Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Kamis, 04 Juli 2013

Mi'raj kedalam Perut Ikan


Ketika Sang Kekasih menjadi sahabat,

tempat manapun menjadi
"bagaikan di langit;"
dan bukan "terbenam ke bumi."

Sang Nabi SAW berkata, "janganlah
menganggap mi'raj-ku lebih unggul
daripada mi'raj-nya Yunus."
Mi'raj-ku ke langit, dan mi'raj-nya
tenggelam ke bawah, ke dalam perut Ikan;
karena kedekatan kepada-Nya itu
tidak dapat diperkirakan."

Kedekatan kepada-Nya itu bukan soal
"naik" atau "turun," melainkan
soal kebebasan dari penjara
eksistensi.

Di dalam ketiadaan, tiada ruangan untuk
"naik" atau "turun;" tiada pula
"segera," atau "jauh," atau
"terlambat."

Tempat pendidikan dan khazanah-Nya
adalah di dalam ketiadaan.
Sementara engkau masih terhijab oleh
eksistensi, tidaklah akan engkau
pahami apa itu ketiadaan.


Nafkah berupa kekurangan
adalah bagian dunia yang telah ditentukan
bagi Sang Nabi SAW: kefakiran dan
kerendahan adalah kebanggaan dan
kemuliaannya.

Catatan:
o) Nabi Allah Yunus a.s. dimuliakan namanya
dalam Al-Qur'an. Surat ke 10 diberi nama sesuai nama beliau.

o) Disini diperingatkan bahwa "mi'raj ke langit" (cemerlangnya
"pengalaman spiritual") tidaklah berarti lebih unggul dibandingkan
dengan "mi'raj ke dalam perut Ikan" (tenggelamnya pencari oleh
"aneka musibah" kebumian). Ada pencari yang didekatkan dengan
dijadikan sebagai "ahli-musibah."

o) Kaum Muslim diwarisi do'a sangat terkenal, yang beliau
ucapkan ketika dalam perut Ikan, direkam dalam QS [21]: 87.  

Beliau termasuk golongan ahli bertasbih, al-Musabbihiin' (QS [37]: 143)


Sumber: Matsnavi III 4511-4516, 4519
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh 
Nicholson.
source by Ngrumi.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini