Alam dunia ini seperti kamar-mandi uap,
sangat panas:
engkau tertekan,
dan jiwamu bagai meleleh rasanya.
Walau engkau diberi kamar mandi yang luas,
jiwamu tetap tertekan dan lelah
karena panasnya.
Hatimu takkan pernah lega,
sampai engkau bisa keluar:
ukuran ruang kamar mandi itu
sama sekali tak memberimu manfaat.
Atau, (dalam alam dunia ini)
engkau seperti memakai sepatu
yang terlalu sempit,
lalu disuruh berjalan di gurun.
Luasnya gurun malahan menjengkellkan,
dan menyempitkan hatimu,
gurun dan padang
bagaikan penjara untukmu.
Orang yang hanya sepintas memandangmu,
akan berkata, "dia riang dan gembira,
bagaikan bunga mekar, di tengah gurun."
Tak diketahuinya tentang kondisi
sebenarnya dirimu:
alih-alih seperti tengah di taman mawar,
jiwamu menderita.
engkau tertekan,
dan jiwamu bagai meleleh rasanya.
Walau engkau diberi kamar mandi yang luas,
jiwamu tetap tertekan dan lelah
karena panasnya.
Hatimu takkan pernah lega,
sampai engkau bisa keluar:
ukuran ruang kamar mandi itu
sama sekali tak memberimu manfaat.
Atau, (dalam alam dunia ini)
engkau seperti memakai sepatu
yang terlalu sempit,
lalu disuruh berjalan di gurun.
Luasnya gurun malahan menjengkellkan,
dan menyempitkan hatimu,
gurun dan padang
bagaikan penjara untukmu.
Orang yang hanya sepintas memandangmu,
akan berkata, "dia riang dan gembira,
bagaikan bunga mekar, di tengah gurun."
Tak diketahuinya tentang kondisi
sebenarnya dirimu:
alih-alih seperti tengah di taman mawar,
jiwamu menderita.
Tidur yang benar itu seperti
kau lepaskan sepatu sempitmu,
karena jiwamu bebas dari raga,
walau hanya sesaat.
Sedangkan bagi pawa awliya,
tidur mereka megah bagaikan sebuah kerajaan,
mereka seperti ashabul-kahfi
dalam gua alam-dunia ini.
Mereka tertidur dan fana',
itu bukan tidur biasa seperti kita alami;
mereka bertolak ke ketiadaan,
melalui pintu yang tak-kasat mata.
Ragamu itu bagaikan sebuah rumah
yang sangat sempit,
dan jiwa merasa sesak di dalamnya.
Rabb menghancurkannya,
agar Dia membangun istana megah untukmu.
Jiwa sesak bagai janin dalam rahim:
ketika telah sembilan bulan usianya,
keluar dari situ jadi mendesak;
Tapi sampai rasa mulas mau melahirkan
telah sepenuhnya menguasai sang ibu,
apakah yang janin dapat lakukan?
Di dalam penjara raga,
jiwa bagaikan di tengah api bernyala.
Bagi jiwa, raga itu bagaikan sang ibu
yang mempertaruhkan nyawa
untuk melahirkannya keluar.
Sehingga seperti terlahir
seekor anak domba dari sang induk,
yang segera merumput di padang hijau.
Majulah:
telah tiba saatnya gerbang terbuka,
masa dimulainya penggembalaan
sang anak domba.
Melahirkan, itu perjuangan berat
bagi sang ibu;
sementara bagi sang bayi,
itu artinya terbebas dari penjara.
Sang ibu merintih ketika melahirkan,
mencari tempat berlindung;
sementara sang bayi menyambut
saat pembebasannya.
Beragam bentuk tubuh ibu
yang terdapat di bawah matahari:
mineral, nabatiah atau hewaniyah,
Setiap mereka abai akan sakit-perih
yang dialami pihak-pihak lain;
kecuali insan pemilik furqan,
dan kesejatian.
Orang bodoh tak mengerti
apa yang tengah terjadi di rumahnya sendiri;
orang bijak paham apa yang sedang terjadi
di rumah orang lain.
Apa-apa yang pemilik qalb pahami
tentang keadaan dirimu,
seringkali tak engkau mengerti.
Sumber:
Rumi: Matsnavi III: 3545 - 3565,
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.
source by Ngrumi.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar