Tanggalkan takabur dari tubuhmu:
tiada yang pantas dipakai seorang pencari
kecuali pakaian rendah-hati.
Ilmu umum bisa didapat dari menghafal,
untuk ketrampilan tangan bisa dilatih.
Jika engkau idamkan kefakiran spiritual,
engkau harus berguru: bukanlah itu soal
ketrampilam lidah atau tanganmu.
Jiwa belajar rendah-hati
dari jiwa yang lain;
bukan dari buku atau ucapan.
Rahasia-rahasia kefakiran spiritual
memang tersimpan dalam qalb sang pencari;
tapi pengetahuan akan rahasia-rahasia itu
belum lagi dimilikinya.
Hal itu masih harus menunggu,
sampai dadanya lapang dan terisi Cahaya:
Allah bersabda, "Bukankah Kami
yang melapangkan dadamu?"; [1]
Karena jika Kami menaruh Cahaya di situ,
tentu Kami pula yang telah lapangkan dadanya.
Ketika engkau telah menjadi pancuran-susu,
tak perlu engkau memerah sumber-susu lain.
Pancuran-susu abadi ada dalam dirimu,
mengapa kesana-kemari engkau membawa pasu,
sibuk mencari susu.
Engkau bagai danau besar yang tersambung
ke Laut, mestinya engkau malu mencari
air ke kolam.
"Bukankah Kami yang melapangkan?"
Jika telah diberi engkau kelapangan,
tak perlu engkau bertingkah bagai peminta-minta.
Renungkanlah tentang pelapangan dada,
sehingga tak perlu engkau diperingati
dengan ayat, "Tidakkah engkau lihat..." [2]
Catatan:
[1] QS [94]: 1
[2] QS [51]: 21
Sumber:
Rumi, Matsnavi V: 1061 - 1072
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.
Juga diterjemahkan oleh Camille dan Kabir Helminski,
dalam Rumi: Jewels of Remembrance,
Threshold Books, 1996, yang berdasarkan
terjemahan dari Bahasa Persia oleh Yahya Monastra.
source by Ngrumi.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar