Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Minggu, 07 Juli 2013

Sang Khalilullah Menyembelih Gagak, Unggas ke Tiga Pengganggu Perjalanan


Wahai pejalan,

mengapa gagak dalam dirimu perlu disembelih?

Karena Perintah Ilahiah!
Ada hikmah apakah dibalik Perintah itu?
Mari kuperlihatkan sedikit.

Gaduhnya suara gagak hitam berkaok
itu permintaa terus menerus agar diberi
umur panjang di alam dunia ini.

Bagaikan iblis,
gagak meminta-minta kepada Tuhan
Yang Maha Suci  dan tak-Terbandingkan,
agar umurnya sampai mencapai Hari Kebangkitan.

Alih-alih menyatakan,

"Aku bertaubat, wahai Tuhanku,"
iblis malah meminta, "berilah aku tangguh
sampai Hari Pembalasan."                         
[1]

Hidup tanpa pertaubatan itu
seluruhnya penderitaan: terpisah dari Tuhan
sama saja dengan mati mendadak.

Baik hidup maupun mati,
keduanya manis bersama hadirnya Tuhan:
tanpa Tuhan, air kehidupan berubah jadi api.

Kutukan Ilahiah menimpa iblis,
ketika pada Hadirat-Nya dia meminta umur panjang.

Bergantung pada ilah selain daripada Allah
tak sedikit pun membawa keuntungan:
hakikatnya itu kerugian total.

Apalagi mendambakan suatu kehidupan
yang terasing dari Tuhan,
sama saja seperti bertingkah-laku culas
seperti serigala di hadapan seekor singa.

Itu seperti meminta,
"Beri aku umur lebih panjang,
supaya lebih lama aku ingkar dan bergelimang dosa;
beri aku lebih banyak waktu
agar aku lebih rendah lagi."

Jadilah iblis suatu ikon bagi Kutukan Ilahiah:
mencari-cari kutukan itu mengikuti sang syaithan.

Hidup yang baik itu menyuburkan sang Jiwa
dalam kedekatan kepada Tuhan;
kebalikannya itu hidup bagaikan burung gagak,
hidupnya hanya untuk memakan kotoran.

Itu seperti meminta,
"Beri aku umur lebih panjang,
sehingga aku selalu bisa memakan kotoran,
teruslah tambah, karena aku ini memang jahat."

Seandainya lisannya tidak kotor,
karena sering memakan kotoran,
tentu dia akan memohon,
"sucikanlah aku dari sifat seperi burung gagak ini."


Catatan:
[1]  QS Shaad [38]: 79. 

Sumber:
Rumi: Matsnavi V: 765 - 779
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.

source by Ngrumi.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini