Asysyam

“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensuciikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”

Minggu, 07 Juli 2013

Jalan Kemerdekaan


Ketika engkau berlindung

kepada al-Qur'an milik Allah,
engkau bergabung bersama
jiwa para nabi.

Al Qur'an itu adalah penjelasan
berbagai keadaan para nabi:
mereka bagaikan ikan-ikan
di dalam Laut Suci,
Keagungan Ilahiah.

Tapi jika engkau membaca al-Qur'an
sedangkan hatimu tak menerimanya,
maka apa manfaatnya bagimu;
seandainya pun engkau bertemu
para wali dan nabi?

Jika hatimu menerimanya,
ketika engkau membaca kisah para nabi,
maka jiwamu bagaikan burung
yang gelisah dalam sangkarnya.

Burung itu terpenjara dalam sangkar,
jika ia tak mencari jalan keluar,
itu semata-mata karena kebodohannya.

Jiwa-jiwa yang telah merdeka dari sangkar
adalah milik para nabi,
mereka lah yang pantas
menjadi pembimbing.

Dari luar sangkar
kita dengar suara mereka
menyeru kepada ad-Diin,
"Inilah Jalan kemerdekaanmu.

Melalui Jalan ini lah,
telah merdeka kami dari sangkar sempit itu:
tiada kemerdekaan
kecuali melalui Jalan ini.                               
[1]

Yaitu seyogyanya engkau
merendahkan dirimu,
sampai remuk;
agar engkau dapat keluar 
dari penjara ketenaran."

Ketenaran duniawiah
menghalangimu berjalan;
ia bagai rantai pengikat yang amat kuat,
lebih kuat daripada rantai besi.


Catatan:

1) Jalan Kemerdekaan, jalan pembebasan,
menolong jiwa agar meraih kesejatiannya.
"Jalan yang mendaki lagi sukar,"
untuk keluar dari negeri jasmaninya; 
untuk "melepaskan diri dari perbudakan" 
hawa-nafsunya sendiri,
dengan cara "memberi makan" kepada mereka
yang masih lemah "pada hari kelaparan,"
(yaitu kepada) "yang yatim dan berkerabat, 
atau yang miskin dan fakir."  
(QS Al Balad [90]: 12 - 16)
Sumber:
Rumi: Matsnavi  I: 1537 - 1546
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.
source by Ngrumi.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini