Engkau niatkan menempuh seratus perjalanan:
Dia menarikmu ke tempat lain.
Ditariknya tali-kekang kuda ke berbagai arah
agar kuda yang belum terlatih menyadari
kehadiran penunggang.
Kuda yang terlatih pesat larinya,
karena dia tahu ada penunggang di atas punggungnya.
Dia paterikan kepada hatimu seratus niat bulat;
lalu Dia mengecewakanmu;
lalu Dia meremukkan hatimu.
Jika hanya sekali sayapmu dihancurkan,
kehadiran Sang Penghancur sayap hanya
sayup-sayup engkau tengarai.
Tetapi karena Dia secara teratur memutuskan
jaring-jaring rencanamu, maka tata-aturan
Rabb bagimu akan jelas terbukti.
Dalam berbagai peristiwa,
terkadang keinginan dan tujuanmu tercapai.
Agar melalui harapan tercapainya tujuanmu,
hatimu dapat membangun sebuah niat;
sehingga lalu Dia dapat menghancurkan niatmu.
Sebab, jika engkau selalu gagal, hatimu
akan berputus-asa: lalu hatimu itu tidak mampu
ditanami benih pengharapan.
Hatimu perlu subur bertabur benih pengharapan;
sebab jika ia gersang, tidak akan tampak jelas baginya
bagaimana ia tunduk kepada Kehendak Ilahiah.
Dengan kegagalan demi kegagalan mencapai
keberhasilan, para pecinta dibuat sadar
akan kehadiran Rabb mereka.
Kegagalan adalah petunjuk ke al-Jannah,
wahai semua yang tulus, ingatlah Hadits ini:
"Al-Jannah itu dikelilingi penderitaan."
Jelaslah, sementara semua keinginanmu gagal,
maka semua kehendak Sang Kekasih terpenuhi.
Karena itu semua yang mengabdi akan direndahkan
di hadapan-Nya; akan tetapi semua kerendahan itu
tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan kerendahan
yang dialami mereka yang mencintai-Nya. [1]
Sementara sangat masuk akal jika mereka yang bernalar
direndahkan di hadapan-Nya; para pecinta juga direndahkan:
seratus kali lipat.
Mereka yang bernalar diseret-Nya bagaikan budak
yang terikat kepadanya; sementara para pecinta
melekat kepada-Nya bagaikan rasa-manis
melekat kepada gula-gula.
"Datanglah dengan terpaksa," adalah seruan kepada
para pengandal nalar; sementara seruan
"datanglah dengan senang hati" adalah tanda
terbitnya musim semi bagi para pecinta. [2]
Catatan:
[1] Katakan, "Tuhan" sekali dan teguhkanlah hatimu, karena
bala-bencana akan tercurah kepada dirimu.
Seseorang pernah datang kepada Nabi Muhammad SAW dan
berkata, "Saya mencintai Engkau."
"Berhati-hatilah atas perkataanmu," jawab Nabi.
Sekali lagi lelaki itu mengulang, "Saya mencintai Engkau."
"Berhati-hatilah atas perkataanmu," Nabi memperingatkan
kembali.
Tapi ke tiga kali dia mengatakan, "Saya mencintai Engkau."
"Sekarang diam dan teguhlah," jawab Rasul, "karena aku akan
membunuhmu dengan tanganmu sendiri. Sengsaralah engkau."
(Petikan dari hal 175, buku Yang Mengenal Dirinya Mengenal
Tuhannya, Pustaka Hidayah, 2000, terjemahan Anwar Holid
atas Signs of the Unseen: The Discourses of Jalaluddin Rumi,
yang merupakan terjemahan W.M Thackston Jr, atas
Fihi ma Fihi, Mawlana Jalaluddin Rumi)
[2] QS [41]: 11
Sumber: Rumi, Matsnavi III 4456 - 4472
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson
source by Ngrumi.blogspot.com
Ditariknya tali-kekang kuda ke berbagai arah
agar kuda yang belum terlatih menyadari
kehadiran penunggang.
Kuda yang terlatih pesat larinya,
karena dia tahu ada penunggang di atas punggungnya.
Dia paterikan kepada hatimu seratus niat bulat;
lalu Dia mengecewakanmu;
lalu Dia meremukkan hatimu.
Jika hanya sekali sayapmu dihancurkan,
kehadiran Sang Penghancur sayap hanya
sayup-sayup engkau tengarai.
Tetapi karena Dia secara teratur memutuskan
jaring-jaring rencanamu, maka tata-aturan
Rabb bagimu akan jelas terbukti.
Dalam berbagai peristiwa,
terkadang keinginan dan tujuanmu tercapai.
Agar melalui harapan tercapainya tujuanmu,
hatimu dapat membangun sebuah niat;
sehingga lalu Dia dapat menghancurkan niatmu.
Sebab, jika engkau selalu gagal, hatimu
akan berputus-asa: lalu hatimu itu tidak mampu
ditanami benih pengharapan.
Hatimu perlu subur bertabur benih pengharapan;
sebab jika ia gersang, tidak akan tampak jelas baginya
bagaimana ia tunduk kepada Kehendak Ilahiah.
Dengan kegagalan demi kegagalan mencapai
keberhasilan, para pecinta dibuat sadar
akan kehadiran Rabb mereka.
Kegagalan adalah petunjuk ke al-Jannah,
wahai semua yang tulus, ingatlah Hadits ini:
"Al-Jannah itu dikelilingi penderitaan."
Jelaslah, sementara semua keinginanmu gagal,
maka semua kehendak Sang Kekasih terpenuhi.
Karena itu semua yang mengabdi akan direndahkan
di hadapan-Nya; akan tetapi semua kerendahan itu
tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan kerendahan
yang dialami mereka yang mencintai-Nya. [1]
Sementara sangat masuk akal jika mereka yang bernalar
direndahkan di hadapan-Nya; para pecinta juga direndahkan:
seratus kali lipat.
Mereka yang bernalar diseret-Nya bagaikan budak
yang terikat kepadanya; sementara para pecinta
melekat kepada-Nya bagaikan rasa-manis
melekat kepada gula-gula.
"Datanglah dengan terpaksa," adalah seruan kepada
para pengandal nalar; sementara seruan
"datanglah dengan senang hati" adalah tanda
terbitnya musim semi bagi para pecinta. [2]
Catatan:
[1] Katakan, "Tuhan" sekali dan teguhkanlah hatimu, karena
bala-bencana akan tercurah kepada dirimu.
Seseorang pernah datang kepada Nabi Muhammad SAW dan
berkata, "Saya mencintai Engkau."
"Berhati-hatilah atas perkataanmu," jawab Nabi.
Sekali lagi lelaki itu mengulang, "Saya mencintai Engkau."
"Berhati-hatilah atas perkataanmu," Nabi memperingatkan
kembali.
Tapi ke tiga kali dia mengatakan, "Saya mencintai Engkau."
"Sekarang diam dan teguhlah," jawab Rasul, "karena aku akan
membunuhmu dengan tanganmu sendiri. Sengsaralah engkau."
(Petikan dari hal 175, buku Yang Mengenal Dirinya Mengenal
Tuhannya, Pustaka Hidayah, 2000, terjemahan Anwar Holid
atas Signs of the Unseen: The Discourses of Jalaluddin Rumi,
yang merupakan terjemahan W.M Thackston Jr, atas
Fihi ma Fihi, Mawlana Jalaluddin Rumi)
[2] QS [41]: 11
Sumber: Rumi, Matsnavi III 4456 - 4472
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson
source by Ngrumi.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar