa, seperti sedang dicintai-Nya, padahal Dia sedang menghukummu dengan kesenangan semu. Dan itu tentu saja jauh lebih fatal dan vital.
Sahabatku, selama engkau yakin bahwa Allah menawarkan yang terbaik dan memberikan yang terbaik, maka engkau akan mendapatkan yang terbaik. “Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku”, begitulah firmannya dalam sebuah hadist Qudsi.
Ya, seberat apapun liku menuju keterbaikan itu. Lakukan saja liku itu. Pastinya, dibalik liku ada laku, dibalik pilu ada pahala, dibalik serat ada sehat, dibalik pelik ada pelak, dibalik kelam ada kalam, dibalik frustasi ada prestasi, dibalik sukar ada sekar, dibalik duri ada dara. “Pokoknya” bersama kesulitan itu ada kemudahan. Filter kita adalah, fokuslah pada kemudahannya, insya Allah hidup kita akan dimudahkan-Nya. Mudah, Furqon, Otomatis!
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, Maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. {TERJEMAHAN DATA SUCI Q.S. Al-A’raaf (7) : 201}
Wallahu alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar