Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Minggu, 07 Juli 2013

Mencermati Ketiadaan


Semua yang mempesonamu, 

pada wajah-wajah cantik,
adalah Cahaya Sang Matahari 
terpantul pada kaca prisma.

Beragam corak kaca 
membuat Cahaya tampil beraneka-warna.

Ketika prisma kaca beraneka-warna tak lagi ada,

barulah Cahaya tanpa-warna mempesonamu.

Bangunlah kebiasaan 
menatap Cahaya tanpa prisma kaca,
sehingga ketika prisma kaca itu remuk,
tak lagi engkau buta.

Selama ini engkau puas
dengan pengetahuan yang kau dapat
dari orang lain: matamu dapat memandang
karena adanya cahaya lampu orang itu.

Dia mengambil lampu itu, agar kau ketahui
bahwa engkau seorang peminjam
bukan pemberi yang murah hati.

Jika semua pemberian itu
telah engkau syukuri
dengan sungguh-sungguh beramal,
tak perlu kau tangisi kehilangan itu;
karena Dia akan menggantinya
seratus kali lipat.

Tetapi jika selama ini kau tak pandai
bersyukur, kini saatnya meneteskan
air mata darah,
karena keunggulan jiwa dihapuskan
dari mereka yang tak bersyukur.

Dia menghapus amal-amal kaum yang kufur;  [1]
kepada kaum beriman yang beramal shaleh
diberikan-Nya kehidupan yang baik.                [2]

Dilenyapkan-Nya timbangan rasa akan apa
yang selayaknya didekatkan,
atau dijauhi; begitu pula
rasa terimaka-kasih dan kasih-sayang;
sedemikian rupa,
sehingga tak tertinggal jejaknya lagi.

Ketahuilah, sabda-Nya,
"Dia hapuskan amal-amal kaum kaum yang kufur,"
menunjukkan hilangnya hasrat
akan setiap obyek yang diinginkan,
dari semua orang yang telah mencapai
hasratnya itu di alam dunia ini.

Kecuali dari mereka yang beriman dan bersyukur,
keberuntungan bersama dengan mereka.

Keberuntungan dari masa silam tak lagi
dapat memberi kekuatan kepada pemiliknya.

Keberuntungan di masa depan lah
yang dapat memberikan kebajikan.

Patuhilah perintah, "pinjamkanlah"                         [3]
pinjaman yang baik kepada Rabb,
dari harta dunia ini;
dan akan kau jumpai seratus kali lipat
ganjaran di hadapanmu.

Kurangilah barang sedikit
makan dan minum-mu,
dan akan kau dapati dirimu
di tepi Telaga Kautsar.    [4]

Tidaklah mungkin,
"orang-orang yang memberi minum"               [5]
di Bumi ini, karena keimanan mereka,
ditinggalkan oleh keberuntungan.

Rabb menggembirakan hati mereka,
karena Dia akan memberikan kehidupan yang baik:

Dia akan mengembalikan apa-apa yang dulu
mereka senangi, setelah kematian mereka.

Dia bersabda,
"Wahai Maut, telah kau musnahkan dunia mereka,
kini kembalikanlah apa-apa yang telah kau ambil
dari kaum yang pandai bersyukur itu."

Sang Maut ingin mengembalikan itu semua,
tapi mereka tak mau menerimanya kembali,
karena mereka telah dianugerahi kebangkitan
kehidupan jiwa.

Mereka berkata,
"Kami kaum yang bertaubat,
telah kami lepaskan jubah kehidupan ragawi kami:
takkan kami ambil kembali
apa-apa yang telah kami korbankan.

Telah kami dapati ganjaran dari Rabb,
tak ada satu hal duniawi pun yang setara dengan itu;
kebutuhan, hasrat dan kepemilikan
telah tanggal dari kami.

Kami telah timbul
dari air gelap dan mematikan,
telah kami capai anggur-murni al-Jannah,
dan pancuran Telaga Kautsar.

Wahai Dunia,
apa-apa yang telah kau tunjukkan kepada
kaum yang lain: kekufuran, pengkhianatan
dan kesombongan,

Kami tuangkan itu semua
ke atas kepala kalian sebagai pembayaran,
karena kami adalah para penyaksi kebenaran
yang bejihad melawan kalian."

Menjadi jelas lah bagimu,
bahwa Rabb yang Maha Kudus memiliki
hamba-hamba yang siaga dan sigap,

Yang membongkar kemunafikan dunia,
yang menegakkan kemah perang mereka
di atas benteng pertolongan Ilahiah.

Para penyaksi itu akan kembali sebagai ksatria;
mereka yang tadinya menjadi tawanan dunia,
tampil meraih kemenangan.

Tegak kepala mereka di semesta tak-berwujud,
seraya berkata, "Pandanglah kami,
jika kalian tak buta sejak lahir."

Agar kau ketahui bahwa di semesta tak-berwujud
terdapat banyak matahari;
yang jika dibandingkan dengan mereka,
mataharimu disini tak lebih dari satu bintang kecil.

Ketahuilah sahabat,
semesta berwujud ini disimpan dalam
semesta tak-berwujud.
Sungguh mencengangkan
bagaimana sesuatu itu disimpan
dalam kebalikannya.

Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati:  [6]
ketahuilah harapan dari penghambaan itu
pada yang tak-berwujud.

Ketika menanam benih,
gudang petani kosong;
tidakkah ia gembira dan bahagia
ketika berharap kepada yang tak-berwujud?

Yaitu ketika berharap bahwa tanamannya
tumbuh dari ketiadaan.

Pahamilah ini, agar engkau sadari
tentang kenyataan ruhaniah.

Setiap saat engkau berharap
agar sesuatu datang padamu,
dari semesta tak-berwujud:
pemahaman dan persepsi ruhaniah,
kebaikan dan kebahagiaan.

Tak diizinkan saat ini membongkar rahasia ini
lebih terang lagi.

Singkatnya,
semesta tak berwujud atau ketiadaan
adalah bagaikan pabrik milik Rabb,
yang dari situ terus menerus dihasilkan
pemberian-Nya.

Rabb adalah yang Mengawali,
yang menghasilkan segala sesuatu,
tanpa memerlukan akar,
tak pula memerlukan penunjang.



Catatan:
[1]  QS Al Kahfi [18]: 105.

[2]  QS An Nahl [16]: 97.

[3]  QS Al Maidah [5]: 12.

[4]  QS Al Kautsar [108]: 1.

[5]  QS At-Taubah [9]: 19.

[6]  QS Al An'am [6]: 95.

Sumber:
Rumi: Matsnavi  V: 988 - 1025
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.

source by Ngrumi.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini